Selasa, 29 Mei 2018

IDENTIFIKASI DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL



1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam kehidupannya manusia dihadapkan pada kondisi kesenjangan antara harapan dan kenyataan dikenal dengan masalah, yang akan terus ada selama manusia hidup. Kemudian yang membedakan adalah sikap atau respon ketika menghadapi masalah, keberhasilan manusia dalam hidup secara sederhana dimaknai dengan kemampuannya mengahdapi dan memecahkan masalah. Semakin bertambah usia, semakin banyak pula kebutuhannya, dan seiring dengan hal tersebut bertambah pula hambatan yang dirasakan. Masalah juga diklasifikasikan dalam beberapa kategori; masalah personal, keresahan umum, dan masalah sosial.
Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan dikehendaki, setidaknya pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dan keputusan – keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya. Yang kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya menyangkut satu bidang kehidupan saja namun juga dilakukan secara simultan terhadap bidang kehidupan yang berkaitan disamping tujuan – tujuan yang direncakan dan dikehendaki tidak mustahil pembangunan mengakibatkan terjadinya dampak pada sistem kemasyarakatan misalnya sosial budaya dan lain – lain. Dampak tersebut akan timbul apabila terjadi gejala – gejala. Pendugaan terhadap terjadinya dampak pada dasarnya dapat ditelaah dari terjadinya peristiwa – peristiwa yang merupakan suatu daftar yang terjadi.
Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat baik secara spiritual maupun material. Peningkatan taraf hidup masyarakat mencakup suatu perangkat cita – cita meliputi sebagai berikut :
1.    Pembangunan harus bersifat rasionalistis, artinya haluan yang diambil harus berdasarkan pada pertimbangan rasional.
2.    Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan.
3.    Peningkatan produktifitas.
4.    Peningkatan standar kehidupan.
5.    Pembangunan lembaga sosial dan sikap – sikap dalam masyarakat.
Untuk menanggulangi terjadinya dampak pembangunan yang sangat penting karena para pelopor pembangunan maupun masyarakat yang sedang membangun menginginkan dampak yang positif dari pembangunan tersebut. Pembangunan masyarakat merupakan suatu pembaharuan yang memerlukan difusi yakni penyebaran unsur pembangunan tersebut sampai warga masyarakat memutuskan untuk menerimanya.
Pembangunan merupakan proses perubahan yang terus menerus, yang merupakan kemajuan dan perbaikan mengarah pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, yang tujuan jangka panjangnya dititik beratkan pada pembangunan di bidang ekonomi dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. Dengan demikian sasaran pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.2.Rumusan Masalah
Dalam paper ini akan dijelaskan beberapa hal diantaranya pengertian pembangunan, perubahan sosial dan dampak pembangunan terhadap perubahan sosial.

2. PEMBAHASAN
2.1.Pengertian dan Sasaran Pembangunan
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh sutau Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Setiap individu (society) atau Negara (state) akan selalu bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan datang. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Tiap-tiap Negara selalu mengejar dengan yang namanya pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil bagian. Sedangkan kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan itu,walaupun bukan satu-satunya.hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah semata-mata fenomena ekonomi. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam kehidupan. Pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial (Todaro, 1987 ; 63 ).
Pembangunan haruslah diarahkan kembali sebagai suatu serangan terhadap kebusukan/kejahatan dunia sekarang; krisis pangan, kurang gizi, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan. Karena jika diukur dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,pembangunan telah mencapai sukses yang besar,akan tetapi jika ditinjau dan dikaji dari segi pengurangan tingakat kemiskinan,keadilan dan pengurangan tingkat pengangguran maka pembangunan itu mengalami kegagalan.( Paul P.Streeten, 1981 ).
Terdapat paling tidak adanya tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami makna pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen dasar itu adalah Kecukupan (sustenance) jati diri (self-estem), serta kebebasan (freedom); ketiga hal tersebut nilai pokok atau tujuan inti yang harus dicapai dan diperoleh oleh setiap masyarakat melalui pembangunan. Ketiga komponen tersebut berkaitan secara langsung dengan kebutuhan manusuia yang paling mendasar, yang terwujud dalam berbgai macam manifestasi di seluruh masyarakat dan budaya sepanjang zaman.
Dapat disimpulkan bahwa pembangunan,baik secara fisik ,mapun non fisik yang dimiliki oleh masyarakat melalui beberapa gabungan proses social,ekonomi dan institusional,mencakup usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Apapun komponen-komponen khusus untuk mencapai kehidupan yang lebih baik ini,tetapi pembangunan dalam semua masyaraktat haruslah mempunyai,paling sedikit tiga sasaran sebagai berikut(Michael P.Todaro: 1977) :
a.    Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian/pemerata an bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti makanan, perumahan, kesehatan dan perlindungan.
b.    Mengangkat taraf hidup, termasuk menambah dan mempertinggi penghasilan, penyediaan lapangan kerja yang memadai,pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan manusiawi ,dan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materil ,tapi juga untuk mengangkat kesadaran akan harga diri, baik itu secara individu maupun nasional.
c.    Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua bagi seluruh masyarakat dengan cara membebaskan mereka dari sikap-sikap budak dan ketergantungan,tidak hanya dalam hubungannya dengan orang lain dan juga Negara-negara lain tapi dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan manusia.

2.2.Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan ditingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda (Sztompka, 2004).
Alfred (dalam Sztompka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliaran peristiwa terus-menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu didalamnya, seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Sedangkan Farley mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan pola prilaku, hubungan sosial, lembaga , dan struktur sosial pada waktu tertentu. Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi didalam atau mencakup sistem sosial. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.
Parson mengasumsikan bahwa ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat itu tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi masalah yang dihadapinya. Sebaliknya, perubahan sosial marxian menyatakan kehidupan sosial pada akhirnya menyebabkan kehancuran kapitalis.
Gerth dan Mills (dalam Soekanto, 1983) mengasumsikan beberapa hal, misalnya perihal pribadi-pribadi sebagai pelopor perubahan, dan faktor material serta spiritual yang menyebabkan terjadinya perubahan.
Lebih lanjut menurut Soekanto, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan adalah :
a.    Keinginan-keinginan secara sadar dan keputusan secara pribadi.
b.    Sikap-sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berubah.
c.    Perubahan struktural dan halangan struktural.
d.    Pengaruh-pengaruh eksternal.
e.    Pribadi-pribadi kelompok yang menonjol.
f.     Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu.
g.    Peristiwa-peristiwa tertentu.
h.    Munculnya tujuan bersama.
Selanjutnya Bottomore juga mengatakan bahwa perubahan sosial mempunyai kerangka. Adapun susunan kerangka tentang perubahan sosial, antara lain :
a.    Perubahan sosial itu dimulai pada suatu masyarakat mana yang pertama-tama mengalami perubahan.
b.    Kondisi awal terjadinya perubahan mempengaruhi proses perubahan sosial dan memberikan ciri-ciri tertentu yang khas sifatnya.
c.    Kecepatan proses dari perubahan sosial tersebut mungkin akan berlangsung cepat dalam jangka waktu tertentu.
d.    Perubahan-perubahan sosial memang disengaja dan dikehendaki.
Oleh karenanya bersumber pada prilaku para pribadi yang didasarkan pada kehendak-kehendak tertentu. Perubahan sosial selalu mendapat dukungan/dorongan dan hambatan dari berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan, adalah:
a)    Kontak dengan kebudayaan lain
salah satu proses yang menyangkut dalam hal ini adalah difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari perorangan kepada perorangan lain, dan dari masyarakat kepada masyarakat lain. Dengan difusi, suatu inovasi baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat disebarkan kepada masyarakat luas di dunia sebgai tanda kemajuan.
b)    Sistem pendidikan yang maju
c)    Sikap menghargai hasil karya dan keinginan-keinginan untuk maju.
d)    Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
e)    Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerakan mobilitas sosial vertikal secara luas yang berarti memberi kesempatan perorangan untuk maju atas dasar kemampuan-kemampuanya.
f)     Penduduk yang heterogen
Masyarakat-masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang memiliki latar belakang, ras, dan ideologi yang berbeda mempermudahkan terjadinya kegoncangan yang mendorong terjadinya proses perubahan.
Selain itu, perubahan sosial juga mendapatkan hambatan-hambatan. Adapun faktor-faktor penghambat tersebut adalah :
a.    Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain.
b.    Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
c.    Sikap masyarakat yang masih tradisional.
d.    Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat sekali atau vested interest.
e.    Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
f.     Prasangka terhadap hal-hal yang asing atau baru.
g.    Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
h.    Adat atau kebiasaan.

2.3.Dampak Pembangunan Terhadap Perubahan Sosial.
A.   Masalah Lingkungan
Masalah lingkungan dapat terjadi salah satunya karena prilaku manusia dalam memanfaatkan lingkungan yang eksploitatif tanpa memperhatikan keberlangsungan dari lingkungan tersebut. ada 2 konsep yang berhubungan dengan masalah lingkungan, deforestasi dan degradasi. Deforestasi merupakan aktivitas konversi hutan untuk penggunana lain seperti pertanian, perkebunan, pemukiman, pertambangan, dan prasarana wilayah, sedangkan degradasi merupakan penurunan kualitaas hutan akibat illegal logging, kebakaran, over cutting, dan perladangan.
Dimensi lingkungan dapat dipahami dalam 2 konteks yang berbeda (Jewson & Mac Gregor, dalam Lubis, 2006), yakni: konteks lingkungan sebagai ruang fisik tempat interaksi berbagai makhluk yang ada dimuka bumi (physical spatial context). Dan konteks lingkungan sebagai wujud dari interaksi antar manusia (social context). Jumlah manusai yang semakin padat menyebabkan kebutuhan akan modifikasi lingkungan yang juga semakin besar, tidak dapat dihindari adalah akibat dari aktivitas manusia bagi degradasi lingkungan. Kovacic (Rahmi, 2010: 3) mengatakan bahwa aktivitas manusia mengakibatkan tekanan pada lingkungan dan mengubah bentuk dan jumlah dari sumber daya alam. Sehingga lebih lanjut sistem sosial harus mampu merespon perubahan sosial yang ditimbulkan akibar degradasi lingkungan.
Pembangunan dan degradasi lingkungan sering berjalan bersamaan, paradigma environmentalist dan developmentalist  harus dijembatani dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang dikenal dengan pemabangunan berkelanjutan. Kenyataannya kegiatan manusia lebih banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Analisis yang kemudian berkembang adalah, bahwa masalah lingkungan merupakan akibat dari tatanan sosial, ekonomi, dan politik. Oleh karena itu, masalah lingkungan merupakan persoalan untuk seluruh masyarakat (Ife, 2008: 472-473).

B.   Efek Global Warming
Pemanasan global merupakan proses perubahan alam atau iklim yang tidak wajar, hal ini ditandai dengan naiknya suhu rata-rata di atmosfer, laut dan bumi. Menurut Gatut Susanta (2007: 6) gejala-gejala pemanasan global dapat dirasakan dengan adanya:
1.    Pergantian musim yang tidak bisa diprediksi
2.    Hujan badai terjadi dimana-mana
3.    Sering terjadinya angin puting beliung
4.    Banjir dan kekerigan terjadi pada waktu yang bersamaan
5.    Penyakit mewabah di banyak tempat
6.    Terumbu karang memutih
Banyak akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan global, salah satunya adalah perubahan iklim/ cuaca yang semakin ekstrim.  NASA menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Cuaca eksttrim ini dapat dilihat dengan adanya topan dan badai tropis baru yang semakin bermunculan. Selain itu, bertambahnya suhu panas di sekitar kita juga merupakan dampak adanya pemanasan global. Kita juga dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan. Tahun-tahun belakangan ini kita makin sering dilanda badai-badai yang mengganggu jalannya pelayaran dan pengangkutan baik di laut maupun udara
Global warming atau pemanasan global ini tidak ditanggulangi, maka semakin lama bumi kita akan hancur. Pemanasan global akan berdampak pada sosial pula, dengan adanya global warming maka akan timbul pula penyakit-penyakit yang bermunculan. Selain itu adanya bencana- bencana besar akan menyebabkan banyak korban jiwa serta menyebabkan kemiskinan di masyarakat, selain itu, bencana juga menyebabkan masyarakat terkena tekanan psikis yang menyebabkan depresi ataupun stress.
Iklim memang mengisi ruang hidup kita baik secara individu maupun sosial, maka tidak mungkin menegakkan keadilan iklim tanpa melibatkan kesadaran dan komitmen semua pihak. Bahwa tidak bisa dibantah, kita hidup dalam ekosistem dunia “perahu” yang sama, sehingga jika ada bagian yang bocor dan tidak seimbang, sebenarya ini merupakan ancaman bagi seluruh isi perahu dan penumpangnya. Maka merevolusi gaya hidup kita untuk tidak makin konsumtif sangat mendasar dilakukan sekarang juga oleh seluruh umat manusia.
Ini semua adalah cerminan bagi mereka yang berusaha dan sadar sepenuh hati demi keberlanjutan kehidupan sosial (sustainable society) yang berkeadilan secara sosial, budaya, ekologis dan ekonomi. Inilah tindakan nyata untuk meraih kedaulatan energi dan melepaskan ketergantungan terhadap energi fosil yang sekarang telah dikuasai oleh korporasi modal.
C.   Perubahan Iklim
Saat ini perubahan iklim merupakan salah satu hal yang menjadi sorotan utama dunia, yakni karena banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh terjadinya perubahan iklim tersebut dalam kehidupan kita. Dampak dari perubahan iklim ini sangat dirasakan oleh manusia sebagai penduduk dunia, baik terhadap lingkungan, ekonomi, kesehatan, maupun dalam kelestarian flora dan fauna.
Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, juga menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim diberbagai belahan dunia. Di Indonesia, dampak cuaca ekstrim ini dapat dilihat dari tidak sesuainya perubahan musim diberbagai daerah. Sebagian daerah mengalami kekeringan, sedangkan daerah lainnya mengalami banjir. Hal ini membuat banyak dampak negatif terutama bagi para petani yang tidak bisa lagi menentukan musim panen sehingga membuat banyak terjadi gagal panen. Hal ini juga berdampak pada sektor kesehatan dan lingkungan.
Perubahan iklim dapat mengubah kualitas air, udara, makanan; ekologi vektor; ekosistem, pertanian, industri, dan perumahan. Semua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas hidup manusia. Perubahan iklim telah menciptakan suatu rangkainan kausalitas kompleks yang berujung pada dampak kesehatan. Misalnya saja, kualitas dan suplai makanan. Variabel ini sangat dipengaruhi oleh iklim. Bagaimana keteraturan iklim telah membuat petani tahu kapan waktu yang tepat untuk menebarkan benih, memupuk, dan memanen lahannya. Saat iklim berubah, cuaca juga berubah. Kekeringan dan banjir dapat datang sewaktu-waktu. Mungkin petani masih bisa memanfaatkan air tanah. Akan tetapi, seperti telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, aktivitas antropogenik manusia telah merubah wajah vegetasi bumi. Kualitas dan kuantitas air tanah dan permukaan kini juga berada dalam ancaman. Perubahan cuaca, kelembaban, suhu udara, arah dan kekuatan angin juga mempengaruhi perilaku hama.
Perubahan iklim dapat mengakibatkan munculnya berbagai gangguan kesehatan. Serangan heat stroke, kematian akibat tersambar petir, busung lapar akibat gagal panen yang disebabkan perubahan pola hujan, dan gangguan kesehatan lainnya membutuhkan penanganan istimewa, tidak bisa disamakan dengan kejadian penyakit biasa. Oleh karena itu, hal tersebut membutuhkan rancangan sistem kesehatan yang disesuaikan dengan perkiraan dampak perubahan iklim sehingga fasilitas pelayanan kesehatan yang ada mampu menampung, menangani, dan mengendalikan kasus-kasus tersebut. Ketika perubahan iklim datang, maka kesehatan manusia akan berada dalam ketidakpastian waktu. Kasus bisa terjadi sewaktu-waktu dengan kuantitas dan kualitas dampak yang juga tidak dapat dipastikan. Sistem pelayanan kesehatan akan menemui berbagai macam tantangan yang rumit seperti naiknya biaya pelayanan kesehatan, komunitas yang mengalami penuaan dini, dan berbagai tantangan lainnya sehingga strategi pencegahan yang efektif sangat dibutuhkan (Menne, 2008).
Banjir mengakibatkan kesehatan manusia terancam berbagai penyakit menular dan penyakit mental. Leptospirosis, diare, gangguan saluran pernapasan, scabies, dan penyakit lainnya mengancam warga pasca banjir. Secara teoritis, banjir adalah hasil dari interaksi dari curah hujan, runoff permukaan, evaporasi, angin, tinggi permukaan air laut, dan topografi lokal.
Dampak lain yang terjadi pada kehidupan sosial – budaya antara lain Bagi petani tidak ekonomisnya pertanian akan menyebabkan alih fungsi lahan dan bergantinya corak produksi, Bagi nelayan tidak melaut berarti tidak makan, seiring meningkatnya intensitas badai, budaya yang lahir akibat interaksi manusia dengan alam akan tercabut, seperti contoh masyarakat Tuvalu yang tercabut dari peradabannya akibat daerah mereka tenggelam serta Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.

D.   North South Divide
Dalam kajian ekonomi politik internasional, relasi utara-selatan merupakan premis mendasar dalam melihat ketimpangan dan marjinalisasi di negara dunia ketiga. Utara-Selatan atau dalam istilah populernya dikenal sebagai global north dan global south merupakan dikotomi yang mewakili adanya divergensi yang terdapat dalam arena globalisasi. Isu Utara-Selatan dalam globalisasi setidaknya penting di awal untuk dibicarakan mengingat isu ini menjadi krusial paska perubahan geopolitik dunia pada tahun 1990-an dengan ditandainya Blok Barat memenangi perang ideologi dengan Blok Timur sehingga memunculkan globalisasi sebagai bentuk westernisasi nilainorma Barat.
Barat kemudian tampil menjadi kekuatan superior dalam perekonomian terlebih setelah perdagangan bebas diberlakukan pada 1994 seiring dengan disahkannya NAFTA yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya blok perdagangan bebas lainnya. Hal lain yang menjadi faktor penting adalah Konferensi WTO di Doha pada 2001 dimana terdapat standar ganda dalam aturan perdagangan dunia dimana negara dunia ketiga dikenai aturan pengurangan tarif ekspor dan dilarang melakukan proteksionisme pasar agar komoditas negara maju bisa masuk secara bebas dan leluasa. Sedangkan bagi negara maju tetap mengenakan hambatan tarif bagi komoditas negara dunia ketiga dan mengenakan proteksi terhadap produk pertanian negara dunia ketiga yang merupakan penopang pendapatan nasional utama. Oleh karena itulah dengan mencermati aturan tersebut, polarisasi dunia kini tidak lagi berkutat pada perseteruan idelogi antara Barat (kapitalis) dengan Timur (komunis) akan tetapi lebih pada persoalan ketimpangan ekonomi antara Utara (negara maju/kaya) dengan Selatan (negara berkembang/miskin).
Ketimpangan yang terjadi antara dunia pertama dan dunia ketiga dalam era globalisasi sekarang ini merupakan legasi dari praktik kolonialisme dan imperialisme Barat yang terjadi di masa lampau. Dalam era globalisasi sekarang ini, kolonialisme sendiri diwunjudkan dalam penguasaan kontrol kapital besar yang bergerak antar bangsa dan negara. Negara maju sendiri kemudian diuntungkan dengan kondisi tersebut dimana mereka memiliki keunggulan komparatif dengan penguasaan teknologi dan perbankan sementara negara dunia ketiga sendiri hanya mengandalkan hasil sumber daya ekstratif. Namun demikian, pertukaran risorsis antar kedua aktor tersebut tidaklah dalam posisi setara. Negara maju sendiri diuntungkan dengan regulasi perdagangan internasional yang mana bisa memiliki hak veto dalam alur perdagangan. Kondisi tersebut kontras dengan negara dunia ketiga yang berada dalam posisi menerima dan tidak mempunyai suara yang diminimalisir negara maju. Akibatnya yang terjadi kemudian adalah kemiskinan, hutang meningkat, maupun ekses negatif lainnya yang menempatkan negara dunia ketiga sendiri sebagai negara miskin.

E.    Industrial-Agricultural Divide
Perubahan sosial dapat dikatakan berawal dari revolusi-revolusi yang terjadi di Eropa. Baik revolusi industri di Inggris, revolusi polotik di Prancis, dan sampai pada revolusi intelektual yang menjadi batu loncatan perubahan sosial. Sejarah revolusi industri berawal pada abad pertengahan, dimana waktu itu Eropa masih menggunakan sistem feodal atu disebut latifundia (pertanian tertutup). Hubungan Eropa dengan dunia Timur (Timur Tengah dan Asia) tertutup, setelah perdagangan di laut tengah dikuasai oleh pedagang Islam pada abad ke-8 sampai abad ke-14.
Pada abad 15 dan 16 ditemukan banyak wilayah bru dala hal ini adalah tanah jajahan yaitu di Afrika, Asia, Amerika. Berkenaan dengan ditemukannya daerah jajahan yang baru ini berkembang pula perdagangan lewat laut. Situasi ini melahirkan kelas menengah ke atas atau disebut kaum borjuis yang berpengaruh di Inggris, Prancis, dan Nederland. Dengan adanya kaum menengah ini muncullah kapitalisme yang seolah memonopoli sistem perekonomian di Eropa. Sehingga membuat “petinggi” kaum feodal atau tuan-tuan tanah merasa tersaingi, mereka tidak senang dengan adanya kaum-kaum borjuis. Pada akhirnya terjadilah perselisihan dan persaigan antara kaum borjuis dan tuan tanah. Melihat keadaan yang kacau balau ini, pada masa itu banyak lahir pemikiran-pemikirn filsafat atau sebuah pencerahan bagi masyarakat Eropa. Masa itu dikenal dengan revolusi intelektual. Dimana lahir banyak teori-teori, salah satunya teori-teori sosiologi. Orang-orang telah mulai berpikir untuk menemukan sesuatu yang dapat mengefisienkan waktu mereka dan mereka mendapat keuntungan yang besar dengan cepat. Berkenaan dengan itu pula ditemukannya berbagai mesin-mesin dan alat-alat produksi. Sehingga banyak orang yang tadinya bekerja untuk tuan tanah ataupun menjdi petni beralih menjadi buruh-buruh pabrik. Namun semakin maju perkembangan produksi mesin-mesin, dan semakin canggihnya kerja mesin-mesin tersebut. Maka para pengusaha ingin mengganti kerja buruh dengan kerja mesin. Jadi dapat dibayang,kan akan terjadi pengangguran besar-besaran. Hal inilah yang nantinya akan memicu ketegangan antara kaum borjuis dan kaum proletar.
Selain dampak yang terjadi di Eropa, dampak revolusi industri juga dirasakan oleh Indonesia. Yang mana waktu itu Indonesia adalah salah satu negara jajahan Belanda, sehaingga dampak yang terjdi adalah Indonesia menjadi sumber eksploitasi sumber daya alam  bagi negara-negara Eropa tersebut. Setelah menemukan mesin-mesin yang canggih, mereka memebutuhkan wilayah yang tepat untuk memfungsikan alat-alat mereka tersebut. Wilayah tersebut adalah tanah jajahan mereka, Indonesia salah satunya. Hal ini nantinya akan berdampak pula pada perubahan sistem yang sosial yang telah diterapkan oleh para kolonial yang menjajah negara ini. Perubahan tersebut juga akan membawa perubahan sosial di Indonesia. Bahkan bisa jadi perubahan-perubahan tersebut menjadi tonggak utama atau pemicu-pemicu perubahan yang terjadi di Indonesia selanjutnya. Jadi revolusi industri yang terjadi di Eropa juga berdampak pada negara ini.

F.    Urban Rural Divide
Kehidupaan masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Perbedaan masyarakat desa dan kota adalah keadaan lingkungan, yang dapat mengakibatkan dampak terhadap personalitas dan dalam segi-segi kehidupan. Kesan masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah bodoh, karena lambat dalam berpikir dan bertindak, dan mudah tertipu. Hal seperti ini karena masyarakat kota hanya ingin menilai sepintas saja, tidak tahu, dan kurang banyak berbagai pengalaman.
Untuk memahami masyarakata pedesaan dan perkotaan tidak dapat mendefinisikan secara universal dan obyektif, tetapi harus berpatokan pada ciri-ciri masyarakat tersebut. Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang, yang tingal dalam suatu daerah tertentu, dalam rasa solidaritas, sadar akan adannya norma-norma dalam kebudayaan. Masyarakat pedesaan ditentukan oleh bentuk fisik dan sosialnyya, seperti ada kolektifitas, petani iduvidu, tuan tanah, buruh tani, nelayan tersebut. Masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat dilakukan sebagai sistem jaringan hubungan yang sangat kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat lain. Jadi perbedaan atau ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat dalam hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, perbedaan sosisal, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai.
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara, seperti:
a)    Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
b)     Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
c)    Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
d)    Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
a.       Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (Soekanto,1969:123 ).
b.       Sebab-sebab Urbanisasi
·         Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (Push factors)
·         Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors)
c.       Hal – hal yang termasuk push factor antara lain :
·         Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
·         Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
·         Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
·         Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
·         Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
d.       Hal – hal yang termasuk pull factor antara lain :
·         Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan
·         Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
·         Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
·         Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
·         Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah

G.   Rich-Poor Divide
Kesenjangan sosial adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat Indonesia dan masyarakat di dunia yang disebabkan oleh perbedaan dalam hal kualitas hidup yang sangat mencolok. Fenomena ini dapat terjadi pada negara manapun. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedaan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihatpun mereka enggan.
Semakin tajamnya kesenjangan sosial antara golongan orang kaya dengan orang miskin, sehingga timbul kecemburuan sosial, menajamnya konflik rasial, memudarnya nilai-nilai budaya asli dan sebagainya.
Kesenjangan sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1.    Kemiskinan
Kemiskinan adalah penyebab utama terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat. Banyak orang menganggap bahwa kemiskinan adalah suatu suratan takdir atau mereka mereka miskin karena malas, tidak kreatif, dan tidak punya etos kerja. Inti kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
a) Kemiskinan itu sendiri
b) Kelemahan fisik
c) Keterasingan atau kadar isolasi
d) Kerentaan
e) Ketidakberdayaan
2.    Kurangnya lapangan kerja
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat, sedangkan perekonomian menjadi faktor terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan menyebabkan perekonomian masyarakat bawah semakin rapuh. Salah satu karakteristik tenaga kerja di Indonesia adalah laju pertumbuhan tenaga kerja lebih tinggi ketimbang laju pertumbuhan lapangan kerja. Berbeda dengan negara-negara di Eropa dan Amerika, dimana lapangan pekerjaan masih berlebih. Faktor-faktor penyebab pengangguran di Indonesia:
a. Kurangnya sumber daya manusia pencipta lapangan kerja
b. Kelebihan penduduk/pencari kerja
c. Kurangnya jalinan komunikasi antara si pencari kerja dengan pengusaha
d. Kurangnya pendidikan untuk pewirausaha
Kesenjangan sosial semakin hari semakin memprihatinkan, khususnya di lingkungan perkotaan. Memang benar jika dikatakan bahwa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini jelas-jelas mencederai rasa keadilan serta bertolak belakang dengan kebersamaan dan kesetaraan sosial. Akibat dari semakin meningkatnya kesenjangan sosial adalah:
A.   Melemahnya wirausaha
Kesenjangan sosial menjadi penghancur minat ingin memulai usaha, penghancur keinginan untuk terus mempertahankan usaha, bahkan penghancur semangat untuk mengembangkan usaha untuk lebih maju. Hali ini dikarenakan seorang wirausaha selalu di anggap remeh.
B.   Terjadi kriminalitas
Banyak rakyat miskin yang terpaksa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, seperti mencopet, mencuri, judi, dll. Upaya-upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk pemecahan masalah kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia:
a.    Menomorsatukan pendidikan
b.    Menciptakan lapangan kerja dan meminimalis Kemiskinan
c.    Meminimalis KKN dan memberantas korupsi.
b.    Meningkatkan system keadilan di Indonesia serta melakukan pengawasan yang ketat terhadap mafia hukum. 

3.    KESIMPULAN
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Setiap perubahan yang direncanakan atau seringkali disebut dengan pembangunan selalu memiliki dua kutub akibat yang saling bertolak belakang. Pembangunan pada suatu wilayah berdampak positif maupun negatif. Secara umum dampak dari pembangunan  adalah:
·         Dampak Positif:
a)    Labour absorbance, memperluas lapangan kerja, terutama dimana pembangunan ekonomi mampu membuka usaha-usaha baru yang dapat banyak menyerap tenaga kerja
b)    Welfare, seperti tujuan pembangunan pada umumnya, pembangunan ekonomi juga memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c)    Motivation, banyak motivasi yang ditimbulkan dari pembangunan, diantaranya keinginan untuk maju seperti apa yang sudah ditampakkan didepan mata, keinginan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, keinginan membuka usaha baru sehingga dapat memancing kreatifitas, dan sebagainya
d)    Facility, dengan makin majunya ekonomi, otomatis semakin lengkap fasilitas yang tersedia, sehingga memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
Sophisticated technology, teknologi yang makin canggih sebagai akibat pembangunan ekonomi akan mendorong manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan lain-lain
·         Dampak Negatif:
a)    Polarisation, terkutubnya dua pihak, yaitu antara kelompok borjuis dengan proletar, dimana polarisasi tersebut dapat memicu konflik antarkelas
Ethnicity, makin kuatnya rasa ke’etnis’an, khususnya bila ada sebuah etnis yang berhasil disebuah bidang maka etnis tersebut cenderung mensejahterakan etnisnya terlebih dahulu, sehingga bisa menimbulkan nepotisme.
b)    Migration, dengan permintaan tenaga kerja yang berlimpah ke pusat-pusat pembangunan maka akan menarik tenaga kerja di desa menuju kota dan memperpadat penduduk kota, sehingga kota menjadi overloaded dan tidak lagi ramah lingkungan.
Labour surplus, apabila urbanisasi sudah terlampau jenuh, dimana permintaan tenaga kerja sudah terpenuhi dan pembangunan lebih membutuhkan tenaga kerja terdidik dan terampil maka yang terjadi adalah terbatasnya kesempatan kerja, kemiskinan, kriminalitas, dan lain sebagainya
c)    Unstable households, hal ini disebabkan terciptanya keluarga-keluarga yang berantakan (disorganisasi keluarga) akibat beratnya beban ekonomi yang ditanggung
Social distance, jarak sosial yang makin jauh, dimana semakin tingginya individualisme karena masing-masing orang dituntut memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi sehingga tidak ada waktu memperhatikan hubungan sosialnya
d)    Social unrest, terjadinya pertentangan-pertentangan sosial akibat beban ekonomi lapisan bawah yang menyebabkan mudah tersulut emosi, lapisan atas pun semakin keras menyerang pihak-pihak yang dirasakan bisa membahayakan posisi maupun kenikmatan yang sudah diraih dan mereka rasakan
e)    Broken morality, hilangnya norma-norma lama dan digantikan norma baru yang merusak moral, lebih jauh lagi hilangnya kebudayaan wilayah yang tersentuh pembangunan


DAFTAR PUSTAKA
Jim Ife dan Frank Tesoriero. 2008. Community Development. Penerjemah Sastrawan Manullang dkk. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Lubis, Rissalwan Habdy. 2006. Kemiskinan dan Lingkungan: Kasus Komunitas Lahan Basah Kota Depok dan Jakarta. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, April 2006, jilid 4 No. 1
Soekanto, Soerjono, 1969. Sosiologi Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan sosial. Surabaya : Ghalia Indonesia.
Streeten, Paul. Et. Al. Meeting Basic Human Needs in Developing Countries. New York: Oxford University Press, 1981.
Susanta Gatut. 2008. Panduan Lengkap Membangun Rumah. Griya Kreasi. Bogor
Sztompka, P. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media.
Todaro, Michael P. 1987. Economic Development in The Third World. York : Longman Inc.
Todaro, Michael P. 1987, Economics for a developing world : an introduction to principles, problems and policies for development, York : Longman Inc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar