1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak terlepas dari hubungan dengan orang lain dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Hubungan antara manusia itu sendiri memerlukan suatu proses
yang sering disebut komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
pesan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui
saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud
memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan
komunikator.
Pada dasarnya komunikasi
dikatakan berhasil apabila makna pesan yang diterima komunikan sesuai dengan
makna pesan yang disampaikan komunikator. Keberhasilan komunikasi sangat
dipengaruhi oleh kondisi/latar belakang komunikator dan komunikan, saluran dan
media komunikasi serta gangguan yang mungkin terjadi pada saat berkomunikasi.
Dengan demikian komunikasi
dikatakan mudah apabila dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sudah mengenal
satu sama lain atau memiliki tingkat pendidikan, latar belakang (sosial budaya)
yang relatif sama dan tidak ada gangguan (teknis maupun semantik) pada saat
komunikasi berlangsung. Sedangkan komunikasi dapat dikatakan sulit apabila
komunikator dan komunikan memiliki perbedaan yang nyata baik dari tingkat
pendidikan ataupun latar belakang atau terdapat gangguan selama komunikasi
berlangsung.
Prinsip bahwa komunikasi
adalah suatu proses, penting sekali dijadikan pedoman, karena hal itu
menunjukkan kepada kita bahwa pada hakekatnya sebagai suatu proses, maka
komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir yang difinitif. Segala sesuatu
pengalaman, pengetahuan, tentang orang, topik, informasi umum, serta sikap kita
berasal dari masa lalu ikut berpengaruh pada respon yang kita lakukan terhadap
sesuatu yang kita terima ketika berkomunikasi.
Komunikasi
dapat membawa sebuah perubahan sosial. Dalam pembicaraan sehari – hari kita
mengenal tentang perubahan yang terdapat di struktur masyarakat sosial.
Perubahan itu mencakup berbagai aspek di dalam kehidupan bermasyarakat. Paling
tidak ada perubahan yang secara jelas menggambarkan bagaimana perubahan itu
terjadi dan pengaruhnya pada setiap aspek dan struktur masyarakat.
Perubahan
yang terjadi didalam struktur sosial masyarakat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Perubahan sosial secara internal
karena adanya pergolakan dan perubahan setiap individu – individu yang membawa
perubahan kepada anggota masyarakat lainnya sehingga mau tidak mau, suka atau
tidak suka masyarakat akan terimbas oleh pengaruh tersebut. Begitu pula dengan
perubahan sosial disebabkan faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya dan
terpaan media massa yang membawa suatu dampak tersendiri bagi budaya masyarakat
didalamnya. Justru pengaruh eksternal inilah yang sangat kuat dalam membentuk
setiap perubahan yang nyata di dalam masyarakat.
Dalam
usaha meningkatkan nilai tambah dirinya di masyarakat, manusia memerlukan
pendidikan baik formal, non formal maupun informal. Walaupun, masyarakat
mengetahui bahwa pendidikan itu penting, tetapi tidak semua orang memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan formal. Dalam usaha
meningkatkan kapasitasnya sehingga mampu menjalankan perannya dalam masyarakat,
pendidikan non formal merupakan alternatif pendidikan yang dapat ditempuh.
Salah satu pendidikan non formal yang umumnya dilakukan adalah penyuluhan.
Penyuluhan
merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara
sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya
dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat
luas. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan,
sikap, kebiasaan dan keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi
masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Pada
hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami
mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian
menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi.
Dengan demikian terlihat bagaimana pentingnya memenuhi persyaratan komunikasi
yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Bila
pengertian-pengertian tersebut dikaitkan dengan bidang penyuluhan maka
komunikasi penyuluhan adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan
dengan kegiatan semua bidang kehidupan baik secara perorangan maupun kelompok
yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu dalam usaha
meningkatkan nilai tambah dan pendapatan.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa komunikasi dalam penyuluhan bukan saja dimaksudkan untuk
mempengaruhi sikap dan tingkah laku komunikan akan tetapi lebih dari itu.
Setiap penyuluh harus bisa menjadi komunikator yang handal agar apa yang
sampaikan dapat diterima sasaran dengan baik. Namun, setiap komunikator belum
tentu penyuluh karena tujuan orang berkomunikasi kadangkala hanya sebagai
menyampaiankan pesan saja tidak sampai membimbing dan mengarahkan sasaran agar
dapat menerapkan pesan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penyuluhan bertujuan
mengadakan perubahan timbulnya hasrat atau keinginan sasaran sehingga dengan
kesadaran sendiri tanpa paksaan melakukan penilaian mencoba yang pada akhirnya
menerapkan atau mempraktekkan segala pesan yang disampikan oleh penyuluh.
Selain itu, dalam penyuluhan materi pesan selalu memperhatikan kelayakan
teknis, ekonomis, sosial dan aspek lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
Penyuluh Merupakan Komunikator dan Komunikator Belum Tentu Penyuluh.
1.2 Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah
untuk mengetahui peran dan proses komunikasi dalam sistem penyuluhan.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan
penerimaan pesan-pesan dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada orang lain
(penerima, sasaran, pelaku utama/pelaku usaha) secara timbal balik (two-way
traffic communication). Hal ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli
antara lain:
a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada
siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”
b. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan
untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan
atau memperkuat ego
Berdasarkan
definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa
komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :
a. Komunikasi adalah suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan
atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
b. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar,
disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku
yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila
pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut
terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang
disampaikan
2.2
Tujuan
Komunikasi
Dipandang
dari segi manfaat atau keuntungan, komunikasi dapat memiliki beberapa tujuan
diantaranya adalah:
A. Informatif
Memberi
informasi pendekatan pada pikiran. Pada komunikasi secara informatif,
Informasi-informasi yang disampaikan harus factual dan objektif.
Memberikan informasi (pendekatan pada pikiran : gagasan, informasi, opini dan
lain-lain yang muncul dari benaknya).
B.
Persuasif
Menggugah perasaan
orang seperti, senang, suka dan tidak suka. Pikiran seseorang bersifat
obyektif, sedangkan perasaan bersifat subyektif. Juga dalam pengadilan,
perbedaan kedua hal tersebut sangat penting, hakim berusaha untuk membedakan
antar tindakan atau perbuatan yang disebabkan perasaan dan tindakan atau
perbuatan yang disebabkan oleh pikiran. Menggugah perasaan (pendekatan
pada emosi: keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,
keberanian dan lain-lain).
C.
Entertainment/menghibur
Bertujuan
untuk menghibur orang, misalnya seorang membuat dagelan atau lelucon bertujuan
agar orang lain mempunyai perasaan gembira. Dalam komunikasi penyuluhan
perikanan tujuan ini sering dianggap perlu dengan maksud agar sasaran (pelaku
utama beserta keluarganya) memiliki perasaan gembira dan tidak bosan dalam
mendengarkan segala informasi yang disampaikan oleh para penyuluh.
D.
Mengubah
sikap/perilaku (to change the behaviour)
Komunikasi
bertujuan menumbuhkan kesadaran untuk merubah perilaku sasaran dengan
sendirinya sehingga diharapkan tumbuhnya partisipasi. Setiap komunikasi dalam
penyuluhan selalu mengharapkan umpan balik berupa respon yang positif dari
sasarannya, yaitu berupa perubahan perilaku dan termanifestasikan dalam bentuk
perubahan tindakan-tindakan.
E.
Mengubah opini/pendapat/pandangan
(to change the opinion)
F.
Mengubah
masyarakat (to change the society)
2.3
Aspek Aspek Dalam Komunikasi
Unsur-unsur
dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapai
satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya
suatu aktivitas komunikasi. Dalam sebuah proses komunikasi yang sangat
sederhana paling tidak memerlukan tiga unsur, yakni komunikator, pesan, dan
komunikan. Carl I. Hovland dalam bukunya Social Communication menyebutkan:
communication is the process by which an individual (the communicator) transmit
stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of other individual
(communicate), (komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu
(komunikator) mengirimkan stimuli (simbol kata) untuk mengubah perilaku orang
lain (komunikan). (Purba, 2006: 39).
Claude
E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan
bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya,
yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, dan tujuan. Pada awal tahun
1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula
ini dikenal dengan nama “SMCR”, yakni: Source (pengirim), Message (pesan),
Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima). Gerald Miller
dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback)
sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Perkembangan
terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno, dan Erika
Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya
dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
A. Komunikator/sumber informasi
Komunikator
adalah individu atau kelompok masyarakat yang mengambil prakarsa atau sedang
mengadakan komunikasi dengan individu atau dengan kelompok masyarakat menjadi
sasarannya. Jadi komunikator merupakan sumber komunikasi yang sekaligus juga
bertindak sebagai penyaji (Totok, 1982:78). Seseorang komunikator harus
memiliki kredibilitas yang tinggi. Untuk menaikkan kredibilitas yang bisa
menyangkut kecakapan, kepercayaan dan keahlian, maka dibutuhkan pola agar dapat
membangun kredibilitas seseorang komunikator. Sumber informasi adalah pihak yang mengirim pesan atau informasi.
Menurut Parton (1996:180) Komunikator harus menguasai
4 keahlian dasar yaitu:
a. Mendengar, memberi dan memberikan umpan balik
b. Menujukkan ketegasan
c. Menangani konflik
d. Memecahkan masalah
B. Pesan
Siregar
(1985:12) memberikan pengertian pesan adalah setiap wujud signal yang dapat
merangsang atau menyentuh penerima dan menciptakan efek berupa pengenalan dan
pengertian. Menurut pesan dapat berupa signal terdengar, terlihat, teraba,
tercium, terkecap. Dari sini dapat diketahui bahwa sifat pesan dapat dikenali
dari indra penerima yang menangkap signal tersebut. Pesan merupakan informasi yang
ditujukan kepada penerima. Dalam penyuluhan perikanan pesan ini dapat
berupa materi penyuluhan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penyampaian pesan sebagai
berikut :
a. Pesan yang digunakan didasarkan
pada kebutuhan sasaran.
Penyampaian pesan kepada sasaran sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan,
untuk mengetahui kebutuhan sasaran terlebih dahulu dilakukan identifikasi
b. Tidak bertentangan dengan budaya
setempat
Pesan/informasi yang akan disampaikan kepada sasaran harus disesuaikan
dengan kebiasaan dan tidak bertentangan dengan budaya setempat. Sehingga
pesan/informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran yang
akan berdampak pada perilaku dan kepribadian sasaran.
c. Mudah diterapkan dan dilaksanakan
Pesan/informasi yang akan disampaikan sebaiknya berisi mengenai hal-hal
yang mudah diterapkan dan dilaksanakan oleh sasaran, sehingga dampak yang
diharapkan mampu mengubah perilaku dan kepribadian sasaran.
d. Ekonomis
Pesan/informasi yang disampaikan merupakan hal-hal yang mudah dimengerti
dan mudah didapat oleh sasaran.
Kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan
tanggapan yang sesuai dengan yang kita kahendaki yaitu:
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan dengan
sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
b. Pesan harus menggunakan lambang yang tertuju pada
pengalaman yang sama antara komunikator dengan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan
untuk menyarankan beberapa cara memperoleh kebutuhan tersebut.
C. Saluran/Media
Media/saluran
pada unsur komunikasi merupakan alur yang dilalui pesan yang disampaikan sumber
pesan kepada penerima pesan. Saluran adalah jalan yang dilalui pesan yang
disampaikan sumber kepada penerima. Saluran meliputi penggunaan metoda dan
teknik serta penggunaan media yang relevan dengan tujuan, sasaran serta sifat
pesannya. Pada umumnya semakin banyak indera yang distimuli melalui berbagai
media semakin efektif proses komunikasi. Penggunaan metoda, teknik dan media
penyuluhan perikanan selain untuk meningkatkan pemahaman sasaran terhadap pesan
yang disampaikan, untuk mendorong aktivitas dan kreativitas sasaran serta
tumbuhnya rasa percaya diri.
D. Sasaran/Penerima/Komunikan
Penerima
adalah pihak yang menerima pesan-pesan atau informasi, yaitu pihak yang diharapkan
akan berubah baik perilaku maupun kepribadiannya. Dalam penyuluhan
perikanan penerima atau sasaran adalah pelaku utama dan pelaku usaha
perikanan beserta keluarganya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangan dari sisi penerima pesan, sebagai
berikut:
a. Sesuai kebutuhan
Proses
penyampaian pesan/informasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
komunikan, sehingga diharapkan dengan sesuainya pesan/informasi yang dibutuhkan
oleh komunikan dapat merubah perilaku maupun kepribadian sasaran. Sehingga pesan
yang disampaikan akan bermanfaat bagi sasaran.
b. Kesejajaran posisi dalam penyampaian pesan
Dalam proses
komunikasi adanya kesejajaran antara komunikator dengan komunikan akan
berpengaruh pada kelancaran proses komunikasi sendiri. Keberadaan komunikan akan
merasa dihormati sehingga komunikan akan lebih mudah dalam menyampaikan
pesan/informasi.
E. Dampak/Efek/Feedback
Dampak/Efek/Feedback pada komunikasi merupakan
respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik (feedback)
bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang disampaikan. Efek
komunikasi berupa perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada sasaran
akibat dari proses komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut perubahan perilaku (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap), serta perubahan
kepribadian sasaran (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama, percaya
diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain
sebagainya). Efek komunikasi ada yang langsung bisa diketahui, misalnya perubahan
pengetahuan dan keterampilan, tetapi adapula yang tidak langsung
artinya perlu waktu yang lama seperti perubahan sikap dan kepribadian. Pada
komunikasi dua arah (two way trafficts communication) komunikator bisa
memperoleh umpan balik secara langsung dibanding komunikasi yang searah.
F. Lingkungan
Lingkungan
atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya
komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan
fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
2.4 Komunikasi dalam Kegiatan Penyuluhan
Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang –
Undang No. 16 Tahun 2006). Untuk keberhasilan proses penyuluhan maka diperlukan
komunikasi antara penyuluh dan sasaran penyuluhan.
Di dalam
kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk
menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada
penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan
dapat disampaikan secara verbal
(dengan kata-kata) atau non-verbal
(tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar,
dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui
sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan
afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior)
dan kepribadiannya (personality). Perilaku (behavior) yang
diharapkan berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Sedangkan kepribadian (personality) meliputi
kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta
posisi tawarnya (bargaining position).
Perubahan perilaku pelaku utama beserta keluarganya
sebagai efek dari proses komunikasi adalah merupakan tujuan yang dikehendaki
oleh para penyuluh dalam melaksanakan proses komunikasi dengan pelaku utama dan
keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut penyuluh harus mampu menyesuaikan
tingkatan komunikasi yang dapat mempengaruhi pelaku utama dan keluarganya agar
menghasilkan respons sesuai harapan, artinya antara penyuluh dan pelaku utama
dalam berkomunikasi harus memiliki kemampuan bahasa yang sama agar terjadi
hubungan pengertian dalam berkomunikasi. Kondisi ini akan memberikan efek
sesuai dengan tujuan komunikasi.
Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh merupakan sumber informasi. Beberapa hal yang harus dimiliki penyuluh untuk keberhasilan dalam
komunikasi :
a. Sikap, tampilan, dan etika
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah seseorang yang mempunyai
sikap yang baik, artinya mampu menempatkan diri sesuai dengan kondisi sasaran.
Selain itu mempunyai tampilan yang menarik sehingga sasaran akan tertarik untuk
menerima pesan yang akan kita berikan. Hal yang tidak kalah penting seorang
komunikator harus mempunyai etika yang mampu menyampaikan pesan dengan baik
sesuai dengan aturan/etika yang berlaku di daerah sasaran.
b. Menguasai Pesan
Komunikator yang baik harus menguasai pesan yang akan diberikan ke sasaran.
Penguasaan pesan bisa didapat dengan mempelajari terlebih dahulu materi/pesan
yang akan disampaikan.
c. Menguasai metode penyampaian
Komunikator yang baik adalah yang menguasai teknik berbicara dalam
mengungkapkan buah pikirannya dan cakap membangkitkan minat dan menarik
perhatian sasaran serta mampu menyajikannya dengan baik.
d. Tidak menggurui, mendikte dan
tidak menekan
Proses penyampaian pesan oleh sumber informasi sebaiknya tidak menggurui,
mendikte dan menekan yaitu dengan mensejajarkan posisi sasaran dalam komunikasi
tersebut dengan komunikator, menjadikan sasaran sebagai mitra
berkomunikasi akan lebih memperlancar proses penyampaian pesan/informasi.
e. Menguasai sistem sosial setempat
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah komunikator yang mampu
menguasai sistem sosial setempat, artinya dalam menyampaikan pesan terlebih dahulu dipelajari kebiasaan atau sifat-sifat dari sasaran/ masyarakat.
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi
terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada
pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama
kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal
(dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat,
gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran
secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya,
intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran
mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality).
Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan kepribadian (personality)
meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan,
serta posisi tawarnya (bargaining position).
2.5
Fungsi Komunikasi dalam
kegiatan Penyuluhan
Penyuluhan
pertama-tama harus berfungsi memberikan jalan kepada para objek penyuluhan
untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya itu.
A.
Fungsi
penyuluhan dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para peserta
penyuluhan agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
itu.
B.
Menjembatani
gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek yang
disuluh dengan pengetahuan teknologi atau umum yang selalu berkembang menjadi
kebutuhan sehari-hari.
C.
Sebagai
penyampai, pengusaha, dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat
diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh.
D.
Sebagai
pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu, yang artinya penyuluhan tidak
akan berhenti karena yang dikehendakinya, keadaan yang berkembang, lebih baik
dan lebih maju dengan perkembangan zaman.
3.
PEMBAHASAN
Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh harus mampu
berkomunikasi dengan baik. Agar komunikasi dapat efektif penyuluh harus
merencanakan terlebih langkah-langkah komunikasi agar tepat sasaran.
3.1
Perencanaan
Komunikasi Penyuluhan
Perencanaan
komunikasi dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan amat diperlukan karena
pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah “sesuatu yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.
Tujuan yang dimaksud ialah tujuan dari kegiatan penyuluhan, dan tujuan
komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan
penyuluhan tersebut. Tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan bagaimana
jadinya pekerjaan kita itu nantinya.
A.
Dukungan
Komunikasi (Communication Support) Untuk Penyuluhan
Dukungan
komunikasi (communication support) adalah penggunaan yang terkoordinir
dari berbagai metoda komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian kepada, dan
menawarkan suatu pemecahan terhadap suatu problem tertentu. Apa pun masalah
atau subjek yang akan disuluhkan, satu hal yang pasti adalah senantiasa
diperlukan keterampilan berkomunikasi untuk dapat menyuluhkan dengan baik, karena
keterampilan berkomunikasi ini merupakan bekal dasar untuk menyampaikan sesuatu
kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain menyangkut bagaimana
mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh orang lain yang
mendengarkan kita.
Dalam
bidang komunikasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu perkakas komunikasi
yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud.
Menurut Middleton dan Lin, 1975 ada beberapa prinsip penting dalam menyusun
rencana komunikasi, yaitu:
a.
Perencanaan
komunikasi membutuhkan konsultasi.
b.
Rencana
yang disusun hendaklah fleksibel.
c.
Rencana
yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it”.
B.
Perlunya
Disain Komunikasi Penyuluhan
Meskipun
mungkin saja kita merasa telah “siap” untuk menyuluh, namun kerapkali masih
timbul keragu-raguan dalam hati, tentang “apakah penyuluhan yang akan kita
lakukan itu nantinya berhasil atau tidak?”. Pertanyaan yang berikutnya adalah :
“Dapatkah khalayak yang disuluh memahami apa-apa yang disuluhkan itu”,
“sungguh-sungguhkan mereka tertarik mendengarkan penyuluhan tersebut, ataukah
hanya pura-pura mengikuti, padahal dalam hatinya tidak berminat sama sekali?”.
Dan masih banyak lagi pertanyaan lanjutan yang menyangkut keinginan penyuluh
agar kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia-sia, melainkan mencapai hasil
seperti yang direncanakan.
C.
Penyusunan
Rencana Komunikasi Penyuluhan
Sejumlah
tahapan yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk kegiatan
penyuluhan adalah:
a.
Menganalisis
problem atau masalah yang dihadapi
b.
Merumuskan
tujuan (objectives) komunikasi.
c.
Memilih
media
d.
Menentukan
pendekatan yang digunakan
e.
Memproduksi
media (Nasution, 1990: 54-58)
Agar pesan komunikasi dapat tanggapan dari pelaku
sasaran, maka seorang komunikator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Pesan yang akan
disampaikan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
meneruh perhatian sasaran yang dimaksud.
b.
Pesan harus
menyesuaikan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber
dan sehingga sama-sama dapat dimengerti.
c.
Pesan harus
membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyerahkan beberapa cara
untuk memperoleh kebutuhan itu.
3.2
Proses Komunikasi
Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya
berlangsung secara bertahap. Karena itu, lebih awal kita perlu memperhatikan 5
(lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:
a.
Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau
melihat apa yang kita tunjukkan kepada mereka)
b.
Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau
lihat
c.
Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar
(atau tidak menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang
benar)
d.
Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan
maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima
e.
Memperoleh umpan balik dari pendengar
Di samping itu, masih ada
faktor lain yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni: Gangguan (noise)
yakni faktor-faktor eksternal (media/saluran komunikasi) maupun internal
(psikologis) yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.
Untuk memungkinkan pelaku sasaran memiliki kemampuan
memecahkan masalahnya sendiri, sangat dibutuhkan bentuk komunikasi yang
mengkondisikan mereka bebas berpendapat, berekspresi, dan mengungkapkan diri
secara terbuka satu terhadap yang lain. Pendekatan yang dibutuhkan adalah
pendekatan atau model komunikasi yang memungkinkan adanya pertukaran informasi
atar komponen dalam proses klomunikasi banyak dimensi. Pendekatan ini sering
disebut dengan model partisipasi (Participatory model) atau model
interaksi (Interchange model). Model partisipatori memiliki pertanyaan
utama “who is talking back to the who talked to them” artinya semakin
banyak dimensi yang diperhatikan. Model ini memiliki anggapan bahwa manusia
bukanlah komunikan yang pasif, tetapi merupakan hasil dari lingkungan
sosialnya. Artinya, reaksi terhadap setiap pesan yang masuk akan ditentukan
oleh lingkungan tersebut. Pemikiran inti dari model komunikasi ini adalah bahwa
dalam proses pembicaraan dapat dimungkinkan dan diperhitungkan timbulnya ide-ide
baru pada waktu komunikasi sedang berlangsung.
Konsep utama pembangunan partisipatif yang berpusat
pada masyarakat cukup sederhana. Konsep ini merupakan suatu pendekatan yang
memandang inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang
utama dan memeandang kesejahteraan meterial dan spiritual mereka sebagai tujuan
yang ingin dicapai melalui proses pembangunan.
Pendekatan ini menyarankan sistem pemakaian agar
kritis terhadap isu-isu yang mereka hadapi dan menganalisis situasi mereka
sendiri, bebas dari sistem sumber. Mereka harus berperan dalam pembangunan,
baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan. Karena itu, pembangunan
haruslah bersifat partisipatif dan interaktif. Dalam perspektif ini komunikasi
dianggap suatu proses yang partisipan-partisipannya bertukar tanda-tanda
informasi untuk mengurangi ketidakpastian. Dalam komunikasi terdapat transaksi
atau pertukaran informasi diantara para partisipan, yang dengan caranya sendiri
telah memberikan konstribusi pada proses tumbuhnya pengertian.
Dinamika kelompok sebagai salah satu metode
pendidikan, ternyata bukan sekedar permainan biasa. Metode ini mencakup dua
jenis energi kelompok yaitu energi untuk pemeliharaan dan kohesi. Dinamika
kelompok sebagai metode yang partisipatif dan iteraktif dapat membangun sebuah
tim yang kohesif, dimana setiap orang didalamnya dapat berlatih keterampilan
berkomunikasi, memecahkan masalah kepemimpinan, dan metode diskusi. Sambil
bermain setiap orang dapat menggali dan menemukan pengetahuan sendiri.
Hal yang perlu diingat adalah, tiap orang mempunyai
kedudukan yang sederajat, sama-sama memepunyai kemampuan dan kesempatan untuk
mengatur diri sendiri. Jadi setiap orang adalah subjek bagi diri dan dunianya.
Ini merupakan wajah demokrasi yang sebenarnya.
Beberapa kriteria yang menandai keberhasilan proses komunikasi adalah berupa:
a. Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap komunikator serta
keterampilan komunikator berkomunikasi (menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat
nalar komunikan).
b. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan.
c. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator dan komunikan
d. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan
akan kebutuhannya atas pesan yang diterima
e. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan dan menantang)
f. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media yang sesuai
dengan jenis indera penerima pesan).
3.3
Teknik Komunikasi Penyuluhan
Teknik komunikasi
dalam penyuluhan harus dikuasai oleh setiap penyuluh dalam setiap kegiatannya,
agar penyampaian materi penyuluhan dapat efektif dalam menjangkau pelaku sasaran.
Didalam proses komunikasi, bahwa unsur “arus balik” merupakan aspek yang sangat
penting untuk mengukur sejauh mana pesan komunikasi mendapatkan reaksi atau
respon dari khalayak sasaran. Bila pesan komunikasi kita memperoleh tanggapan
dari khalayak, maka dapat dikatakan bahwa apa yang kita samapaikan itu telah
mencapai sasaran karena pesan yang diterimanya dapat dimengerti dan dipahami.
Menurut Effendy (1986), bahwa sifak hakikat dari komunikasi adalah understanding
atau memahami; sehingga tak mungkin seseorang melakukan kegiatan tertentu
tanpa terlebih dahulu mengerti apa yang diterimanya.
Jadi
pertama-tama harus diperhatikan bahwa orang dijadikan sasaran komunikasi
itu memahami (to secure understanding). Jika sudah dapat dipastika ia
memahami; dapat diartikan ia menerima. Dalam kaitan ini Citrotroro (1982),
mengatakan mengerti diartikan sebagai “dapat menangkap secara reseptif
apa yang diterima” sedangkan yang dimaksud dengan memahami adalah
“dapaat menangkap secara reflektif”, artinya seseorang dapat menerima pesan
dapat mengerti pesan yang diterimanya dan mengetahui hubungannya dengan hal-hal
lain. Oleh karna itu, agar pesan dapat dipahami dan dimengerti komunikan, maka
diperlukan keterampilan dan atau keahlian tertentu didalam “mengelola”
komunikasi. Dengan kata lain seseorang komunikator harus menguasai
teknik-teknik komunikasi dalam kegiatan penyuluhan.
Keberhasilan
dalam suatu aktifitas penyuluhan sangat tergantung kepada teknik penyuluhan
yang digunakan oleh komunikator. Teknik penyuluhan pada intinya adalah
penguasaan terhadap teknik-teknik komunikasi didalam “menyampaikan dan
menyajikan pernyataan-pernyataan penyuluhan. Mengenai teknik komunikasi ini,
Effendy (1986) mengatakan bahwa teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada
umumnya ada tiga yaitu 1) Komunkasi informatif, 2) Komunikasi persuasif dan 3) Komunikasi
koersif
Sedang
Susanto (1977), menambahkan dengan beberapa teknik komunikasi yang lain, yaitu :
a. Teknik penggandaan situasi sedemikian rupa sehingga
orang terpaksa secara tidak langsung mengubah sikap (compulsion technique).
b. Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk
dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai
dengan apa yang diulangi (paervasion technique).
Adapun teknik-teknik komunikasi yang digunakan dalam
penyuluhan adalah sebagai berikut :
A. Teknik Komunikasi Informatif
Adalah
proses penyampaian pesan yang sifatnnya “memberi tahu” atau memberikan
penjelasan kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan
maupun tertulis, misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan
kelompok dan juga media massa.
Karena
sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah (one way communication). Oleh karena itu penggunaan teknik
komunikasi informatif dalam kegiatan penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin
menyampaikan sesuatu seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap
penting diketahui oleh khalayak atau masyarakat luas. Pendek kata dalam komunikasi ini, pihak
komunikan dapat merasa “puas” karena bertambahnya pengetahuan. Teknik
komunikasi semacam ini pada umumnya hanya ingin menyentuh ranah kognisi dari pelaku
sasaran.
B. Teknik Komunikasi Persuasi
Istilah
“persuasi” atau dalam bahasa inggris “persuation”
berasal dari kata latin persuasio, yang secara harfiah
berarti hal membujuk, hal mengajak atau meyakinkan. Kenneth E. Andersen (dalam
Effendy (1986) mendifinisikan persuasi sebagai berikut : “A prosses of
interpersonal communication in which the communicator seeks through the use of
symbols to affect the cognitions of a receiver and thus effect a voluntary
change in attitude or action desired by the communicator”. (Suatu proses
komunikasi antarpersonal dimana komunikator berupaya dengan menggunakan
lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja
mengubah sikap atau kegiatan seperti yagn diinginkan komunikator).
Sedang
Merril dan Lowenstein (1973), mendifinisikan persuasi sebagai berikut : “Persuatian,
or changing people’s attitude and behavior through the spoken and written
word,constitutes one of the more interesting use of communications”.
Carl I
Hovland dalam Sunaryo (1983) mengemukankan bahwa persuasi ialah “A major
effect of persuasive communication lies in stimulating the individual to think
both of his initial opinion and of the new opinion recommended in the
communication.” Selanjutnya Edwin P. Bettinghouse (dalam Effendy (1984)
memberikan batasan bahwa persuasi adalah : “in order to be persusive in
nature, a comunication on situation must involve a conscious attempt by one
individual to change the behavior of another behavior individual or group of
indivuduals through the transmission of some message”. Dari definisi
Bettinghouse tersebut bahwa suatu situasi komunikasi yang mengandung upaya yang
dilakukan dengan sadar untuk mengubah prilaku melalui pesan yang disampaikan.
Dari
beberapa pemaparan batasan persuasi, maka dalam persuasi mengandung
unsur-unsur:
a. Situasi upaya mempengaruhi,
b. Kognisi seseorang
c. Untuk mengubah sikap khalayak
d. Melalui pesan lisan dan tertulis
e. Dan dilakukan secara sadar
Dengan demikian, maka persuasi merupakan suatu
tindakan psikologis yang dilakukan secara sadar melalui media untuk tujuan
perubahan sikap.
Dalam kaitan tersebut, maka tindakan persuasi dapat
dipandang sebagai sebagai sebuah cara belajar, karena ingin mengubah beberapa
prilaku khalayak dengan memanfaatkan faktor-faktor internal psikologis
khalayak. Teori belajar persuasi sejajar dengan model Stimulus Respons (S-R)
yang memandang manusia sebagai suatu entitas pasif dari model SOR (Stimulus
– Organisme – Respon) yang memandang belajar persuasif sebagai suatu
gabungan perolehan pesan yang diterima indivudu dan mengatasi berbagai
kekuatan-kekuatan dalam individu yang bertindak berdasarkan pesan-pesan
tersebut agar menghasilkan akibat-akibat persuasif.
Komunikasi persuasif ini dilakukan dengan secara
langsung atau tatap muka, karena komunikator mengharapkan tanggapan/respon
khusus dari komunikan.
Menurut proses persuasif itu pesan-pesan komunikasi
akan efektif dalam persuasi apabila memiliki kemampuan mengubah secara
psikologis minat atau perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga
individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak
komunikator. Dengan perkataan lain, kunci keberhasilan persuasi terletak pada
kemampuan mengubah struktur psikologis internal individu sehingga hubungan
psikomotorik antara proses internal yang laten (motivasi, sikap dan lain-lain)
dengan prilaku yang diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator. Seperti
dalam contoh di atas, bahwa mendatangkan “petani sukses” merupakan tindakan
terbuka dengan cara menumbuhkan keyakinan seseorang (khalayak) terhadap
penggunaan bibit unggul tertentu yagn dimanfaatkan oleh petani tersebut (proses
psikologis). Contoh lain adalah penyuluhan untuk mempromosikan obat-obatan
manjur (tindakan terbuka) dengan cara menumbuhkan rasa takut terhadap penyakit
(proses psikologis).
Psikodinamis berkembang atas dasar teoritis maupun
empiris. Teori-teori yang penting mengenai motivasi, persepsi, belajar bahkan
psikoanalisis telah memberikan jalan dengan mana sikap, opini, rasa takut,
konsep dan persepsi dari kredibilitas sumber serta beberapa variabel yang lain
mempunyai hubungan erat dengan persuasi.
C. Teknik Komunikasi Coersive (Koersif)
Komunikasi
koersif adalah proses penyampai pesan dari seseorang kepada orang lain dengan
cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan
tertentu. Jadi teknik komunikasi ini mengandung sanksi yang apabila tidak
dilaksanakan oleh sipenerima pesan, maka ia akan menanggung akibatnya.
Komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk putusan-putusan, instrusi dan
lain-lain yang sifatnya imperatif yang artinya mengandung keharusan dan
kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan.
Pada
teknik persuasif komunikan berubah sikapnya lebih dulu dibandingkan
tindakannya, dan pada teknik paksaan yang berubah lebih dulu adalah tindakannya
kemudian sikapnya. Berkenaan dengan teknik persuasif akan memakan banyak waktu
dan dinilai tidak efektif, karena itu digunakan teknik paksaan, tapi perlu
diingat teknik paksaan tidak sesuai dengan falsafah penyuluhan, sebab
penyuluhan bukan bersifat paksaan melainkan menumbuhkan kesadaran untuk merubah
perilaku sasaran dengan sendirinya. Memang diakui paksaan dapat diharapkan
tumbuhnya partisipasi masyarakat, tapi sering tidak langgeng dan kurang
bertanggung jawab jika timbul masalah, sedang persuasif sifatnya langgeng dan
apabila timbul masalah mereka akan bertanggung jawab untuk mengusahakan
penyelesaiannya sendiri.
3.4
Tahapan Komunikasi
Tahapan dalam
komunikasi yang dapat dilakukan penyuluh adalah berupa:
a.
Perubahan dari tahap umum kepada
tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap orang
b.
Tahap interaksi bidang kepribadian
umum (public area) : individu
berusaha menghindari konflik, sedikit evaluasi diri, hubungan disesuaikan
dengan norma sosial pada situasi tersebut
c.
Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange): pola komunikasi
mencakup pengembangan kepribadian umum (publik) dan mulai membuka aspek
kepribadian khusus, mulai akrab, rileks dan mengarah pada saling kenal.
d.
Tahap pertukaran interaksi sosial
efektif (effective interaction) :
pola komunikasi mengarah kepada persahabatan akrab, hubungan mengarah romantis,
bebas, banyak menggunakan kesadaran diri, masih keengganan untuk membuka
keintiman. Komunikasi terfokus pada saling belajar dari satu sama lain.
e.
Tahap hubungan stabil (stable exchange stage): pola komunikasi
mengarah kepada keterbukaan umum pribadi dalam semua tingkat baik yang bersifat
umum dan pribadi. Komunikasi verbal dan non-verbal dalam tahap ini
berorientasi lingkungan dan mulai memiliki tahap emosi yang efektif terhadap
lawan bicara
3.5
Hambatan dalam Komunikasi Penyuluhan
Tentu tidaklah mudah untuk membuat sebuah komunikasi berjalan
dengan menghasilkan kesepakatan secara utuh sesuai tujuannya. Karena, salah
satu prinsip dalam berkomunikasi, yakni terdapatnya kesulitan-kesulitan pokok
dalam mencapai tujuan. Kesulitan-kesulitan internal ini merupakan hal yang
biasa dialami dialami oleh penyampai ide maupun penerimanya.
Berikut dapat dilihat pada tabel 1 beberapa kesulitan dalam proses
komunikasi.
Tabel 1. Matrik tujuan dan kesulitan dalam proses komunikasi
Tujuan
|
Kesulitan
|
MENDENGAR
|
Penerima pesan sulit
memusatkan perhatian baik pada kata yang tertulis maupun terucap untuk waktu
yang lama
|
|
Penerima pesan kurang
memiliki perhatian pada apa yang bagi mereka tampak kurang penting
|
MEMAHAMI
|
Penerima pesan memiliki
asumsi berdasarkan pengalaman masa lalunya
|
|
Penerima pesan sering
tidak memahami jenis bahasa yang dipakai pembicara
|
|
Penerima pesan lebih
mudah salah mengerti saat mereka mendengar tanpa melihat
|
|
Penerima pesan sering
sudah menarik kesimpulan padahal kita belum selesai bicara.
|
MENYETUJUI
|
Penerima pesan sering
merasa curiga terhadap orang lain yang sedang sedang membujuk mereka
|
|
Penerima pesan tidak
suka jika dibuktikan bersalah
|
BERTINDAK
|
Tidak mudah bagi banyak
orang untuk mengubah kebiasaan mereka
|
|
Penerima pesan merasa
takut akan akibat dari pengambilan tindakan yang keliru
|
|
Banyak orang tidak suka
mengambil keputusan
|
UMPAN BALIK
|
Beberapa orang sering
dengan sengaja menyembunyikan reaksi dan apa yang sesungguhnya mereka
pikirkan
|
|
Penampilan dapat bersifat
memperdaya –anggukan kepala, mungkin tidak selalu tanda setuju dan mengerti,
karena bisa digunakan untuk menutupi ketidak tahuan atau keragu-raguan.
|
Namun
demikian, yang paling mendasar dalam sebuah kegiatan komunikasi adalah adanya
rasa saling percaya. Kalau sudah percaya, biasanya apapun yang dikatakan
pastilah diterima. Satu hal lagi, efisiensi. Komunikasi yang efisien adalah
komunikasi yang tidak membutuhkan upaya besar agar mencapai tujuannya.
Partisipasi merupakan modal dasar untuk menyelenggarakan komunikasi yang
efektif. Karenanya dibutuhkan kemampuan komunikasi efektif. Kemampuan ini
meliputi kemampuan untuk berbagi ide, mengkritik dari semua aspek, mendorong
dan merangsang imajinasi, menolak buah pikiran yang kurang tepat, dan mengenal
sejak dini solusi yang mungkin bisa diambil.
Tabel
2. Kualitas komunikator
efektif
Menilai Orang
|
Tahu mana yang penting
dan menghargai kontribusi orang lain
|
Mendengarkan secara
Aktif
|
Berusaha keras memahami
keinginan dan masalah orang lain
|
Bijaksana
|
Memberikan kritik secara
halus. konstruktif dan hormat
|
Memberikan pujian
|
Menghargai orang lain
dan kontribusi mereka di depan umum
|
Konsisten
|
Mengendalikan suasan
riang; memperlakukan sama bagi semuanya: tidak favorit
|
Mengakui kesalahan
|
Kemauan untuk mengakui
kesalahan
|
Memiliki rasa humor
|
Mempertahankan posisi
yang menyenangkan dan pendekatan yang enak
|
Memberi contoh yang baik
|
Melakukan apa yang
diharapkan orang lain
|
Menggunakan bahasa
Jelas, Lugas, dan Tepat
|
Kata-kata yang lazim,
konkret, pemberian petunjuk, yang menyentuh perasaan penyimak. Hindari
kata-kata bercita rasa buruk, kata-kata langsung
|
Ketika
berkomunikasi, komunikan pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu
pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah
ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus
dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Dalam hal ini
penyuluh harus mengetahui karakteristik dari pelaku sasarannya dalam arti lain “Know your audience”.
3.6
Faktor-Faktor Kegagalan dalam Komunikasi Penyuluhan
Setiap
komunikasi dalam penyuluhan selalu mengharapkan umpan balik berupa respon yang
positif dari sasarannya, yaitu berupa perubahan perilaku dan termanifestasikan
dalam bentuk perubahan tindakan-tindakan. Namun respon yang diharapkan tidak
selalu ada, sehingga yang bersangkutan merasa gagal.
Kegagalan
komunikasi, dapat diartikan sebagai komunikasi yang tidak mencapai tujuannya,
yaitu komunikasi yang tidak memperoleh efek yang diharapkan oleh komunikator
maupun oleh komunikannya. Sebaliknya komunikasi dianggap berhasil bila ada
tanggapan dari kedua belah pihak yang terkait dan sama-sama merasa puas oleh
komunikasi tersebut. Kegagalan komunikasi menurut Slamet (1978), disebabkan
oleh 2 hal yaitu tidak efisiennya komunikasi dan terjadinya salah pengertian
selama proses komunikasi.
A.
Komunikasi yang tidak efisien, Termasuk dalam komunikasi yang tidak
efisien adalah :
a.
Tujuan komunikasi yang tidak jelas, komunikasi yang baik punya tujuan yang
jelas dan khusus, baik bagi komunikatornya dan bagi komunikannya.
b.
Faktor kebiasaan, termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan tidak
efisennya komunikasi adalah; ucapan atau gerakan tertentu yang diulang-ulang,
mondar-mandir, dll. Kebiasaan itu akan mengurang efisiensi komunikasi, karena
komunikan akan terganggu konsentrasinya dan dapat dijadikan bahan olok-olokan
diantara sesama komunikan.
B.
Salah pengertian, dapat menyebabkan kegagalan komunikasi karena pesan yang
diterima komunikan tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh komunikator, dan
respon yang diterima komunikator juga menjadi tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Salah pengertian disebabkan oleh:
a.
Perbedaan tujuan, salah pengertian terutama disebabkan karena tidak adanya
persesuaian tujuan berkomunikasi yang menjadi maksud komunikator dengan tujuan
yang dikehendaki oleh komunikannya\
b.
Respon bukan sasaran, salah pengertian bisa terjadi bila
terdapat respon dari pihak yang bukan sasaran komunikasi, misalnya pada
pertemuan kelompok tani, penyuluh ingin mengetahui produksi yang telah
dihasilkan, karena disitu ada pamong desa yang mengharapkan pujian, ia
memberikan data yang tidak sewajarnya, dan sudah tentu penyuluh akan mendapat
data yang tidak akurat karena ada kepentingan lain dari yang bukan sasaran.
c.
Latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda, misalnya tingkat pendidikan, bahasa,
dll. Misalnya komunikator dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah
tertentu yang belum tentu dipahami oleh sasaran.
Sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam komunikasi, setiap komunikasi diharap untuk dapat mengambil
keputusan dan menerima pesan yang belum tentu dan harus dapat dibuktikan
manfaatnya.
Sehubungan dengan itu, komunikasi akan
berhasil bila memenuhi pertimbangan sebagaimana yang dikemukakan Leys (1971)
sebagai berikut :
a.
Adanya
kepentingan bersama (overlaping of
interest) atau perimpitan kepentingan komunikator dengan komunikannya
b.
Pesan
yang disampaikan oleh komunikator merupakan pemecahan masalah yang dihadapi
oleh komunikannya
c.
Adanya
kepercayaan komunikator mengenai kebenaran pesan yang disampaikan, dan
komunikator yakin bahwa dirinya merupakan sumber yang dipercaya oleh komunikan
d.
Pesan
yang disampaikan ditujukan untuk tercapainya situasi baru didalam mana keduanya
mempunyai kepentingan yang sama.
3.7
Penyuluh Sebagai Agen Perubahan
Dalam
proses perubahan, komunikator yang adalah penyuluh merupakan fasilitator yang
membantu anggota masyarakat melaksanakan proses yang dimaksud. Dengan
gagasan-gagasan dan ide-ide yang disebarluaskan, penyuluh adalah agen perubahan
atau orang-orang yang menyebarserapkan inovasi ke tengah-tengah masyarakat.
Karena itu seorang penyuluh juga menjadi tempat bertanya, tempat anggota
masyarakat menanyakan sesuatu untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan.
Jadi seorang penyuluh adalah juru informasi atau juru penerang bagi khalayak di
sekitarnya.
Melihat
cakupan dan titik berat misi yang diemban seorang penyuluh terutama sebagai
salah satu agen perubahan, maka diperkirakan kompetensi komunikasi yang paling
diperlukan antara lain adalah yang menyangkut :
a)
Komunikasi Antar Pribadi (interpersonal communication)
b)
Komunikasi dengan Kelompok (group communication)
c)
Komunikasi dengan Massa (mass communication)
Beberapa
kualifikasi harus dimiliki penyuluh sebagai agen perubahan, antara lain:
a.
Kualifikasi
teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang
bersangkutan.
b.
Kemampuan
administrative, yaitu persyaratan administrative yang paling dasar dan elementer,
yakni kemauan untuk mengalokasi waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif kompleks.
Maksudnya, para agen perubahan merupakan orang-orang yang menyediakan waktu dan
tenaga mereka untuk secara sepenuh hati mengurus masyarakat yang dibinanya.
c.
Hubungan
antar-pribadi. Suatu sifat agen perubahan yang paling penting adalah emphatic, yaitu kemampuan untuk
menempatkan diri pada kedudukan orang lain, berbagi pandangan dan perasaan
dengan mereka sehingga hal-hal tersebut seakan-akan dialami sendiri.
Agen-agen perubahan tersebut menurut
Rogers dan Shoemaker berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antar dua (atau
lebih) sistem sosial, yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang
mempelopori perubahan tadi dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam
usaha perubahan tersebut. Hal ini tercermin dalam peranan utama agen perubahan:
a.
Sebagai
katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.
b.
Sebagai
pemberi pemecahan persoalan.
c.
Sebagai
pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah dan
penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana :
a)
Mengenali
dan merumuskan kebutuhan
b)
Mendiagnosa
permasalahan dan menentukan tujuan
c)
Mendapatkan
sumber-sumber yang relevan
d)
Memilih
atau menciptakan pemecahan masalah
e)
Menyesuaikan
dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah
d.
Sebagai
penghubung (linker) dengan
sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Terdapat beberapa tugas utama penyuluh
sebagai agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi, yaitu :
a.
Menumbuhkan
keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan.
b.
Membina
suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship).
c.
Mendiagnosa
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
d.
Menciptakan
keinginan perubahan di kalangan klien.
e.
Menerjemahkan
keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata.
f.
Menjaga
kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out.
g.
Mencapai
suatu terminal hubungan
3.8
Proses Komunikasi Teori Difusi dan Adopsi Inovasi
A. Teori
Difusi Inovasi
Teori
difusi inovasi dikembangkan oleh Everett M. Rogers. Rogers mendefinisikan
difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran
tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem
sosial. Difusi adalah suatu komunikasi jenis khusus yang yang berkaitan dengan
penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan
sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar
informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat
ketermasaan (newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang
menyangkut ketidakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian
seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi. (Dilla, 2007:
53)
Difusi
inovasi merupakan bagian khusus yang dari proses komunikasi yang ada disebabkan
informasi yang dipertukarkan adalah inovasi. Teori difusi inovasi adalah sebuah
model yang menggambarkan aktivitas pertukaran informasi baru yang berlangsung
dengan tujuan terjadinya proses adopsi inovasi dalam diri khalayak (Purba,
2006: 57).
Dalam
pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusi inovasi umumnya pelaku utamai dan
anggota masyarakat pedesaan. Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua
tahap, jadi di dalamnya dikenal pula adanya pemula pendapat atau yang disebut
juga dengan istilah agen perubahan. Oleh karenanya teori ini sangat menekankan
pada sumber-sumber non-media (sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli,
dan sebagainya), mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk
mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya memengaruhi motivasi
dan sikap. (Sendjaja, 2005: 5.17).
Rogers dan
Schoemaker (1992) menjelaskan bahwa proses adopsi dapat terjadi melalui 4
(empat) tahapan yaitu : tahap mengetahui (knowledge), persuasif (persuasive),
mengambil keputusan (decision) dan konfirmasi (confirmation) yang selanjutnya
diklasifikasikan menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap mengetahui : pelaku utama sasaran sudah
mengetahui adanya inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.
b.
Tahap
Persuasi : pelaku utama sasaran sudah membentuk sikap terhadap inovasi
yaitu apakah inovasi tersebut dianggap sesuai ataukah tidak sesuai bagi
dirinya.
c.
Tahap
Keputusan : pelaku utama sasaran sudah terlibat dalam pembuatan keputusan yaitu
apakah menerima atau menolak inovasi.
d.
Tahap
Konfirmasi:pelaku utama sasaran mencari penguat bagi keputusan inovasi yang
telah dibuatnya. Mungkin pada tahap ini pelaku utama sasaran mengubah keputusan
untuk menolak inovasi yang telah di adopsi sebelumnya.
Dalam proses penyebarserapan inovasi,
terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari:
a.
Suatu inovasi
b.
Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
c.
Dalam jangka waktu tertentu
d.
Diantara
para anggota suatu sistem sosial
Dalam pandangan pelaku sasaran yang
menjadi klien dalam penyebarserapan suatu inovasi, terdapat lima atribut yang
menandai setiap inovasi, yaitu:
a.
Keuntungan-keuntungan
relatif. Apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relative
bagi mereka yang kelak menerimanya.
b.
Keserasian.
Apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nila-nilai, sistem
kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan. Begitu pula, apakah
inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan
karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan.
c.
Kerumitan.
Apakah inovasi tersebut rumit. Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang
berminat pada hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami, juga cenderung
dirasa sebagai beban.
d.
Dapat
dicobakan. Suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih
dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara
keseluruhan.
e.
Dapat
dilihat. Bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih
mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan atau ide yang
abstrak.
B.
Teori Adopsi Inovasi
Adopsi
di dalam penyuluhan sering kali diartikan sebagai suatu proses mentalitas pada
diri seseorang atau individu, dari mulai seseorang tersebut menerima ide-ide
baru sampai memutuskan menerima atau menolak ide-ide tersebut. Proses adopsi,
menurut Samsudin (1984), adalah proses dimulai dari keluarnya ide-ide dari satu
pihak kemudian disampaikan pada pihak lain sampai ide tersebut diterima pihak masyarakat
sebagai pihak yang kedua. Menurut Suriatna (1987), karena proses adopsi
merupakan proses mentalitas yang bertahap mulai dari kesadaran (awareness),
minat (interest), menilai (evaluation), mencoba
(trial), dan akhirnya menerapkan (adoption) maka kita
perlu benar-benar memahami setiap tahapan yang berlangsung pada diri seseorang
tersebut agar berbagai faktor penghambat akan diketahui dan dipelajari sebagai
bahan pertimbangan dalam melakukan penyuluhan.
Dalam
proses penyuluhan, dimana salah satu tujuannya adalah agar terjadi perubahan
sikap perilaku yang mengarah pada tindakan maka proses terjadinya adopsi
inovasi yang bertahap sering kali tidak sama pada setiap individu. Kecepatan
dalam mengadopsi suatu inovasi kadang antara satu individu dengan individu yang
lain berbeda, ini sangat tergantung bagaimana karakter individu yang
bersangkutan.
Dalam sistem penyuluhan menitikberatkan perubahan
sosial jangka panjang yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan difusi
inovasi dan mengarahkan perubahan dalam masyarakat. Difusi inovasi dapat
dipandang sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi, sumber pesan
dapat berupa penemu, penyuluh perikanan dan stakeholder. Perubahan secara
praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku, faktor yang
mendorong dan menghambat perubahan.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu
sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial. Dengan patokan bahwa
sumber inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi
inovasi yaitu Model Top Down, Model
Feed Back dan Model Difusi Pelaku
Utama ke Pelaku Utama.
a. Model Difusi Top
Down
Model Difusi
Top Down dikembangkan berdasarkan
penelitian di India, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan sekolah,
laboratorium dan stasiun percobaan. Model top down difusion
sebagai model penyuluhan perikanan konvensional. Pada model ini peneliti
melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun penelitian dan menghasilkan
rekomendasi yang disebarluaskan pada seluruh pelaku utama.
b. Model Feed-Back
Model ini
dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini dikenal sebagai trainning
and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan
(sistem laku). Model feed back dianggap sebagai perbaikan
model Top Down yaitu dengan
mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti dan penyuluh. Model feed-back
menjadi popular dan berkembangnya Farming System Research yang
mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian.
c. Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama
Model Difusi
Pelaku Utama ke Pelaku Utama pada awalnya dikembangkan berupa difusi farmer
back to farmer. Model ini mengasumsikan bahwa penelitian harus
dimulai dan diakhiri di tingkat sasaran. Hal
ini berarti bahwa pelaku utama (sasaran) harus dilibatkan secara aktif sebagai anggota
tim pemecahan masalah di lapangan. Pelaku utama/pelaku usaha dengan pengalaman
jangka panjangnya mengetahui kondisi usahanya, kondisi sosial, ekonomi, teknis,
keadaan pasar dan lain sebagainya.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku
Utama mengandung beberapa siklus kegiatan
dan masing-masing kegiatan ini berusaha mencapai tujuan tertentu. Model
ini dapat diawali dengan eksperimen sederhana dan diakhiri survey di tingkat
pelaku utama. Kunci perbedaannya dengan model difusi yang lain adalah fleksibilitas
dan penelitian di tingkat pelaku utama untuk mengindentifikasikan sumber daya
yang dimilikinya.
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi
maka dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu :
a. Innovator (golongan perintis)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam
masyarakat. Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi dan
rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi aktif dalam
penyebarluasan inovasi dan pada
dasarnya sudah menyenangi hal-hal yang baru dan sering melakukan percobaan
b. Early Adopter (golongan pelopor)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi,
gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan
yang relative komplit biasanya
orang-orang yang berpengaruh di sekelilingnya dan merupakan orang yang lebih
maju dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya.
c. Early Mayority (golongan penganut dini)
Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan
rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi selama
inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya biasanya orang-orang yang menerima suatu
inovasi selangkah lebih dahulu dari orang lain.
d. Late Mayority (golongan penganut lambat)
Golongan ini pada umumnya memilki tingkat pendidikan
rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi
biasanya orang-orang yang
baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang
di sekelilingnya sudah menerimanya
e. Laggard (Golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut,
jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta
huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka terhadap
perubahan-perubahan.
4.
KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
1. Komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu dan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung
secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Tujuan komunikasi berupa: (1)
informative; (2) persuasive; (3) entertainment/menghibur; (4) mengubah
sikap/perilaku; (5) mengubah opini/pendapat/pandangan; dan (6) mengubah
masyarakat.
2. Aspek aspek dalam komunikasi penyuluhan terdiri dari: (1) Komunikator/sumber informasi; (2) Pesan atau esensi komunikasi
(content/message); (3) Saluran/Media; (4) Komunikan/penerima informasi/komunikan;
(5) Dampak/Efek/Feedback; dan (6) lingkungan.
3. Dalam
sebuah penyelenggaraan komunikasi penyuluhan teradapat beberapa aspek yang
perlu diperhatikan yaitu (1) perencanaan komunikasi, (2) proses komunikasi, (3)
teknik komunikasi, (4) tahapan komunikasi, (5) hambatan komunikasi dan (6)
faktor-faktor kegagalan komunikasi.
4. Penyuluh
sebagai agen perubahan yang juga berperan sebagai komunikator harus mampu
menyebarserapkan informasi dan inovasi baik difusi maupun adopsi sehingga
terjadi perubahan baik perilaku, sikap dan keterampilan pelaku sasaran.
4.2 Saran
1.
Dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan, penyuluh sebagai fasiltator harus mampu
berkomunikasi dengan baik, agar transfer teknologi berjalan dengan baik.
2.
Metode
komunikasi yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik pelaku
sasaran, agar tidak terjadi komunikasi yang tidak efisien dan salah pengertian.
3.
Perlu
adanya peningkatan kualitas komunikasi penyuluh yang relevan dengan kondisi
pelaku sasaran
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus, 2003. Pedoman Umum
Pemilihan Metoda Penyuluhan Perikanan. Badan PSDMP. Departemen Perikanan. Jakarta.
__________, 2006. Sistem Penyuluhan Perikanan, Perikanan, dan Kehutanan. Undang-undang RI. No. 16 Tahun 2006.
Presiden RI.
__________, 2007. Metodologi
Penyuluhan Perikanan Partisipatif.
Berlo, David K., 1980. The Process
of Communication. An Introduction of Theory and Practice. Michigan State
University. USA.
Stewart L.T dan Sylvia Moss, 2001.
Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Cherry, C.
1958. On The Coomunication. London: Pergammon Press.
Cooley, C.
1909. Social Organization. New York: Charles Scribner’s Sons.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu
Komunikasi. Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Djuarsa Serjaya, Sasa dkk
1999, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
D.L
and W. Scramm. 1977. Azas-Azas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: LP3ES.
Ibrahim Jabal, 2003, Komunikasi dan
Penyuluhan Perikanan.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi
Komunikasi, Remaja Rosdakarya Bandung.
Leys, C.
1971. Political Perspective dalam Development in a Devided World. London:Penguin
Books.
Margono,
S. 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Op Cit: 3th Edt.
Marpaung dan Renaldi, 2001. Teknik
Komunikasi dan Presentasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara – Republik
Indonesia, Jakarta.
Mercado,
C.M. 1971. Communication Strategies and Their Impact on Launching the 1967:
Grenn Revolution in The Philippines. Thesis. Philippines: UPLB.
Nasuturi Zulkarimen, 1988.
Komunikasi Pembangunan, PT. Raja Grafinindo Persada. Jakarta
Onong Effendy, 1994, Ilmu
Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Roger,E.M., F.F. Shoemaker, 1986. Memasyarakatkan Ide-Ide
Baru. Penerjemah Hanafi,A. Usaha nasional, Surabaya.
Terjemahan dari Commuication Of Innovations.
Ruesch, J
and G. Bateson. 1951. Communication: The Social Matrix of Psychology. New York:
Norton Library.
“Sinar Mentari” Gender Focal Point
Pengembangan SDM Perikanan. STPP. Malang.
Tim Pusbangluh, 2008. Modul
Dasar-dasar Komunikasi. Pusat Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.
Tim Pusbangluh, 2009. Modul Komunikasi yang
Efektif. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan
Perikanan (PNPM Mandiri-KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar