1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam kehidupannya manusia dihadapkan pada kondisi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan dikenal dengan masalah, yang akan
terus ada selama manusia hidup. Kemudian yang membedakan adalah sikap atau
respon ketika menghadapi masalah, keberhasilan manusia dalam hidup secara
sederhana dimaknai dengan kemampuannya mengahdapi dan memecahkan masalah.
Semakin bertambah usia, semakin banyak pula kebutuhannya, dan seiring dengan
hal tersebut bertambah pula hambatan yang dirasakan. Masalah juga
diklasifikasikan dalam beberapa kategori; masalah personal, keresahan umum, dan
masalah sosial.
Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses
perubahan yang direncanakan dan dikehendaki, setidaknya pembangunan pada
umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dan keputusan – keputusan
yang diambil oleh para pemimpinnya. Yang kemudian disusun dalam suatu
perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya menyangkut
satu bidang kehidupan saja namun juga dilakukan secara simultan terhadap bidang
kehidupan yang berkaitan disamping tujuan – tujuan yang direncakan dan
dikehendaki tidak mustahil pembangunan mengakibatkan terjadinya dampak pada
sistem kemasyarakatan misalnya sosial budaya dan lain – lain. Dampak tersebut
akan timbul apabila terjadi gejala – gejala. Pendugaan terhadap terjadinya
dampak pada dasarnya dapat ditelaah dari terjadinya peristiwa – peristiwa yang
merupakan suatu daftar yang terjadi.
Proses pembangunan terutama bertujuan untuk
meningkatkan tarap hidup masyarakat baik secara spiritual maupun material.
Peningkatan taraf hidup masyarakat mencakup suatu perangkat cita – cita
meliputi sebagai berikut :
1. Pembangunan harus bersifat rasionalistis, artinya haluan
yang diambil harus berdasarkan pada pertimbangan rasional.
2. Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan.
3. Peningkatan produktifitas.
4. Peningkatan standar kehidupan.
5. Pembangunan lembaga sosial dan sikap – sikap dalam
masyarakat.
Untuk
menanggulangi terjadinya dampak pembangunan yang sangat penting karena para
pelopor pembangunan maupun masyarakat yang sedang membangun menginginkan dampak
yang positif dari pembangunan tersebut. Pembangunan masyarakat merupakan suatu
pembaharuan yang memerlukan difusi yakni penyebaran unsur pembangunan tersebut
sampai warga masyarakat memutuskan untuk menerimanya.
Pembangunan
merupakan proses perubahan yang terus menerus, yang merupakan kemajuan dan
perbaikan mengarah pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Hakekat pembangunan
nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia, yang tujuan jangka panjangnya dititik beratkan pada
pembangunan di bidang ekonomi dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara
bidang pertanian dan industri, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.
Dengan demikian sasaran pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
1.2.Rumusan Masalah
Dalam paper ini akan dijelaskan beberapa hal
diantaranya pengertian pembangunan, perubahan sosial dan dampak pembangunan
terhadap perubahan sosial.
2. PEMBAHASAN
2.1.Pengertian dan Sasaran Pembangunan
Pembangunan dapat diartikan sebagai
upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh sutau
Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Setiap individu (society)
atau Negara (state) akan selalu bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi
kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan datang. Pembangunan
dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara
terus menerus oleh suatu Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik,
dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. proses
kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi dan
peningkatan taraf hidup masyarakat. Tiap-tiap Negara selalu mengejar dengan
yang namanya pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil bagian.
Sedangkan kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan
itu,walaupun bukan satu-satunya.hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah
semata-mata fenomena ekonomi. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa
pembangunan itu haruslah mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam
kehidupan. Pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses multidimensional
yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan
sosial (Todaro, 1987 ; 63 ).
Pembangunan haruslah diarahkan kembali
sebagai suatu serangan terhadap kebusukan/kejahatan dunia sekarang; krisis
pangan, kurang gizi, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan. Karena jika
diukur dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,pembangunan telah mencapai
sukses yang besar,akan tetapi jika ditinjau dan dikaji dari segi pengurangan
tingakat kemiskinan,keadilan dan pengurangan tingkat pengangguran maka
pembangunan itu mengalami kegagalan.( Paul P.Streeten, 1981 ).
Terdapat paling tidak adanya tiga
komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan sebagai basis konseptual
dan pedoman praktis untuk memahami makna pembangunan yang paling hakiki. Ketiga
komponen dasar itu adalah Kecukupan (sustenance) jati diri (self-estem),
serta kebebasan (freedom); ketiga hal tersebut nilai pokok atau tujuan inti
yang harus dicapai dan diperoleh oleh setiap masyarakat melalui pembangunan.
Ketiga komponen tersebut berkaitan secara langsung dengan kebutuhan manusuia
yang paling mendasar, yang terwujud dalam berbgai macam manifestasi di seluruh
masyarakat dan budaya sepanjang zaman.
Dapat disimpulkan bahwa
pembangunan,baik secara fisik ,mapun non fisik yang dimiliki oleh masyarakat
melalui beberapa gabungan proses social,ekonomi dan institusional,mencakup usaha-usaha
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Apapun komponen-komponen khusus untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik ini,tetapi pembangunan dalam semua
masyaraktat haruslah mempunyai,paling sedikit tiga sasaran sebagai
berikut(Michael P.Todaro: 1977) :
a.
Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian/pemerata an
bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti makanan, perumahan,
kesehatan dan perlindungan.
b.
Mengangkat taraf hidup, termasuk menambah dan mempertinggi
penghasilan, penyediaan lapangan kerja yang memadai,pendidikan yang lebih baik
dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan manusiawi ,dan
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materil ,tapi juga untuk mengangkat
kesadaran akan harga diri, baik itu secara individu maupun nasional.
c.
Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua bagi
seluruh masyarakat dengan cara membebaskan mereka dari sikap-sikap budak dan
ketergantungan,tidak hanya dalam hubungannya dengan orang lain dan juga
Negara-negara lain tapi dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan manusia.
2.2.Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial secara umum dapat
diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan
didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta
kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada
tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan ditingkat mezo
terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro
sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual. Masyarakat bukan
sebuah kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling
terkait bertingkat ganda (Sztompka, 2004).
Alfred (dalam Sztompka, 2004),
menyebutkan masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap,
tetapi sebagai proses, bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliaran
peristiwa terus-menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok,
komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi
sesuatu didalamnya, seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu
yang senantiasa bekerja. Sedangkan Farley mendefinisikan perubahan sosial
sebagai perubahan pola prilaku, hubungan sosial, lembaga , dan struktur sosial
pada waktu tertentu. Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang
terjadi didalam atau mencakup sistem sosial. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan
antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.
Parson mengasumsikan bahwa ketika
masyarakat berubah, umumnya masyarakat itu tumbuh dengan kemampuan yang lebih
baik untuk menanggulangi masalah yang dihadapinya. Sebaliknya, perubahan sosial
marxian menyatakan kehidupan sosial pada akhirnya menyebabkan kehancuran
kapitalis.
Gerth dan Mills (dalam Soekanto, 1983)
mengasumsikan beberapa hal, misalnya perihal pribadi-pribadi sebagai pelopor
perubahan, dan faktor material serta spiritual yang menyebabkan terjadinya
perubahan.
Lebih lanjut menurut Soekanto,
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan adalah :
a.
Keinginan-keinginan
secara sadar dan keputusan secara pribadi.
b.
Sikap-sikap
pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berubah.
c.
Perubahan
struktural dan halangan struktural.
d.
Pengaruh-pengaruh
eksternal.
e.
Pribadi-pribadi
kelompok yang menonjol.
f.
Unsur-unsur
yang bergabung menjadi satu.
g.
Peristiwa-peristiwa
tertentu.
h.
Munculnya
tujuan bersama.
Selanjutnya
Bottomore juga mengatakan bahwa perubahan sosial mempunyai kerangka. Adapun
susunan kerangka tentang perubahan sosial, antara lain :
a.
Perubahan
sosial itu dimulai pada suatu masyarakat mana yang pertama-tama mengalami
perubahan.
b.
Kondisi
awal terjadinya perubahan mempengaruhi proses perubahan sosial dan memberikan
ciri-ciri tertentu yang khas sifatnya.
c.
Kecepatan
proses dari perubahan sosial tersebut mungkin akan berlangsung cepat dalam
jangka waktu tertentu.
d.
Perubahan-perubahan
sosial memang disengaja dan dikehendaki.
Oleh
karenanya bersumber pada prilaku para pribadi yang didasarkan pada
kehendak-kehendak tertentu. Perubahan sosial selalu mendapat dukungan/dorongan
dan hambatan dari berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mendorong
terjadinya perubahan, adalah:
a)
Kontak
dengan kebudayaan lain
salah satu proses yang menyangkut
dalam hal ini adalah difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari perorangan kepada perorangan lain, dan dari masyarakat kepada
masyarakat lain. Dengan difusi, suatu inovasi baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat disebarkan kepada masyarakat luas di dunia sebgai tanda
kemajuan.
b)
Sistem
pendidikan yang maju
c)
Sikap
menghargai hasil karya dan keinginan-keinginan untuk maju.
d)
Toleransi
terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
e)
Sistem
terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Sistem terbuka memungkinkan adanya
gerakan mobilitas sosial vertikal secara luas yang berarti memberi kesempatan
perorangan untuk maju atas dasar kemampuan-kemampuanya.
f)
Penduduk
yang heterogen
Masyarakat-masyarakat yang terdiri
dari kelompok-kelompok sosial yang memiliki latar belakang, ras, dan ideologi
yang berbeda mempermudahkan terjadinya kegoncangan yang mendorong terjadinya
proses perubahan.
Selain
itu, perubahan sosial juga mendapatkan hambatan-hambatan. Adapun faktor-faktor
penghambat tersebut adalah :
a.
Kurangnya
hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain.
b.
Perkembangan
ilmu pengetahuan yang terlambat.
c.
Sikap
masyarakat yang masih tradisional.
d.
Adanya
kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat sekali atau vested
interest.
e.
Rasa
takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
f.
Prasangka
terhadap hal-hal yang asing atau baru.
g.
Hambatan-hambatan
yang bersifat ideologis.
h.
Adat
atau kebiasaan.
2.3.Dampak Pembangunan Terhadap Perubahan Sosial.
A. Masalah
Lingkungan
Masalah lingkungan dapat terjadi salah satunya karena
prilaku manusia dalam memanfaatkan lingkungan yang eksploitatif tanpa
memperhatikan keberlangsungan dari lingkungan tersebut. ada 2 konsep yang
berhubungan dengan masalah lingkungan, deforestasi dan degradasi. Deforestasi
merupakan aktivitas konversi hutan untuk penggunana lain seperti pertanian,
perkebunan, pemukiman, pertambangan, dan prasarana wilayah, sedangkan degradasi
merupakan penurunan kualitaas hutan akibat illegal logging, kebakaran, over
cutting, dan perladangan.
Dimensi lingkungan dapat dipahami dalam 2 konteks yang
berbeda (Jewson & Mac Gregor, dalam Lubis, 2006), yakni: konteks lingkungan
sebagai ruang fisik tempat interaksi berbagai makhluk yang ada dimuka bumi (physical
spatial context). Dan konteks lingkungan sebagai wujud dari interaksi antar
manusia (social context). Jumlah manusai yang semakin padat menyebabkan
kebutuhan akan modifikasi lingkungan yang juga semakin besar, tidak dapat
dihindari adalah akibat dari aktivitas manusia bagi degradasi lingkungan.
Kovacic (Rahmi, 2010: 3) mengatakan bahwa aktivitas manusia mengakibatkan
tekanan pada lingkungan dan mengubah bentuk dan jumlah dari sumber daya alam.
Sehingga lebih lanjut sistem sosial harus mampu merespon perubahan sosial yang
ditimbulkan akibar degradasi lingkungan.
Pembangunan dan degradasi lingkungan sering berjalan
bersamaan, paradigma environmentalist dan developmentalist harus
dijembatani dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang dikenal dengan
pemabangunan berkelanjutan. Kenyataannya kegiatan manusia lebih banyak
menyebabkan kerusakan lingkungan. Analisis yang kemudian berkembang adalah,
bahwa masalah lingkungan merupakan akibat dari tatanan sosial, ekonomi, dan
politik. Oleh karena itu, masalah lingkungan merupakan persoalan untuk seluruh
masyarakat (Ife, 2008: 472-473).
B. Efek Global
Warming
Pemanasan global merupakan proses
perubahan alam atau iklim yang tidak wajar, hal ini ditandai dengan naiknya
suhu rata-rata di atmosfer, laut dan bumi. Menurut Gatut Susanta (2007: 6)
gejala-gejala pemanasan global dapat dirasakan dengan adanya:
1. Pergantian musim yang
tidak bisa diprediksi
2. Hujan badai terjadi
dimana-mana
3. Sering terjadinya
angin puting beliung
4. Banjir dan kekerigan
terjadi pada waktu yang bersamaan
5. Penyakit mewabah di
banyak tempat
6. Terumbu karang
memutih
Banyak akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan global, salah satunya adalah
perubahan iklim/ cuaca yang semakin ekstrim.
NASA menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya
perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat
diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di
tempat yang lain. Cuaca eksttrim ini dapat dilihat dengan adanya topan dan
badai tropis baru yang semakin bermunculan. Selain itu, bertambahnya suhu panas
di sekitar kita juga merupakan dampak adanya pemanasan global. Kita juga dapat
melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau
yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya
dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan. Tahun-tahun belakangan ini
kita makin sering dilanda badai-badai yang mengganggu jalannya pelayaran dan
pengangkutan baik di laut maupun udara
Global warming atau pemanasan global ini tidak ditanggulangi, maka semakin
lama bumi kita akan hancur. Pemanasan global akan berdampak pada sosial pula,
dengan adanya global warming maka akan timbul pula penyakit-penyakit yang
bermunculan. Selain itu adanya bencana- bencana besar akan menyebabkan banyak
korban jiwa serta menyebabkan kemiskinan di masyarakat, selain itu, bencana
juga menyebabkan masyarakat terkena tekanan psikis yang menyebabkan depresi
ataupun stress.
Iklim memang
mengisi ruang hidup kita baik secara individu maupun sosial, maka tidak mungkin
menegakkan keadilan iklim tanpa melibatkan kesadaran dan komitmen semua pihak.
Bahwa tidak bisa dibantah, kita hidup dalam ekosistem dunia “perahu” yang sama,
sehingga jika ada bagian yang bocor dan tidak seimbang, sebenarya ini merupakan
ancaman bagi seluruh isi perahu dan penumpangnya. Maka merevolusi gaya hidup
kita untuk tidak makin konsumtif sangat mendasar dilakukan sekarang juga oleh
seluruh umat manusia.
Ini semua
adalah cerminan bagi mereka yang berusaha dan sadar sepenuh hati demi
keberlanjutan kehidupan sosial (sustainable society) yang berkeadilan
secara sosial, budaya, ekologis dan ekonomi. Inilah tindakan nyata untuk meraih
kedaulatan energi dan melepaskan ketergantungan terhadap energi fosil yang
sekarang telah dikuasai oleh korporasi modal.
C. Perubahan
Iklim
Saat
ini perubahan iklim merupakan salah satu hal yang menjadi sorotan utama dunia,
yakni karena banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh terjadinya perubahan iklim
tersebut dalam kehidupan kita. Dampak dari perubahan iklim ini sangat dirasakan
oleh manusia sebagai penduduk dunia, baik terhadap lingkungan, ekonomi,
kesehatan, maupun dalam kelestarian flora dan fauna.
Perubahan iklim sebagai implikasi
pemanasan global, juga menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim diberbagai
belahan dunia. Di Indonesia, dampak cuaca ekstrim ini dapat dilihat dari tidak
sesuainya perubahan musim diberbagai daerah. Sebagian daerah mengalami
kekeringan, sedangkan daerah lainnya mengalami banjir. Hal ini membuat banyak
dampak negatif terutama bagi para petani yang tidak bisa lagi menentukan musim
panen sehingga membuat banyak terjadi gagal panen. Hal ini juga berdampak pada
sektor kesehatan dan lingkungan.
Perubahan iklim dapat
mengubah kualitas air, udara, makanan; ekologi vektor; ekosistem, pertanian, industri,
dan perumahan. Semua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam
menentukan kualitas hidup manusia. Perubahan iklim telah menciptakan suatu
rangkainan kausalitas kompleks yang berujung pada dampak kesehatan. Misalnya
saja, kualitas dan suplai makanan. Variabel ini sangat dipengaruhi oleh iklim.
Bagaimana keteraturan iklim telah membuat petani tahu kapan waktu yang tepat
untuk menebarkan benih, memupuk, dan memanen lahannya. Saat iklim berubah,
cuaca juga berubah. Kekeringan dan banjir dapat datang sewaktu-waktu. Mungkin
petani masih bisa memanfaatkan air tanah. Akan tetapi, seperti telah disebutkan
dalam penjelasan sebelumnya, aktivitas antropogenik manusia telah merubah wajah
vegetasi bumi. Kualitas dan kuantitas air tanah dan permukaan kini juga berada
dalam ancaman. Perubahan cuaca, kelembaban, suhu udara, arah dan kekuatan angin
juga mempengaruhi perilaku hama.
Perubahan iklim dapat mengakibatkan munculnya berbagai
gangguan kesehatan. Serangan heat stroke, kematian akibat tersambar petir,
busung lapar akibat gagal panen yang disebabkan perubahan pola hujan, dan
gangguan kesehatan lainnya membutuhkan penanganan istimewa, tidak bisa
disamakan dengan kejadian penyakit biasa. Oleh karena itu, hal tersebut
membutuhkan rancangan sistem kesehatan yang disesuaikan dengan perkiraan dampak
perubahan iklim sehingga fasilitas pelayanan kesehatan yang ada mampu
menampung, menangani, dan mengendalikan kasus-kasus tersebut. Ketika perubahan
iklim datang, maka kesehatan manusia akan berada dalam ketidakpastian waktu.
Kasus bisa terjadi sewaktu-waktu dengan kuantitas dan kualitas dampak yang juga
tidak dapat dipastikan. Sistem pelayanan kesehatan akan menemui berbagai macam
tantangan yang rumit seperti naiknya biaya pelayanan kesehatan, komunitas yang mengalami
penuaan dini, dan berbagai tantangan lainnya sehingga strategi pencegahan yang
efektif sangat dibutuhkan (Menne, 2008).
Banjir mengakibatkan kesehatan manusia terancam
berbagai penyakit menular dan penyakit mental. Leptospirosis, diare, gangguan saluran
pernapasan, scabies, dan penyakit lainnya mengancam warga pasca banjir. Secara
teoritis, banjir adalah hasil dari interaksi dari curah hujan, runoff
permukaan, evaporasi, angin, tinggi permukaan air laut, dan topografi lokal.
Dampak lain yang terjadi pada
kehidupan sosial – budaya antara lain Bagi petani tidak ekonomisnya pertanian
akan menyebabkan alih fungsi lahan dan bergantinya corak produksi, Bagi nelayan
tidak melaut berarti tidak makan, seiring meningkatnya intensitas badai, budaya
yang lahir akibat interaksi manusia dengan alam akan tercabut, seperti contoh
masyarakat Tuvalu yang tercabut dari peradabannya akibat daerah mereka
tenggelam serta Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi
arus pengungsian.
D. North
South Divide
Dalam kajian ekonomi politik
internasional, relasi utara-selatan merupakan premis mendasar dalam melihat
ketimpangan dan marjinalisasi di negara dunia ketiga. Utara-Selatan atau dalam
istilah populernya dikenal sebagai global north dan global south merupakan
dikotomi yang mewakili adanya divergensi yang terdapat dalam arena globalisasi.
Isu Utara-Selatan dalam globalisasi setidaknya penting di awal untuk
dibicarakan mengingat isu ini menjadi krusial paska perubahan geopolitik dunia
pada tahun 1990-an dengan ditandainya Blok Barat memenangi perang ideologi
dengan Blok Timur sehingga memunculkan globalisasi sebagai bentuk westernisasi
nilainorma Barat.
Barat kemudian tampil menjadi kekuatan
superior dalam perekonomian terlebih setelah perdagangan bebas diberlakukan
pada 1994 seiring dengan disahkannya NAFTA yang kemudian diikuti dengan
tumbuhnya blok perdagangan bebas lainnya. Hal lain yang menjadi faktor penting
adalah Konferensi WTO di Doha pada 2001 dimana terdapat standar ganda dalam
aturan perdagangan dunia dimana negara dunia ketiga dikenai aturan pengurangan
tarif ekspor dan dilarang melakukan proteksionisme pasar agar komoditas negara
maju bisa masuk secara bebas dan leluasa. Sedangkan bagi negara maju tetap
mengenakan hambatan tarif bagi komoditas negara dunia ketiga dan mengenakan
proteksi terhadap produk pertanian negara dunia ketiga yang merupakan penopang
pendapatan nasional utama. Oleh karena itulah dengan mencermati aturan
tersebut, polarisasi dunia kini tidak lagi berkutat pada perseteruan idelogi antara
Barat (kapitalis) dengan Timur (komunis) akan tetapi lebih pada persoalan
ketimpangan ekonomi antara Utara (negara maju/kaya) dengan Selatan (negara
berkembang/miskin).
Ketimpangan yang terjadi antara dunia
pertama dan dunia ketiga dalam era globalisasi sekarang ini merupakan legasi
dari praktik kolonialisme dan imperialisme Barat yang terjadi di masa lampau.
Dalam era globalisasi sekarang ini, kolonialisme sendiri diwunjudkan dalam
penguasaan kontrol kapital besar yang bergerak antar bangsa dan negara. Negara
maju sendiri kemudian diuntungkan dengan kondisi tersebut dimana mereka
memiliki keunggulan komparatif dengan penguasaan teknologi dan perbankan
sementara negara dunia ketiga sendiri hanya mengandalkan hasil sumber daya
ekstratif. Namun demikian, pertukaran risorsis antar kedua aktor tersebut
tidaklah dalam posisi setara. Negara maju sendiri diuntungkan dengan regulasi
perdagangan internasional yang mana bisa memiliki hak veto dalam alur
perdagangan. Kondisi tersebut kontras dengan negara dunia ketiga yang berada
dalam posisi menerima dan tidak mempunyai suara yang diminimalisir negara maju.
Akibatnya yang terjadi kemudian adalah kemiskinan, hutang meningkat, maupun
ekses negatif lainnya yang menempatkan negara dunia ketiga sendiri sebagai
negara miskin.
E. Industrial-Agricultural
Divide
Perubahan sosial dapat dikatakan
berawal dari revolusi-revolusi yang terjadi di Eropa. Baik revolusi industri di
Inggris, revolusi polotik di Prancis, dan sampai pada revolusi intelektual yang
menjadi batu loncatan perubahan sosial. Sejarah revolusi industri berawal pada
abad pertengahan, dimana waktu itu Eropa masih menggunakan sistem feodal atu
disebut latifundia (pertanian tertutup). Hubungan Eropa dengan dunia Timur
(Timur Tengah dan Asia) tertutup, setelah perdagangan di laut tengah dikuasai
oleh pedagang Islam pada abad ke-8 sampai abad ke-14.
Pada abad 15 dan 16 ditemukan banyak wilayah bru dala
hal ini adalah tanah jajahan yaitu di Afrika, Asia, Amerika. Berkenaan dengan
ditemukannya daerah jajahan yang baru ini berkembang pula perdagangan lewat
laut. Situasi ini melahirkan kelas menengah ke atas atau disebut kaum borjuis
yang berpengaruh di Inggris, Prancis, dan Nederland. Dengan adanya kaum
menengah ini muncullah kapitalisme yang seolah memonopoli sistem perekonomian
di Eropa. Sehingga membuat “petinggi” kaum feodal atau tuan-tuan tanah merasa
tersaingi, mereka tidak senang dengan adanya kaum-kaum borjuis. Pada akhirnya
terjadilah perselisihan dan persaigan antara kaum borjuis dan tuan tanah.
Melihat keadaan yang kacau balau ini, pada masa itu banyak lahir
pemikiran-pemikirn filsafat atau sebuah pencerahan bagi masyarakat Eropa. Masa
itu dikenal dengan revolusi intelektual. Dimana lahir banyak teori-teori, salah
satunya teori-teori sosiologi. Orang-orang telah mulai berpikir untuk menemukan
sesuatu yang dapat mengefisienkan waktu mereka dan mereka mendapat keuntungan
yang besar dengan cepat. Berkenaan dengan itu pula ditemukannya berbagai
mesin-mesin dan alat-alat produksi. Sehingga banyak orang yang tadinya bekerja
untuk tuan tanah ataupun menjdi petni beralih menjadi buruh-buruh pabrik. Namun
semakin maju perkembangan produksi mesin-mesin, dan semakin canggihnya kerja
mesin-mesin tersebut. Maka para pengusaha ingin mengganti kerja buruh dengan
kerja mesin. Jadi dapat dibayang,kan akan terjadi pengangguran besar-besaran.
Hal inilah yang nantinya akan memicu ketegangan antara kaum borjuis dan kaum
proletar.
Selain dampak yang terjadi di Eropa, dampak revolusi
industri juga dirasakan oleh Indonesia. Yang mana waktu itu Indonesia adalah
salah satu negara jajahan Belanda, sehaingga dampak yang terjdi adalah
Indonesia menjadi sumber eksploitasi sumber daya alam bagi negara-negara
Eropa tersebut. Setelah menemukan mesin-mesin yang canggih, mereka memebutuhkan
wilayah yang tepat untuk memfungsikan alat-alat mereka tersebut. Wilayah
tersebut adalah tanah jajahan mereka, Indonesia salah satunya. Hal ini nantinya
akan berdampak pula pada perubahan sistem yang sosial yang telah diterapkan
oleh para kolonial yang menjajah negara ini. Perubahan tersebut juga akan membawa
perubahan sosial di Indonesia. Bahkan bisa jadi perubahan-perubahan tersebut
menjadi tonggak utama atau pemicu-pemicu perubahan yang terjadi di Indonesia
selanjutnya. Jadi revolusi industri yang terjadi di Eropa juga berdampak pada
negara ini.
F. Urban Rural
Divide
Kehidupaan masyarakat desa berbeda dengan masyarakat
kota. Perbedaan masyarakat desa dan kota adalah keadaan lingkungan, yang dapat
mengakibatkan dampak terhadap personalitas dan dalam segi-segi kehidupan. Kesan
masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah bodoh, karena lambat dalam
berpikir dan bertindak, dan mudah tertipu. Hal seperti ini karena masyarakat
kota hanya ingin menilai sepintas saja, tidak tahu, dan kurang banyak berbagai
pengalaman.
Untuk memahami masyarakata pedesaan dan perkotaan
tidak dapat mendefinisikan secara universal dan obyektif, tetapi harus
berpatokan pada ciri-ciri masyarakat tersebut. Ciri-ciri itu ialah adanya
sejumlah orang, yang tingal dalam suatu daerah tertentu, dalam rasa
solidaritas, sadar akan adannya norma-norma dalam kebudayaan. Masyarakat
pedesaan ditentukan oleh bentuk fisik dan sosialnyya, seperti ada kolektifitas,
petani iduvidu, tuan tanah, buruh tani, nelayan tersebut. Masyarakat pedesaan
maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat dilakukan sebagai sistem
jaringan hubungan yang sangat kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan
masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat lain. Jadi perbedaan atau
ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat dalam hal lingkungan umumnya dan
orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk,
perbedaan sosisal, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial,
pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai.
Masyarakat pedesaan dan
perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain.
Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat.
Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota
tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan
seperti beras sayur mayur , daging dan ikan.
Hubungan kota-desa cenderung
terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan
desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan
kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota
merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara, seperti:
a) Ekspansi kota ke desa, atau
boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil
kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan
kecepatan yang beraneka ragam;
b) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak
kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan
lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
c) Penetrasi kota ke desa,
masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang
sesungguhnya banyak terjadi;
d) Ko-operasi kota-desa, pada
umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat
hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses
sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai
permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam
kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan
antara kota dan desa adalah :
a. Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan
Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan
tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa
urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (Soekanto,1969:123
).
b. Sebab-sebab Urbanisasi
·
Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah
kediamannya (Push factors)
·
Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan
menetap dikota (pull factors)
c. Hal – hal yang termasuk push
factor antara lain :
·
Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan
pertanian,
·
Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
·
Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat
istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
·
Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
·
Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir,
serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk
mencari penghidupan lain dikota.
d. Hal – hal yang termasuk pull
factor antara lain :
·
Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan
lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan
·
Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah
menjadi industri kerajinan.
·
Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih
mudah didapat.
·
Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan
merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
·
Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang
ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah
G. Rich-Poor
Divide
Kesenjangan sosial adalah sebuah fenomena yang terjadi
pada masyarakat Indonesia dan masyarakat di dunia yang disebabkan oleh
perbedaan dalam hal kualitas hidup yang sangat mencolok. Fenomena ini dapat
terjadi pada negara manapun. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok
dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang
kaya dan miskin sangatlah dibedaan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau
dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “
Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian
terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara
yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada
golongan bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar
melihatpun mereka enggan.
Semakin tajamnya kesenjangan sosial
antara golongan orang kaya dengan orang miskin, sehingga timbul kecemburuan
sosial, menajamnya konflik rasial, memudarnya nilai-nilai budaya asli dan
sebagainya.
Kesenjangan sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Kemiskinan
Kemiskinan adalah penyebab utama terjadinya
kesenjangan sosial di masyarakat. Banyak orang menganggap bahwa kemiskinan
adalah suatu suratan takdir atau mereka mereka miskin karena malas, tidak
kreatif, dan tidak punya etos kerja. Inti kemiskinan terletak pada kondisi yang
disebut perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
a) Kemiskinan itu sendiri
b) Kelemahan fisik
c) Keterasingan atau kadar isolasi
d) Kerentaan
e) Ketidakberdayaan
2. Kurangnya lapangan kerja
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam perekonomian masyarakat, sedangkan perekonomian menjadi faktor terjadinya
kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan
pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan menyebabkan perekonomian
masyarakat bawah semakin rapuh. Salah satu karakteristik tenaga kerja di
Indonesia adalah laju pertumbuhan tenaga kerja lebih tinggi ketimbang laju
pertumbuhan lapangan kerja. Berbeda dengan negara-negara di Eropa dan Amerika,
dimana lapangan pekerjaan masih berlebih. Faktor-faktor penyebab pengangguran
di Indonesia:
a. Kurangnya sumber daya manusia pencipta lapangan
kerja
b. Kelebihan penduduk/pencari kerja
c. Kurangnya jalinan komunikasi antara si pencari
kerja dengan pengusaha
d. Kurangnya pendidikan untuk pewirausaha
Kesenjangan sosial semakin hari semakin
memprihatinkan, khususnya di lingkungan perkotaan. Memang benar jika dikatakan
bahwa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini
jelas-jelas mencederai rasa keadilan serta bertolak belakang dengan kebersamaan
dan kesetaraan sosial. Akibat dari semakin meningkatnya kesenjangan sosial
adalah:
A. Melemahnya wirausaha
Kesenjangan sosial menjadi penghancur minat ingin
memulai usaha, penghancur keinginan untuk terus mempertahankan usaha, bahkan
penghancur semangat untuk mengembangkan usaha untuk lebih maju. Hali ini
dikarenakan seorang wirausaha selalu di anggap remeh.
B. Terjadi kriminalitas
Banyak rakyat miskin yang terpaksa menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan uang, seperti mencopet, mencuri, judi, dll. Upaya-upaya
yang harus dilakukan pemerintah untuk pemecahan masalah kesenjangan sosial yang
terjadi di Indonesia:
a. Menomorsatukan pendidikan
b. Menciptakan lapangan kerja dan meminimalis Kemiskinan
c. Meminimalis KKN dan memberantas korupsi.
b. Meningkatkan system keadilan di Indonesia serta
melakukan pengawasan yang ketat terhadap mafia hukum.
3. KESIMPULAN
Perubahan sosial merupakan gejala yang
melekat disetiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada
didalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Setiap perubahan yang direncanakan
atau seringkali disebut dengan pembangunan selalu memiliki dua kutub akibat
yang saling bertolak belakang. Pembangunan pada suatu wilayah berdampak positif
maupun negatif. Secara umum dampak dari pembangunan adalah:
·
Dampak
Positif:
a) Labour absorbance, memperluas lapangan
kerja, terutama dimana pembangunan ekonomi mampu membuka usaha-usaha baru yang
dapat banyak menyerap tenaga kerja
b) Welfare, seperti tujuan pembangunan
pada umumnya, pembangunan ekonomi juga memiliki tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
c) Motivation, banyak motivasi yang
ditimbulkan dari pembangunan, diantaranya keinginan untuk maju seperti apa yang
sudah ditampakkan didepan mata, keinginan untuk memperoleh pendidikan yang
lebih tinggi, keinginan membuka usaha baru sehingga dapat memancing
kreatifitas, dan sebagainya
d) Facility, dengan makin majunya
ekonomi, otomatis semakin lengkap fasilitas yang tersedia, sehingga memudahkan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
Sophisticated technology, teknologi yang makin canggih sebagai akibat pembangunan ekonomi akan mendorong manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan lain-lain
Sophisticated technology, teknologi yang makin canggih sebagai akibat pembangunan ekonomi akan mendorong manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan lain-lain
·
Dampak
Negatif:
a) Polarisation, terkutubnya dua pihak,
yaitu antara kelompok borjuis dengan proletar, dimana polarisasi tersebut dapat
memicu konflik antarkelas
Ethnicity, makin kuatnya rasa ke’etnis’an, khususnya bila ada sebuah etnis yang berhasil disebuah bidang maka etnis tersebut cenderung mensejahterakan etnisnya terlebih dahulu, sehingga bisa menimbulkan nepotisme.
Ethnicity, makin kuatnya rasa ke’etnis’an, khususnya bila ada sebuah etnis yang berhasil disebuah bidang maka etnis tersebut cenderung mensejahterakan etnisnya terlebih dahulu, sehingga bisa menimbulkan nepotisme.
b) Migration, dengan permintaan tenaga
kerja yang berlimpah ke pusat-pusat pembangunan maka akan menarik tenaga kerja
di desa menuju kota dan memperpadat penduduk kota, sehingga kota menjadi
overloaded dan tidak lagi ramah lingkungan.
Labour surplus, apabila urbanisasi sudah terlampau jenuh, dimana permintaan tenaga kerja sudah terpenuhi dan pembangunan lebih membutuhkan tenaga kerja terdidik dan terampil maka yang terjadi adalah terbatasnya kesempatan kerja, kemiskinan, kriminalitas, dan lain sebagainya
Labour surplus, apabila urbanisasi sudah terlampau jenuh, dimana permintaan tenaga kerja sudah terpenuhi dan pembangunan lebih membutuhkan tenaga kerja terdidik dan terampil maka yang terjadi adalah terbatasnya kesempatan kerja, kemiskinan, kriminalitas, dan lain sebagainya
c) Unstable households, hal ini
disebabkan terciptanya keluarga-keluarga yang berantakan (disorganisasi
keluarga) akibat beratnya beban ekonomi yang ditanggung
Social distance, jarak sosial yang makin jauh, dimana semakin tingginya individualisme karena masing-masing orang dituntut memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi sehingga tidak ada waktu memperhatikan hubungan sosialnya
Social distance, jarak sosial yang makin jauh, dimana semakin tingginya individualisme karena masing-masing orang dituntut memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi sehingga tidak ada waktu memperhatikan hubungan sosialnya
d) Social unrest, terjadinya
pertentangan-pertentangan sosial akibat beban ekonomi lapisan bawah yang
menyebabkan mudah tersulut emosi, lapisan atas pun semakin keras menyerang
pihak-pihak yang dirasakan bisa membahayakan posisi maupun kenikmatan yang
sudah diraih dan mereka rasakan
e) Broken morality, hilangnya norma-norma
lama dan digantikan norma baru yang merusak moral, lebih jauh lagi hilangnya
kebudayaan wilayah yang tersentuh pembangunan
DAFTAR PUSTAKA
Jim Ife dan Frank Tesoriero. 2008. Community Development. Penerjemah Sastrawan Manullang dkk. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Lubis, Rissalwan
Habdy. 2006. Kemiskinan dan
Lingkungan: Kasus Komunitas Lahan Basah Kota Depok dan Jakarta.
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, April 2006, jilid 4 No. 1
Soekanto, Soerjono,
1969. Sosiologi Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Soekanto, Soerjono.
1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan sosial. Surabaya : Ghalia
Indonesia.
Streeten, Paul. Et.
Al. Meeting Basic Human Needs in Developing Countries. New York: Oxford
University Press, 1981.
Susanta Gatut. 2008. Panduan
Lengkap Membangun Rumah. Griya Kreasi. Bogor
Sztompka, P. 2004. Sosiologi
Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media.
Todaro, Michael P.
1987. Economic Development in The Third World. York : Longman Inc.
Todaro, Michael P.
1987, Economics for a
developing world : an introduction to principles, problems and policies for
development, York :
Longman Inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar