Pendahuluan
Siapa yang tak kenal ikan lele, ikan
ini sudah lazim dijumpai di seluruh penjuru nusantara, Hidup di air tawar. Ikan
ini memang banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak jika digoreng atau di
bakar. Oleh karena kelezatannya, ikan ini sering kali dibudidayakan dan memang
sangat menguntungkan. Sebelum kita pelajari cara budidaya ikan
lele terlebih dahulu kita simak syarat hidup ikan lele
berikut ini :
- Ikan lele dapat hidup pada suhu 20° Celcius dengan suhu optimal antara 25° sampai 28° C. Adapun untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26° sampai 30°C dan untuk pemijahan suhu berkisa 24 °- 28°C.
- Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak dan bahan lainnya yang dapat mematikan ikan lele.
- Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup walaupun kondisi airnya buruk, keruh, kotor dan hanya mengandung sedikit sekali zat O2 (oksigen)
- Perairan yang baik adalah banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir
- Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup (jangan menanam terlalu banyak enceng gondok)
- Mempunyai tingkat pH 6.5-9 kesadahan (derajat butiran kasar) maksimal 100ppm dan optimal 50 ppm, turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30-60 cm, kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar dari 0.3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak, dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157.56 mg/liter.
Sistem Budidaya Dengan Biofloc
Menurut
buku “Probiotik” Editor dari Prof.Dr. Soeharsono, Msc, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kehadiran unsur Karbon (C), Nitrogen (N) dan Posfor (P) dalam
tubuh ikan atau udang yang merupakan cerminan dari pakan ikan atau udang,
rata-rata 13%, 29% dan 16%, namun jumlahnya sangat sedikit dalam tubuh, karena
ternyata pakan yang dimakan oleh ikan hanya 20%-30%, artinya tersisa 70-80%
dalam kolam atau sedimen dan itu jumlah yang sangat besar. Sisa 70%-80% inilah
yang biasa menjadi sumber penyakit muncul, Kualitas air menurun dan berakibat
dengan pertumbuhan ikan lele yang kurang maksimal. Artinya saat kita mampu
mengolah sisa 70% tersebut maka kita mampu memberikan lingkungan yang terbaik
untuk ikan lele. Ada banyak teknik pengelolaan sisa kotoran dan pakan bisa
menggunakan sistem sirkulasi, sistem penyedotan, sistem probiotik dan yang akan
kami gunakan yaitu sistem BIOFLOC.
Apa itu BIOFLOC
?
Biofloc
merupakan agregat diatom, makroalga, pelet sisa, eksoskeleton organisme mati,
bakteri, protista dan invertebrata juga mengandung bakteri, fungi, protozoa dan
lain-lain yang berdiameter 0,1-2 mm. Bahan-bahan organik itu merupakan pakan
alami ikan dan udang yang mengandung nutrisi baik, yang mampu disandingkan
dengan pakan alami, sehingga pertumbuhan akan baik bahkan jumlah pakan yang
diberikan bisa diturunkan.(Probiotik)
Menurut Teori Biofloculasi
Biofloc
adalah tehnik pengolahan limbah cair untuk makroagregat yang dihasilkan dalam
sistem lumpur aktif. Lumpur aktif bisa juga diibaratkan sebagai sup mikroba
yang terbentuk dari pemberian aerasi terus menerus pada biomassa tersuspensi
dan mikroorganisme penguraian dalam limbah cair.
Bagaimana
terbentuknya BIOFLOC di dalam air?
Proses
ini dimulai dari proses nitrifikasi yang reaksinya adalah amonia plus oksigen
menjadi ion nitrit dan akhirnya nitrat dan air, pada reaksi ini terdapat campur
tangan bakteri oksidasi amonia dan bakteri oksidasi nitrit, artinya semua
proses ini memerlukan oksigen yang cukup tinggi yaitu 4 ppm pada siang hari dan
6 ppm pada malam hari.
Mikroorganisme
seperti bakteri dengan kemampuann lisis bahan organic memanfaatkan detritus
sebagai makanan. Sel bakteri mensekresi lendir metabolit , biopolymer (polisakarida
, peptida, dan lipid) atau senyawa kombinasi dan terakumulasi di sekitar
dinding sel serta detritus. Kesalingtertarikan antar dinding sel bakteri
menyebabkan munculnya flog bakteri. (Aquacultur.blogspot)
Penggunaan
BIOFLOC dalam budidaya ikan lele kita ketahui dengan sifat nafsu makan yang
tinggi dan usus pendek dari ikan lele menyebabkan ikan lele mudah lapar namun
cepat menyebabkan akumulasi kotoran menumpuk. Tehnik Biofloc pada intinya
mereduksi bahan-bahan organik dan senyawa beracun yang terakumulasi dalam air
pemeliharaan ikan. Dengan sistem self-purifikasi didapat hasil akhir
meningkatkan effisiensi pemanfaatan pakan dan peningkatan kualitas air.
Hasilnya adalah :
- Pakan ikan lele akan lebih effisien
- Pertumbuhan ikan lele akan rampag artinya selama kegiatan budidaya tidak ada kegiatan penyortiran.
- Kecepatan pertumbuhan ikan yang lebih optimal dengan masa waktu panen yang lebih singkat.
- Padat tebar per meter3 yang lebih tinggi kisaran 500 benih-1000 benih/m3.
- Ikan sehat dan gesit serta mengurangi penyakit pada ikan.
Persyaratan Kolam
Biofloc
- Membutuhkan probiotik pembentuk floc. Dengan menggunakan bakteri Bacillus sp seperti Bacillus Substilis, Bacillus cereus.Probiotik bisa dibeli dipasaran dengan harga yang murah dan bisa diperbanyak dengan molase supaya lebih hemat.
- Membutuhkan oksigen yang tinggi didalam kolam kisaran 4 ppm-6 ppm. Untuk mengatasinya bias menggunakan pompa celup dengan ketinggian pompa 2,5 meter dengan kekuatas 43 watt.
- Penambahan bahan baku stater yang mengandung karbon seperti molase, tepung tapioka, tepung terigu, bekatul atau gula.
- Kondisi lingkungan air kolam dibuat selalu mengaduk dengan bantuan semburan air atau aerator.
Ciri-Ciri Air
Kolam Yang Terbentuk Sistem Biofloc
- Warna air kolam coklat kekuningan semakin lama akan coklat kemerahan.
- Air kolam tidak berbau.
- Air kolam lebih encer dan tidak kental.
- Jika diambil sampel airnya didiamkan beberapa menit, terdapat endapan coklat kehijauan yang melayang-layang didalam air.
- Ikan lele sehat dan gesit.
Mengapa
dibutuhkan bahan penambahan bahan yang mengandung karbon kedalam air kolam.
Didalam sistem biofloc membutuhkan oksigen, sisa pakan, air yang tersuspensi dan bantuan bakteri probiotik didalam kolam. Bakteri ini membutuhkan makanan untuk bermetabolisme dan berkembang menjadi jumlah yang mampu menguraikan sisa pakan didasar kolam. Bakteri dapat memanfaatkan ammonia-nitrogen dengan effisien jika perbandingan C/N sekitar 15-25 : 1. Sehingga kekurangan karbon dilakukan kegiatan penambahan bahan ke dalam kolam seperti gula, molase , tepung tapioka, tepung terigu, dan dedak.
Didalam sistem biofloc membutuhkan oksigen, sisa pakan, air yang tersuspensi dan bantuan bakteri probiotik didalam kolam. Bakteri ini membutuhkan makanan untuk bermetabolisme dan berkembang menjadi jumlah yang mampu menguraikan sisa pakan didasar kolam. Bakteri dapat memanfaatkan ammonia-nitrogen dengan effisien jika perbandingan C/N sekitar 15-25 : 1. Sehingga kekurangan karbon dilakukan kegiatan penambahan bahan ke dalam kolam seperti gula, molase , tepung tapioka, tepung terigu, dan dedak.
Pedoman Teknis
Budidaya
- Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam
pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan.
Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan
lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pembudidayaan dilakukan dengan prinsip-prinsip dasar ilmu
tanah dan air untuk mengkondisikan ekosistem kolam yang dapat mendukung
makro-mikro flora-fauna yang menguntungkan budidaya. Selain itu juga menekan
dan meminimalkan pengaruh negatif flora-fauna yang merugikan. Dengan
melambungkan harga pakan dan biaya listrik yang sangat tinggi dan hasil jual
yang murah dan berdasarkan reset makan maka mengembangkan sebuah sistem baru
yang disebut dengan Sistem Lele Organik (Plock Bakteri).
I.Teknis Budidaya dan Persiapan Asumsi :
•Kolam ukuran 4x6 meter.
•Ketinggian air 1-1½ meter.
•Padat penebaran 200-350
ekor/m3
•Masa budidaya 90 hari.
•Lokasi kolam yang kena
matahari langsung dan maksimal.
II.Cara
Memilih Bibit yang Baik
•Pilih bibit yang aktif, kuat
dan bebas dari jamur.
•Bibit sudah disterilisasi dari
pembibitan.
•Tidak ada cacat, luka dan
kumis putus.
•Bibit minimal ukur 5.
•Bibit ditebar pada waktu dingin (jam 6 sore – jam 9
pagi).
III.Manajemen Pakan
•Mulai pemberian pakan pada
hari berikutnya.
•Gunakan pakan yang dijual
secara komersial.
•Jangan memberikan pakan secara berlebihan karena pakan yang terbuang akan
membusuk dan melepas gas beracun yang
menyebabkan stress lele.
•Jangan campurkan bahan kimia khususnya antibiotic
dalam pakan.
IV.Manajemen
Air
•Kondisikan air berwarna cokelat.
•Air perlu diganti/disirkulasi atas apabila terdapat
buih dan berlendir.
•Jangan ganti air jika tidak ada gejala diatas
tersebut.
•Air agak bau
perlu ditambah probiotik 5 ppm pada waktu matahari terik (jam 8 pagi – jam 1
siang).
V.Pemahaman
Tentang Buku Catatan Harian Kolam
•Rincian persiapan kolam.
•Informasi mengenai kualitas bibit yang unggul.
•Nama unit pembenihan bibit unggul.
•Tanggal penebaran.
•Pengeluaran yang dikeluarkan
dan hasil dari penjualan.
VI.Meningkatkan Kemampuan dalam Pemasaran Hasil Budidaya
(Penjualan)
Kelebihan
1.Angka kehidupan lebih tinggi.
2.Pakan lebih irit.
3.Air tidak perlu diganti.
4.Lebih ekonomis.
·
Bakteri bentuk : -Bacillus sp
-Coccus
·
Jenis
Bakteri : -Micrococcus
-Nitrobacter
-Nitrosomonas
·
Kegiatan Bakteri
:
1.
Memperbaiki air
dari over blooming dan kerusakan dasar kolam.
2.
Menghilangkan
jasad terapung dan gas - gas beracun.
3.
Memperbaiki mutu
air dari pembusukan.
4.
Memperbaiki over
blooming algae.
Pada
minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran
maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus
dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih
diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang
dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
Ø Usia
10-15 minggu, angka secchi = 30-50
Ø Usia
16-19 minggu, angka secchi = 30-40
Ø Usia
20-24 minggu, angka secchi = 30
- Pemupukan
Sebelum
digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton
hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam)
dengan dosis 500-700 gram/m 2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP
20 gram/m 2, dan amonium nitrat 15 gram/m 2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm
dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat
atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh
sebagai makanan alami lele. Secara bertahap ketinggian air ditambah,
sebelum benih lele ditebar. (lihat Lampiran: Bagan Pembentukan Heterotrop/
Probiotik)
- Pemberian Pakan
Makanan Alami Ikan Lele
Makanan
alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air. Makanan
berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol.
Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol.
Chlorophyta). Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
Makanan Buatan (Pellet)
Cara pemberian pakan:
Ø Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu
dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang
berbentuk tepung.
Ø Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi
makanan yang berbentuk pellet.
Ø Mulai pemberian pakan pada hari berikutnya.
Ø Gunakan pakan yang dijual secara komersial.
Ø Jangan memberikan pakan secara berlebihan karena pakan
yang terbuang akan membusuk dan melepas gas beracun yang menyebabkan stress
lele.
Ø Jangan
campurkan bahan kimia khususnya antibiotic dalam pakan.
Ø Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari,
karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan
merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
Makanan Tambahan
Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan
berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang
dihancurkan, usus ayam, dan bangkai. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau
campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
- Pemeliharaan Kolam/Tambak
Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200
gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit. Air dalam kolam/bak
dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut
dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam.
Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera
dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m 2 selama satu
minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan
kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
Hama Dan
Penyakit
Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang
langsung mengganggu kehidupan lele. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama
yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung,
serangga, musang air, ikan gabus dan belut. Di pekarangan, terutama yang ada di
perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele
secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.
Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan
Pseudomonas hydrophylla. Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage
(cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk
bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala: warna tubuh menjadi gelap,
kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian:
memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine
dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2)
Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
Ø Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh
ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati,
ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau
miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian:
memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin
dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
Ø Penyakit
karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur
ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang
kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas,
pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup
insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut
diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa
direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur
direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama
15 menit.
Ø Penyakit
Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab:
parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid,
mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air;
(2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3)
ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan: dengan
cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25
cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam,
kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
Ø Penyakit
Cacing Trematoda
Penyebab:
cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang
insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang
yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya
pernafasan terganggu. Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m 3 air selama
15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke
dalam larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai
larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5%
selama ± 10 menit.
Ø Parasit
Hirudinae
Penyebab:
lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya
lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu
diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus
dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah,
misalnya :
Ø Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara
dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
Ø Bila
pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
Ø Bila
kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
Ø Bila
makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
- Panen
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
Ø Lele
dipanen pada umur 3 (tiga) bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat
dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 70-100 gram/ekor.
Ø Sebelum
pemanenan dilakukan ikan lele selama 1-2 hari tanpa diberi makan untuk
menghindari penumpukan amonia pada perairan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada
pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser
halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen lele tersebut di
taruh dalam tong/bak/hapa
Ø Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu
kali.
- Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan
cara:
Ø Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan
larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
Ø Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau
larutan permanganat kalium (PK) dengan cara yang sama.
Ø Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau
dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit
yang ada di kolam.
Penutup
Diharapkan dengan adanya sistem biofloc untuk budidaya
lele ini bisa membantu para petani lele untuk meningkatkan produksinya dan bisa
mengurangi biaya untuk pakan sehingga para petani lele bisa mendapatkan
keuntungan yang lebih besar saat panen dan juga bisa meningkatkan perekonomian
masyarakat. Pengembangan budidaya ikan lele ini kedepannya dapat tumbuh menjadi
komoditas bisnis perikanan yang diandalkan untuk mendongkrak
penghasilan per kapita petani dan perekonomian masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar