Minggu, 30 September 2018

KOMUNIKASI DALAM SISTIM PENYULUHAN








1.    PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari hubungan dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hubungan antara manusia itu sendiri memerlukan suatu proses yang sering disebut komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
Pada dasarnya komunikasi dikatakan berhasil apabila makna pesan yang diterima komunikan sesuai dengan makna pesan yang disampaikan komunikator. Keberhasilan komunikasi sangat dipengaruhi oleh kondisi/latar belakang komunikator dan komunikan, saluran dan media komunikasi serta gangguan yang mungkin terjadi pada saat berkomunikasi.
Dengan demikian komunikasi dikatakan mudah apabila dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sudah mengenal satu sama lain atau memiliki tingkat pendidikan, latar belakang (sosial budaya) yang relatif sama dan tidak ada gangguan (teknis maupun semantik) pada saat komunikasi berlangsung. Sedangkan komunikasi dapat dikatakan sulit apabila komunikator dan komunikan memiliki perbedaan yang nyata baik dari tingkat pendidikan ataupun latar belakang atau terdapat gangguan selama komunikasi berlangsung.
Prinsip bahwa komunikasi adalah suatu proses, penting sekali dijadikan pedoman, karena hal itu menunjukkan kepada kita bahwa pada hakekatnya sebagai suatu proses, maka komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir yang difinitif. Segala sesuatu pengalaman, pengetahuan, tentang orang, topik, informasi umum, serta sikap kita berasal dari masa lalu ikut berpengaruh pada respon yang kita lakukan terhadap sesuatu yang kita terima ketika berkomunikasi.
Komunikasi dapat membawa sebuah perubahan sosial. Dalam pembicaraan sehari – hari kita mengenal tentang perubahan yang terdapat di struktur masyarakat sosial. Perubahan itu mencakup berbagai aspek di dalam kehidupan bermasyarakat. Paling tidak ada perubahan yang secara jelas menggambarkan bagaimana perubahan itu terjadi dan pengaruhnya pada setiap aspek dan struktur masyarakat.
Perubahan yang terjadi didalam struktur sosial masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Perubahan sosial secara internal karena adanya pergolakan dan perubahan setiap individu – individu yang membawa perubahan kepada anggota masyarakat lainnya sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka masyarakat akan terimbas oleh pengaruh tersebut. Begitu pula dengan perubahan sosial disebabkan faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya dan terpaan media massa yang membawa suatu dampak tersendiri bagi budaya masyarakat didalamnya. Justru pengaruh eksternal inilah yang sangat kuat dalam membentuk setiap perubahan yang nyata di dalam masyarakat.
Dalam usaha meningkatkan nilai tambah dirinya di masyarakat, manusia memerlukan pendidikan baik formal, non formal maupun informal. Walaupun, masyarakat mengetahui bahwa pendidikan itu penting, tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan formal. Dalam usaha meningkatkan kapasitasnya sehingga mampu menjalankan perannya dalam masyarakat, pendidikan non formal merupakan alternatif pendidikan yang dapat ditempuh. Salah satu pendidikan non formal yang umumnya dilakukan adalah penyuluhan.
Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat luas. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi. Dengan demikian terlihat bagaimana pentingnya memenuhi persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Bila pengertian-pengertian tersebut dikaitkan dengan bidang penyuluhan maka komunikasi penyuluhan adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan semua bidang kehidupan baik secara perorangan maupun kelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu dalam usaha meningkatkan nilai tambah dan pendapatan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi dalam penyuluhan bukan saja dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku komunikan akan tetapi lebih dari itu. Setiap penyuluh harus bisa menjadi komunikator yang handal agar apa yang sampaikan dapat diterima sasaran dengan baik. Namun, setiap komunikator belum tentu penyuluh karena tujuan orang berkomunikasi kadangkala hanya sebagai menyampaiankan pesan saja tidak sampai membimbing dan mengarahkan sasaran agar dapat menerapkan pesan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penyuluhan bertujuan mengadakan perubahan timbulnya hasrat atau keinginan sasaran sehingga dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan melakukan penilaian mencoba yang pada akhirnya menerapkan atau mempraktekkan segala pesan yang disampikan oleh penyuluh. Selain itu, dalam penyuluhan materi pesan selalu memperhatikan kelayakan teknis, ekonomis, sosial dan aspek lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Penyuluh Merupakan Komunikator dan Komunikator Belum Tentu Penyuluh.

1.2  Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui peran dan proses komunikasi dalam sistem penyuluhan.

2.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada orang lain (penerima, sasaran, pelaku utama/pelaku usaha) secara timbal  balik (two-way traffic communication). Hal ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli antara lain:
a.    Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”  “mengatakan “apa”  “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa”  atau “hasil apa”
b.  Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego
Berdasarkan definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :
a.    Komunikasi adalah suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
b.    Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara  sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
c.    Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi  (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan

2.2   Tujuan Komunikasi
Dipandang dari segi manfaat atau keuntungan, komunikasi dapat memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah:
A.    Informatif
Memberi informasi pendekatan pada pikiran.  Pada komunikasi secara informatif, Informasi-informasi yang disampaikan harus factual dan objektif.  Memberikan informasi (pendekatan pada pikiran : gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya).

B.    Persuasif
Menggugah perasaan orang seperti, senang, suka dan tidak suka. Pikiran seseorang bersifat obyektif, sedangkan perasaan bersifat subyektif. Juga dalam pengadilan, perbedaan kedua hal tersebut sangat penting, hakim berusaha untuk membedakan antar tindakan atau perbuatan yang disebabkan perasaan dan tindakan atau perbuatan yang disebabkan oleh pikiran.  Menggugah perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain-lain).
C.    Entertainment/menghibur
Bertujuan untuk menghibur orang, misalnya seorang membuat dagelan atau lelucon bertujuan agar orang lain mempunyai perasaan gembira. Dalam komunikasi penyuluhan perikanan tujuan ini sering dianggap perlu dengan maksud agar sasaran (pelaku utama beserta keluarganya) memiliki perasaan gembira dan tidak bosan dalam mendengarkan segala informasi yang disampaikan oleh para penyuluh.
D.    Mengubah sikap/perilaku (to change the behaviour)
Komunikasi bertujuan menumbuhkan kesadaran untuk merubah perilaku sasaran dengan sendirinya sehingga diharapkan tumbuhnya partisipasi. Setiap komunikasi dalam penyuluhan selalu mengharapkan umpan balik berupa respon yang positif dari sasarannya, yaitu berupa perubahan perilaku dan termanifestasikan dalam bentuk perubahan tindakan-tindakan.
E.    Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
F.     Mengubah masyarakat (to change the society)

2.3  Aspek Aspek Dalam Komunikasi
Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapai satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Dalam sebuah proses komunikasi yang sangat sederhana paling tidak memerlukan tiga unsur, yakni komunikator, pesan, dan komunikan. Carl I. Hovland dalam bukunya Social Communication menyebutkan: communication is the process by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of other individual (communicate), (komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu (komunikator) mengirimkan stimuli (simbol kata) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). (Purba, 2006: 39).
Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, dan tujuan. Pada awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula ini dikenal dengan nama “SMCR”, yakni: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima). Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno, dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
A.    Komunikator/sumber informasi
Komunikator adalah individu atau kelompok masyarakat yang mengambil prakarsa atau sedang mengadakan komunikasi dengan individu atau dengan kelompok masyarakat menjadi sasarannya. Jadi komunikator merupakan sumber komunikasi yang sekaligus juga bertindak sebagai penyaji (Totok, 1982:78). Seseorang komunikator harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Untuk menaikkan kredibilitas yang bisa menyangkut kecakapan, kepercayaan dan keahlian, maka dibutuhkan pola agar dapat membangun kredibilitas seseorang komunikator. Sumber informasi adalah pihak yang mengirim pesan atau informasi.
Menurut Parton (1996:180) Komunikator harus menguasai 4 keahlian dasar yaitu:
a.    Mendengar, memberi dan memberikan umpan balik
b.    Menujukkan ketegasan
c.    Menangani konflik
d.    Memecahkan masalah
B.    Pesan
Siregar (1985:12) memberikan pengertian pesan adalah setiap wujud signal yang dapat merangsang atau menyentuh penerima dan menciptakan efek berupa pengenalan dan pengertian. Menurut pesan dapat berupa signal terdengar, terlihat, teraba, tercium, terkecap. Dari sini dapat diketahui bahwa sifat pesan dapat dikenali dari indra penerima yang menangkap signal tersebut. Pesan merupakan informasi yang ditujukan kepada penerima. Dalam penyuluhan perikanan pesan ini dapat berupa  materi penyuluhan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penyampaian pesan sebagai berikut :
a.    Pesan yang digunakan didasarkan pada  kebutuhan sasaran.
Penyampaian pesan kepada sasaran sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan, untuk mengetahui kebutuhan sasaran terlebih dahulu dilakukan identifikasi
b.    Tidak bertentangan dengan budaya setempat
Pesan/informasi yang akan disampaikan kepada sasaran harus disesuaikan dengan kebiasaan dan tidak bertentangan dengan budaya setempat. Sehingga pesan/informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran yang akan berdampak pada perilaku dan kepribadian sasaran.
c.    Mudah diterapkan dan dilaksanakan
Pesan/informasi yang akan disampaikan sebaiknya berisi mengenai hal-hal yang mudah diterapkan dan dilaksanakan oleh sasaran, sehingga dampak yang diharapkan mampu mengubah perilaku dan kepribadian sasaran.
d.    Ekonomis
Pesan/informasi yang disampaikan merupakan hal-hal yang mudah dimengerti dan mudah didapat oleh sasaran.
Kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan tanggapan yang sesuai dengan yang kita kahendaki yaitu:
a.    Pesan harus dirancang dan disampaikan dengan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
b.    Pesan harus menggunakan lambang yang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dengan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
c.    Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan untuk menyarankan beberapa cara memperoleh kebutuhan tersebut.
C.   Saluran/Media
Media/saluran pada unsur komunikasi merupakan alur yang dilalui pesan yang disampaikan sumber pesan kepada penerima pesan. Saluran adalah jalan yang dilalui pesan yang disampaikan sumber kepada penerima. Saluran meliputi penggunaan metoda dan teknik serta penggunaan media yang relevan dengan tujuan, sasaran serta sifat pesannya. Pada umumnya semakin banyak indera yang distimuli melalui berbagai media semakin efektif proses komunikasi. Penggunaan metoda, teknik dan media penyuluhan perikanan selain untuk meningkatkan pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan, untuk mendorong aktivitas dan kreativitas sasaran serta tumbuhnya rasa percaya diri.
D.   Sasaran/Penerima/Komunikan
Penerima adalah pihak yang menerima pesan-pesan atau informasi, yaitu pihak yang diharapkan akan berubah baik perilaku maupun kepribadiannya.  Dalam penyuluhan perikanan penerima  atau sasaran adalah pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangan dari sisi penerima pesan, sebagai berikut:
a.    Sesuai kebutuhan
Proses penyampaian pesan/informasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan komunikan, sehingga diharapkan dengan sesuainya pesan/informasi yang dibutuhkan oleh komunikan dapat merubah perilaku maupun kepribadian sasaran. Sehingga pesan yang disampaikan akan bermanfaat bagi sasaran.
b.    Kesejajaran posisi dalam penyampaian pesan
Dalam proses komunikasi adanya kesejajaran antara komunikator dengan komunikan akan berpengaruh pada kelancaran proses komunikasi sendiri. Keberadaan komunikan akan merasa dihormati sehingga komunikan akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan/informasi.
E.   Dampak/Efek/Feedback
Dampak/Efek/Feedback pada komunikasi merupakan respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik (feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang disampaikan.  Efek komunikasi berupa perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta perubahan kepribadian sasaran (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama, percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain sebagainya).  Efek komunikasi ada yang langsung bisa diketahui, misalnya perubahan pengetahuan dan keterampilan, tetapi adapula yang   tidak langsung artinya perlu waktu yang lama seperti perubahan sikap dan kepribadian. Pada komunikasi dua arah (two way trafficts communication) komunikator bisa memperoleh umpan balik secara langsung dibanding  komunikasi yang searah.
F.    Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

2.4   Komunikasi dalam Kegiatan Penyuluhan
Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang – Undang No. 16 Tahun 2006). Untuk keberhasilan proses penyuluhan maka diperlukan komunikasi antara penyuluh dan sasaran penyuluhan.
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti  isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality).  Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.  Sedangkan kepribadian (personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya  (bargaining position).
Perubahan perilaku pelaku utama beserta keluarganya sebagai efek dari proses komunikasi adalah merupakan tujuan yang dikehendaki oleh para penyuluh dalam melaksanakan proses komunikasi dengan pelaku utama dan keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut penyuluh harus mampu menyesuaikan tingkatan komunikasi yang dapat mempengaruhi pelaku utama dan keluarganya agar menghasilkan respons sesuai harapan, artinya antara penyuluh dan pelaku utama dalam berkomunikasi harus memiliki kemampuan bahasa yang sama agar terjadi hubungan pengertian dalam berkomunikasi.  Kondisi ini akan memberikan efek sesuai dengan tujuan komunikasi.
Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh merupakan sumber informasi. Beberapa hal yang harus dimiliki penyuluh untuk keberhasilan dalam komunikasi :
a.    Sikap, tampilan, dan etika
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah seseorang yang mempunyai sikap yang baik, artinya mampu menempatkan diri sesuai dengan kondisi sasaran. Selain itu mempunyai tampilan yang menarik sehingga sasaran akan tertarik untuk menerima pesan yang akan kita berikan. Hal yang tidak kalah penting seorang komunikator harus mempunyai etika yang mampu menyampaikan pesan dengan baik sesuai dengan aturan/etika yang berlaku di daerah sasaran.
b.    Menguasai Pesan
Komunikator yang baik harus menguasai pesan yang akan diberikan ke sasaran. Penguasaan pesan bisa didapat dengan mempelajari terlebih dahulu materi/pesan yang akan disampaikan.
c.    Menguasai metode penyampaian
Komunikator yang baik adalah yang menguasai teknik berbicara dalam mengungkapkan buah pikirannya dan cakap membangkitkan minat dan menarik perhatian sasaran serta mampu menyajikannya dengan baik.
d.    Tidak menggurui, mendikte dan tidak menekan
Proses penyampaian pesan oleh sumber informasi sebaiknya tidak menggurui, mendikte dan menekan yaitu dengan mensejajarkan posisi sasaran dalam komunikasi tersebut dengan komunikator, menjadikan sasaran sebagai  mitra berkomunikasi akan lebih memperlancar proses penyampaian pesan/informasi.
e.    Menguasai sistem sosial setempat
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah komunikator yang mampu menguasai sistem sosial setempat, artinya dalam menyampaikan pesan terlebih dahulu dipelajari kebiasaan atau sifat-sifat dari sasaran/ masyarakat.
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality).  Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.  Sedangkan kepribadian (personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya  (bargaining position).

2.5  Fungsi Komunikasi dalam kegiatan Penyuluhan
Penyuluhan pertama-tama harus berfungsi memberikan jalan kepada para objek penyuluhan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya itu.
A.    Fungsi penyuluhan dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para peserta penyuluhan agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya itu.
B.    Menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek yang disuluh dengan pengetahuan teknologi atau umum yang selalu berkembang menjadi kebutuhan sehari-hari.
C.   Sebagai penyampai, pengusaha, dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh.
D.   Sebagai pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu, yang artinya penyuluhan tidak akan berhenti karena yang dikehendakinya, keadaan yang berkembang, lebih baik dan lebih maju dengan perkembangan zaman.


3.    PEMBAHASAN
Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh harus mampu berkomunikasi dengan baik. Agar komunikasi dapat efektif penyuluh harus merencanakan terlebih langkah-langkah komunikasi agar tepat sasaran.
3.1  Perencanaan Komunikasi Penyuluhan
Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah “sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Tujuan yang dimaksud ialah tujuan dari kegiatan penyuluhan, dan tujuan komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan penyuluhan tersebut. Tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan bagaimana jadinya pekerjaan kita itu nantinya.
A.   Dukungan Komunikasi (Communication Support) Untuk Penyuluhan
Dukungan komunikasi (communication support) adalah penggunaan yang terkoordinir dari berbagai metoda komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian kepada, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap suatu problem tertentu. Apa pun masalah atau subjek yang akan disuluhkan, satu hal yang pasti adalah senantiasa diperlukan keterampilan berkomunikasi untuk dapat menyuluhkan dengan baik, karena keterampilan berkomunikasi ini merupakan bekal dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain menyangkut bagaimana mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengarkan kita.
Dalam bidang komunikasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu perkakas komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud. Menurut Middleton dan Lin, 1975 ada beberapa prinsip penting dalam menyusun rencana komunikasi, yaitu:
a.    Perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi.
b.    Rencana yang disusun hendaklah fleksibel.
c.    Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it”.
B.   Perlunya Disain Komunikasi Penyuluhan
Meskipun mungkin saja kita merasa telah “siap” untuk menyuluh, namun kerapkali masih timbul keragu-raguan dalam hati, tentang “apakah penyuluhan yang akan kita lakukan itu nantinya berhasil atau tidak?”. Pertanyaan yang berikutnya adalah : “Dapatkah khalayak yang disuluh memahami apa-apa yang disuluhkan itu”, “sungguh-sungguhkan mereka tertarik mendengarkan penyuluhan tersebut, ataukah hanya pura-pura mengikuti, padahal dalam hatinya tidak berminat sama sekali?”. Dan masih banyak lagi pertanyaan lanjutan yang menyangkut keinginan penyuluh agar kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia-sia, melainkan mencapai hasil seperti yang direncanakan.
C.   Penyusunan Rencana Komunikasi Penyuluhan
Sejumlah tahapan yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk kegiatan penyuluhan adalah:
a.    Menganalisis problem atau masalah yang dihadapi
b.    Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi.
c.    Memilih media
d.    Menentukan pendekatan yang digunakan
e.    Memproduksi media (Nasution, 1990: 54-58)
Agar pesan komunikasi dapat tanggapan dari pelaku sasaran, maka seorang komunikator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Pesan yang akan disampaikan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat meneruh perhatian sasaran yang dimaksud.
b.    Pesan harus menyesuaikan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sehingga sama-sama dapat dimengerti.
c.    Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyerahkan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

3.2  Proses Komunikasi
Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung secara bertahap. Karena itu, lebih awal kita perlu memperhatikan 5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:
a.    Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada mereka)
b.    Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat
c.    Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
d.    Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima
e.    Memperoleh umpan balik dari pendengar
Di samping itu, masih ada faktor lain yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni: Gangguan (noise) yakni faktor-faktor eksternal (media/saluran komunikasi) maupun internal (psikologis) yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.
Untuk memungkinkan pelaku sasaran memiliki kemampuan memecahkan masalahnya sendiri, sangat dibutuhkan bentuk komunikasi yang mengkondisikan mereka bebas berpendapat, berekspresi, dan mengungkapkan diri secara terbuka satu terhadap yang lain. Pendekatan yang dibutuhkan adalah pendekatan atau model komunikasi yang memungkinkan adanya pertukaran informasi atar komponen dalam proses klomunikasi banyak dimensi. Pendekatan ini sering disebut dengan model partisipasi (Participatory model) atau model interaksi (Interchange model). Model partisipatori memiliki pertanyaan utama “who is talking back to the who talked to them” artinya semakin banyak dimensi yang diperhatikan. Model ini memiliki anggapan bahwa manusia bukanlah komunikan yang pasif, tetapi merupakan hasil dari lingkungan sosialnya. Artinya, reaksi terhadap setiap pesan yang masuk akan ditentukan oleh lingkungan tersebut. Pemikiran inti dari model komunikasi ini adalah bahwa dalam proses pembicaraan dapat dimungkinkan dan diperhitungkan timbulnya ide-ide baru pada waktu komunikasi sedang berlangsung.
Konsep utama pembangunan partisipatif yang berpusat pada masyarakat cukup sederhana. Konsep ini merupakan suatu pendekatan yang memandang inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang utama dan memeandang kesejahteraan meterial dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui proses pembangunan.
Pendekatan ini menyarankan sistem pemakaian agar kritis terhadap isu-isu yang mereka hadapi dan menganalisis situasi mereka sendiri, bebas dari sistem sumber. Mereka harus berperan dalam pembangunan, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan. Karena itu, pembangunan haruslah bersifat partisipatif dan interaktif. Dalam perspektif ini komunikasi dianggap suatu proses yang partisipan-partisipannya bertukar tanda-tanda informasi untuk mengurangi ketidakpastian. Dalam komunikasi terdapat transaksi atau pertukaran informasi diantara para partisipan, yang dengan caranya sendiri telah memberikan konstribusi pada proses tumbuhnya pengertian.
Dinamika kelompok sebagai salah satu metode pendidikan, ternyata bukan sekedar permainan biasa. Metode ini mencakup dua jenis energi kelompok yaitu energi untuk pemeliharaan dan kohesi. Dinamika kelompok sebagai metode yang partisipatif dan iteraktif dapat membangun sebuah tim yang kohesif, dimana setiap orang didalamnya dapat berlatih keterampilan berkomunikasi, memecahkan masalah kepemimpinan, dan metode diskusi. Sambil bermain setiap orang dapat menggali dan menemukan pengetahuan sendiri.
Hal yang perlu diingat adalah, tiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat, sama-sama memepunyai kemampuan dan kesempatan untuk mengatur diri sendiri. Jadi setiap orang adalah subjek bagi diri dan dunianya. Ini merupakan wajah demokrasi yang sebenarnya.
Beberapa kriteria yang menandai keberhasilan proses komunikasi adalah berupa:
a.    Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap komunikator serta keterampilan komunikator berkomunikasi (menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan).
b.    Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan.
c.    Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator dan komunikan
d.    Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang diterima
e.    Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan dan menantang)
f.     Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).

3.3  Teknik Komunikasi Penyuluhan
Teknik komunikasi dalam penyuluhan harus dikuasai oleh setiap penyuluh dalam setiap kegiatannya, agar penyampaian materi penyuluhan dapat efektif dalam menjangkau pelaku sasaran. Didalam proses komunikasi, bahwa unsur “arus balik” merupakan aspek yang sangat penting untuk mengukur sejauh mana pesan komunikasi mendapatkan reaksi atau respon dari khalayak sasaran. Bila pesan komunikasi kita memperoleh tanggapan dari khalayak, maka dapat dikatakan bahwa apa yang kita samapaikan itu telah mencapai sasaran karena pesan yang diterimanya dapat dimengerti dan dipahami. Menurut Effendy (1986), bahwa sifak hakikat dari komunikasi adalah understanding atau memahami; sehingga tak mungkin seseorang melakukan kegiatan tertentu tanpa terlebih dahulu mengerti apa yang diterimanya.
Jadi pertama-tama harus diperhatikan  bahwa orang dijadikan sasaran komunikasi itu memahami (to secure understanding). Jika sudah dapat dipastika ia memahami; dapat diartikan ia menerima. Dalam kaitan ini Citrotroro (1982), mengatakan mengerti diartikan sebagai “dapat menangkap secara reseptif apa yang diterima” sedangkan yang dimaksud dengan memahami adalah “dapaat menangkap secara reflektif”, artinya seseorang dapat menerima pesan dapat mengerti pesan yang diterimanya dan mengetahui hubungannya dengan hal-hal lain. Oleh karna itu, agar pesan dapat dipahami dan dimengerti komunikan, maka diperlukan keterampilan dan atau keahlian tertentu didalam “mengelola” komunikasi. Dengan kata lain seseorang komunikator harus menguasai teknik-teknik komunikasi dalam kegiatan penyuluhan.
Keberhasilan dalam suatu aktifitas penyuluhan sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang digunakan oleh komunikator. Teknik penyuluhan pada intinya adalah penguasaan terhadap teknik-teknik komunikasi didalam “menyampaikan dan menyajikan pernyataan-pernyataan penyuluhan. Mengenai teknik komunikasi ini, Effendy (1986) mengatakan bahwa teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu 1) Komunkasi informatif, 2) Komunikasi persuasif dan 3) Komunikasi koersif
Sedang Susanto (1977), menambahkan dengan beberapa teknik komunikasi yang lain, yaitu :
a.    Teknik penggandaan situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara tidak langsung mengubah sikap (compulsion technique).
b.    Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang diulangi (paervasion technique).
Adapun teknik-teknik komunikasi yang digunakan dalam penyuluhan adalah sebagai  berikut :
A.   Teknik Komunikasi Informatif
Adalah proses penyampaian pesan yang sifatnnya “memberi tahu” atau memberikan penjelasan kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa.
Karena sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah (one way communication). Oleh karena itu penggunaan teknik komunikasi informatif dalam kegiatan penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin menyampaikan sesuatu seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap penting diketahui oleh khalayak atau masyarakat luas.  Pendek kata dalam komunikasi ini, pihak komunikan dapat merasa “puas” karena bertambahnya pengetahuan. Teknik komunikasi semacam ini pada umumnya hanya ingin menyentuh ranah kognisi dari pelaku sasaran.
B.   Teknik Komunikasi Persuasi
Istilah “persuasi” atau dalam bahasa inggris persuation” berasal dari kata latin persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak atau meyakinkan. Kenneth E. Andersen (dalam Effendy (1986) mendifinisikan persuasi sebagai berikut : “A prosses of interpersonal communication in which the communicator seeks through the use of symbols to affect the cognitions of a receiver and thus effect a voluntary change in attitude or action desired by the communicator”. (Suatu proses komunikasi antarpersonal dimana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yagn diinginkan komunikator).
Sedang Merril dan Lowenstein (1973), mendifinisikan persuasi sebagai berikut : “Persuatian, or changing people’s attitude and behavior through the spoken and written word,constitutes one of the more interesting use of communications”.
Carl I Hovland dalam Sunaryo (1983) mengemukankan bahwa persuasi ialah “A major effect of persuasive communication lies in stimulating the individual to think both of his initial opinion and of the new opinion recommended in the communication.” Selanjutnya Edwin P. Bettinghouse (dalam Effendy (1984) memberikan batasan bahwa persuasi adalah : “in order to be persusive in nature, a comunication on situation must involve a conscious attempt by one individual to change the behavior of another behavior individual or group of indivuduals through the transmission of some message”. Dari definisi Bettinghouse tersebut bahwa suatu situasi komunikasi yang mengandung upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengubah prilaku melalui pesan yang disampaikan.
Dari beberapa pemaparan batasan persuasi, maka dalam persuasi mengandung unsur-unsur:
a.    Situasi upaya mempengaruhi,
b.    Kognisi seseorang
c.    Untuk mengubah sikap khalayak
d.    Melalui pesan lisan dan tertulis
e.    Dan dilakukan secara sadar
Dengan demikian, maka persuasi merupakan suatu tindakan psikologis yang dilakukan secara sadar melalui media untuk tujuan perubahan sikap.
Dalam kaitan tersebut, maka tindakan persuasi dapat dipandang sebagai sebagai sebuah cara belajar, karena ingin mengubah beberapa prilaku khalayak dengan memanfaatkan faktor-faktor internal psikologis khalayak. Teori belajar persuasi sejajar dengan model Stimulus Respons (S-R) yang memandang manusia sebagai suatu entitas pasif dari model SOR (Stimulus – Organisme – Respon) yang memandang belajar persuasif sebagai suatu gabungan perolehan pesan yang diterima indivudu dan mengatasi berbagai kekuatan-kekuatan dalam individu yang bertindak berdasarkan pesan-pesan tersebut agar menghasilkan akibat-akibat persuasif.
Komunikasi persuasif ini dilakukan dengan secara langsung atau tatap muka, karena komunikator mengharapkan tanggapan/respon khusus dari komunikan.
Menurut proses persuasif itu pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi apabila memiliki kemampuan mengubah secara psikologis minat atau perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator. Dengan perkataan lain, kunci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur psikologis internal individu sehingga hubungan psikomotorik antara proses internal yang laten (motivasi, sikap dan lain-lain) dengan prilaku yang diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator. Seperti dalam contoh di atas, bahwa mendatangkan “petani sukses” merupakan tindakan terbuka dengan cara menumbuhkan keyakinan seseorang (khalayak) terhadap penggunaan bibit unggul tertentu yagn dimanfaatkan oleh petani tersebut (proses psikologis). Contoh lain adalah penyuluhan untuk mempromosikan obat-obatan manjur (tindakan terbuka) dengan cara menumbuhkan rasa takut terhadap penyakit (proses psikologis).
Psikodinamis berkembang atas dasar teoritis maupun empiris. Teori-teori yang penting mengenai motivasi, persepsi, belajar bahkan psikoanalisis telah memberikan jalan dengan mana sikap, opini, rasa takut, konsep dan persepsi dari kredibilitas sumber serta beberapa variabel yang lain mempunyai hubungan erat dengan persuasi.
C.   Teknik Komunikasi Coersive (Koersif)
Komunikasi koersif adalah proses penyampai pesan dari seseorang kepada orang lain dengan cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu. Jadi teknik komunikasi ini mengandung sanksi yang apabila tidak dilaksanakan oleh sipenerima pesan, maka ia akan menanggung akibatnya. Komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk putusan-putusan, instrusi dan lain-lain yang sifatnya imperatif yang artinya mengandung keharusan dan kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan.
Pada teknik persuasif komunikan berubah sikapnya lebih dulu dibandingkan tindakannya, dan pada teknik paksaan yang berubah lebih dulu adalah tindakannya kemudian sikapnya. Berkenaan dengan teknik persuasif akan memakan banyak waktu dan dinilai tidak efektif, karena itu digunakan teknik paksaan, tapi perlu diingat teknik paksaan tidak sesuai dengan falsafah penyuluhan, sebab penyuluhan bukan bersifat paksaan melainkan menumbuhkan kesadaran untuk merubah perilaku sasaran dengan sendirinya. Memang diakui paksaan dapat diharapkan tumbuhnya partisipasi masyarakat, tapi sering tidak langgeng dan kurang bertanggung jawab jika timbul masalah, sedang persuasif sifatnya langgeng dan apabila timbul masalah mereka akan bertanggung jawab untuk mengusahakan penyelesaiannya sendiri.

3.4  Tahapan Komunikasi
Tahapan dalam komunikasi yang dapat dilakukan penyuluh adalah berupa:
a.    Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap orang
b.    Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area) : individu berusaha menghindari konflik, sedikit evaluasi diri, hubungan disesuaikan dengan norma sosial pada situasi tersebut
c.    Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange): pola komunikasi mencakup pengembangan kepribadian umum (publik) dan mulai membuka aspek kepribadian khusus, mulai akrab, rileks dan mengarah pada saling kenal.
d.    Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction) : pola komunikasi mengarah kepada persahabatan akrab, hubungan mengarah romantis, bebas, banyak menggunakan kesadaran diri, masih keengganan untuk membuka keintiman.  Komunikasi terfokus pada saling belajar dari satu sama lain.
e.    Tahap hubungan stabil (stable exchange stage): pola komunikasi mengarah kepada keterbukaan umum pribadi dalam semua tingkat baik yang bersifat umum dan pribadi.  Komunikasi verbal dan non-verbal dalam tahap ini berorientasi lingkungan dan mulai memiliki tahap emosi yang efektif terhadap lawan bicara

3.5  Hambatan dalam Komunikasi Penyuluhan
Tentu tidaklah mudah untuk membuat sebuah komunikasi berjalan dengan menghasilkan kesepakatan secara utuh sesuai tujuannya. Karena, salah satu prinsip dalam berkomunikasi, yakni terdapatnya kesulitan-kesulitan pokok dalam mencapai tujuan. Kesulitan-kesulitan internal ini merupakan hal yang biasa dialami dialami oleh penyampai ide maupun penerimanya.

Berikut dapat dilihat pada tabel 1 beberapa kesulitan dalam proses komunikasi.
Tabel 1. Matrik tujuan dan kesulitan dalam proses komunikasi
Tujuan
Kesulitan
MENDENGAR
Penerima pesan sulit memusatkan perhatian baik pada kata yang tertulis maupun terucap untuk waktu yang lama

Penerima pesan kurang memiliki perhatian pada apa yang bagi mereka tampak kurang penting
MEMAHAMI
Penerima pesan memiliki asumsi berdasarkan pengalaman masa lalunya

Penerima pesan sering tidak memahami jenis bahasa yang dipakai pembicara

Penerima pesan lebih mudah salah mengerti saat mereka mendengar tanpa melihat

Penerima pesan sering sudah menarik kesimpulan padahal kita belum selesai bicara.
MENYETUJUI
Penerima pesan sering merasa curiga terhadap orang lain yang sedang sedang membujuk mereka

Penerima pesan tidak suka jika dibuktikan bersalah
BERTINDAK
Tidak mudah bagi banyak orang untuk mengubah kebiasaan mereka

Penerima pesan merasa takut akan akibat dari pengambilan tindakan yang keliru

Banyak orang tidak suka mengambil keputusan
UMPAN BALIK
Beberapa orang sering dengan sengaja menyembunyikan reaksi dan apa yang sesungguhnya mereka pikirkan

Penampilan dapat bersifat memperdaya –anggukan kepala, mungkin tidak selalu tanda setuju dan mengerti, karena bisa digunakan untuk menutupi ketidak tahuan atau keragu-raguan.

Namun demikian, yang paling mendasar dalam sebuah kegiatan komunikasi adalah adanya rasa saling percaya. Kalau sudah percaya, biasanya apapun yang dikatakan pastilah diterima. Satu hal lagi, efisiensi. Komunikasi yang efisien adalah komunikasi yang tidak membutuhkan upaya besar agar mencapai tujuannya. Partisipasi merupakan modal dasar untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif. Karenanya dibutuhkan kemampuan komunikasi efektif. Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berbagi ide, mengkritik dari semua aspek, mendorong dan merangsang imajinasi, menolak buah pikiran yang kurang tepat, dan mengenal sejak dini solusi yang mungkin bisa diambil.
 
Tabel 2. Kualitas komunikator efektif
Menilai Orang
Tahu mana yang penting dan menghargai kontribusi orang lain
Mendengarkan secara Aktif
Berusaha keras memahami keinginan dan masalah orang lain
Bijaksana
Memberikan kritik secara halus. konstruktif dan hormat
Memberikan pujian
Menghargai orang lain dan kontribusi mereka di depan umum
Konsisten
Mengendalikan suasan riang; memperlakukan sama bagi semuanya: tidak favorit
Mengakui kesalahan
Kemauan untuk mengakui kesalahan
Memiliki rasa humor
Mempertahankan posisi yang menyenangkan dan pendekatan yang enak
Memberi contoh yang baik
Melakukan apa yang diharapkan orang lain
Menggunakan bahasa Jelas, Lugas, dan Tepat
Kata-kata yang lazim, konkret, pemberian petunjuk, yang menyentuh perasaan penyimak. Hindari kata-kata bercita rasa buruk, kata-kata langsung

Ketika berkomunikasi, komunikan pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Dalam hal ini penyuluh harus mengetahui karakteristik dari pelaku sasarannya dalam arti lain  Know your audience”.

3.6  Faktor-Faktor Kegagalan dalam Komunikasi Penyuluhan
Setiap komunikasi dalam penyuluhan selalu mengharapkan umpan balik berupa respon yang positif dari sasarannya, yaitu berupa perubahan perilaku dan termanifestasikan dalam bentuk perubahan tindakan-tindakan. Namun respon yang diharapkan tidak selalu ada, sehingga yang bersangkutan merasa gagal.
Kegagalan komunikasi, dapat diartikan sebagai komunikasi yang tidak mencapai tujuannya, yaitu komunikasi yang tidak memperoleh efek yang diharapkan oleh komunikator maupun oleh komunikannya. Sebaliknya komunikasi dianggap berhasil bila ada tanggapan dari kedua belah pihak yang terkait dan sama-sama merasa puas oleh komunikasi tersebut. Kegagalan komunikasi menurut Slamet (1978), disebabkan oleh 2 hal yaitu tidak efisiennya komunikasi dan terjadinya salah pengertian selama proses komunikasi.
A.    Komunikasi yang tidak efisien, Termasuk dalam komunikasi yang tidak efisien adalah :
a.    Tujuan komunikasi yang tidak jelas, komunikasi yang baik punya tujuan yang jelas dan khusus, baik bagi komunikatornya dan bagi komunikannya.
b.    Faktor kebiasaan, termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan tidak efisennya komunikasi adalah; ucapan atau gerakan tertentu yang diulang-ulang, mondar-mandir, dll. Kebiasaan itu akan mengurang efisiensi komunikasi, karena komunikan akan terganggu konsentrasinya dan dapat dijadikan bahan olok-olokan diantara sesama komunikan.
B.    Salah pengertian, dapat menyebabkan kegagalan komunikasi karena pesan yang diterima komunikan tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh komunikator, dan respon yang diterima komunikator juga menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Salah pengertian disebabkan oleh:
a.    Perbedaan tujuan, salah pengertian terutama disebabkan karena tidak adanya persesuaian tujuan berkomunikasi yang menjadi maksud komunikator dengan tujuan yang dikehendaki oleh komunikannya\
b.    Respon bukan sasaran, salah pengertian bisa terjadi bila terdapat respon dari pihak yang bukan sasaran komunikasi, misalnya pada pertemuan kelompok tani, penyuluh ingin mengetahui produksi yang telah dihasilkan, karena disitu ada pamong desa yang mengharapkan pujian, ia memberikan data yang tidak sewajarnya, dan sudah tentu penyuluh akan mendapat data yang tidak akurat karena ada kepentingan lain dari yang bukan sasaran.
c.    Latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda, misalnya tingkat pendidikan, bahasa, dll. Misalnya komunikator dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah tertentu yang belum tentu dipahami oleh sasaran.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam komunikasi, setiap komunikasi diharap untuk dapat mengambil keputusan dan menerima pesan yang belum tentu dan harus dapat dibuktikan manfaatnya.
Sehubungan dengan itu, komunikasi akan berhasil bila memenuhi pertimbangan sebagaimana yang dikemukakan Leys (1971) sebagai berikut :
a.    Adanya kepentingan bersama (overlaping of interest) atau perimpitan kepentingan komunikator dengan komunikannya
b.    Pesan yang disampaikan oleh komunikator merupakan pemecahan masalah yang dihadapi oleh komunikannya
c.    Adanya kepercayaan komunikator mengenai kebenaran pesan yang disampaikan, dan komunikator yakin bahwa dirinya merupakan sumber yang dipercaya oleh komunikan
d.    Pesan yang disampaikan ditujukan untuk tercapainya situasi baru didalam mana keduanya mempunyai kepentingan yang sama.

3.7  Penyuluh Sebagai Agen Perubahan
Dalam proses perubahan, komunikator yang adalah penyuluh merupakan fasilitator yang membantu anggota masyarakat melaksanakan proses yang dimaksud. Dengan gagasan-gagasan dan ide-ide yang disebarluaskan, penyuluh adalah agen perubahan atau orang-orang yang menyebarserapkan inovasi ke tengah-tengah masyarakat. Karena itu seorang penyuluh juga menjadi tempat bertanya, tempat anggota masyarakat menanyakan sesuatu untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan. Jadi seorang penyuluh adalah juru informasi atau juru penerang bagi khalayak di sekitarnya.
Melihat cakupan dan titik berat misi yang diemban seorang penyuluh terutama sebagai salah satu agen perubahan, maka diperkirakan kompetensi komunikasi yang paling diperlukan antara lain adalah yang menyangkut :
a) Komunikasi Antar Pribadi (interpersonal communication)
b) Komunikasi dengan Kelompok (group communication)
c) Komunikasi dengan Massa (mass communication)
Beberapa kualifikasi harus dimiliki penyuluh sebagai agen perubahan, antara lain:
a.    Kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan.
b.    Kemampuan administrative, yaitu persyaratan administrative yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengalokasi waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif kompleks. Maksudnya, para agen perubahan merupakan orang-orang yang menyediakan waktu dan tenaga mereka untuk secara sepenuh hati mengurus masyarakat yang dibinanya.
c.    Hubungan antar-pribadi. Suatu sifat agen perubahan yang paling penting adalah emphatic, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada kedudukan orang lain, berbagi pandangan dan perasaan dengan mereka sehingga hal-hal tersebut seakan-akan dialami sendiri.
Agen-agen perubahan tersebut menurut Rogers dan Shoemaker berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antar dua (atau lebih) sistem sosial, yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan tadi dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut. Hal ini tercermin dalam peranan utama agen perubahan:
a.    Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.
b.    Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
c.    Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana :
a)    Mengenali dan merumuskan kebutuhan
b)    Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan
c)    Mendapatkan sumber-sumber yang relevan
d)    Memilih atau menciptakan pemecahan masalah
e)    Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah
d.    Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Terdapat beberapa tugas utama penyuluh sebagai agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi, yaitu :
a.    Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan.
b.    Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship).
c.    Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
d.    Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.
e.    Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata.
f.     Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out.
g.    Mencapai suatu terminal hubungan

3.8  Proses Komunikasi Teori Difusi dan Adopsi Inovasi
A.   Teori Difusi Inovasi
Teori difusi inovasi dikembangkan oleh Everett M. Rogers. Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu komunikasi jenis khusus yang yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat ketermasaan (newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang menyangkut ketidakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi. (Dilla, 2007: 53)
Difusi inovasi merupakan bagian khusus yang dari proses komunikasi yang ada disebabkan informasi yang dipertukarkan adalah inovasi. Teori difusi inovasi adalah sebuah model yang menggambarkan aktivitas pertukaran informasi baru yang berlangsung dengan tujuan terjadinya proses adopsi inovasi dalam diri khalayak (Purba, 2006: 57).
Dalam pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusi inovasi umumnya pelaku utamai dan anggota masyarakat pedesaan. Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap, jadi di dalamnya dikenal pula adanya pemula pendapat atau yang disebut juga dengan istilah agen perubahan. Oleh karenanya teori ini sangat menekankan pada sumber-sumber non-media (sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli, dan sebagainya), mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya memengaruhi motivasi dan sikap. (Sendjaja, 2005: 5.17).
Rogers dan Schoemaker (1992) menjelaskan bahwa proses adopsi dapat terjadi melalui 4 (empat) tahapan yaitu : tahap mengetahui (knowledge), persuasif (persuasive), mengambil keputusan (decision) dan konfirmasi (confirmation) yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi empat tahap yaitu  :
a.     Tahap mengetahui : pelaku utama sasaran sudah mengetahui adanya inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.
b.     Tahap Persuasi  : pelaku utama sasaran sudah membentuk sikap terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap sesuai ataukah tidak sesuai bagi dirinya.
c.     Tahap Keputusan : pelaku utama sasaran sudah terlibat dalam pembuatan keputusan yaitu apakah menerima atau menolak inovasi.
d.     Tahap Konfirmasi:pelaku utama sasaran mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Mungkin pada tahap ini pelaku utama sasaran mengubah keputusan untuk menolak inovasi yang telah di adopsi sebelumnya.
Dalam proses penyebarserapan inovasi, terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari:
a.     Suatu inovasi
b.     Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
c.     Dalam jangka waktu tertentu
d.     Diantara para anggota suatu sistem sosial
Dalam pandangan pelaku sasaran yang menjadi klien dalam penyebarserapan suatu inovasi, terdapat lima atribut yang menandai setiap inovasi, yaitu:
a.    Keuntungan-keuntungan relatif. Apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relative bagi mereka yang kelak menerimanya.
b.    Keserasian. Apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nila-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan. Begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan.
c.    Kerumitan. Apakah inovasi tersebut rumit. Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami, juga cenderung dirasa sebagai beban.
d.    Dapat dicobakan. Suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.
e.    Dapat dilihat. Bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan atau ide yang abstrak.

B.   Teori Adopsi Inovasi
Adopsi di dalam penyuluhan sering kali diartikan sebagai suatu proses mentalitas pada diri seseorang atau individu, dari mulai seseorang tersebut menerima ide-ide baru sampai memutuskan menerima atau menolak ide-ide tersebut. Proses adopsi, menurut Samsudin (1984), adalah proses dimulai dari keluarnya ide-ide dari satu pihak kemudian disampaikan pada pihak lain sampai ide tersebut diterima pihak masyarakat sebagai pihak yang kedua. Menurut Suriatna (1987), karena proses adopsi merupakan proses mentalitas yang bertahap mulai dari kesadaran (awareness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial), dan akhirnya menerapkan (adoption) maka kita perlu benar-benar memahami setiap tahapan yang berlangsung pada diri seseorang tersebut agar berbagai faktor penghambat akan diketahui dan dipelajari sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penyuluhan.
Dalam proses penyuluhan, dimana salah satu tujuannya adalah agar terjadi perubahan sikap perilaku yang mengarah pada tindakan maka proses terjadinya adopsi inovasi yang bertahap sering kali tidak sama pada setiap individu. Kecepatan dalam mengadopsi suatu inovasi kadang antara satu individu dengan individu yang lain berbeda, ini sangat tergantung bagaimana karakter individu yang bersangkutan.
Dalam sistem penyuluhan menitikberatkan perubahan sosial jangka panjang yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan difusi inovasi dan mengarahkan perubahan dalam masyarakat. Difusi inovasi dapat dipandang sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi, sumber pesan dapat berupa penemu, penyuluh perikanan dan stakeholder. Perubahan secara praktis yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku, faktor yang mendorong dan menghambat perubahan.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial.  Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu Model Top Down,  Model Feed Back dan Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama.
a.    Model Difusi Top Down
Model Difusi Top Down dikembangkan berdasarkan penelitian di India, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan sekolah, laboratorium dan stasiun percobaan.  Model top down difusion sebagai model penyuluhan perikanan konvensional. Pada model ini peneliti melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun penelitian dan menghasilkan rekomendasi yang disebarluaskan pada seluruh pelaku utama.  
b.    Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku).  Model feed back dianggap sebagai perbaikan model Top Down yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti dan penyuluh. Model feed-back menjadi popular dan berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian. 
c.    Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama pada awalnya dikembangkan berupa difusi farmer back to farmer.  Model ini mengasumsikan bahwa penelitian harus dimulai dan diakhiri di tingkat sasaran.  Hal ini berarti bahwa pelaku utama (sasaran) harus dilibatkan secara aktif sebagai anggota tim pemecahan masalah di lapangan. Pelaku utama/pelaku usaha dengan pengalaman jangka panjangnya mengetahui kondisi usahanya, kondisi sosial, ekonomi, teknis, keadaan pasar dan lain sebagainya.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama mengandung beberapa siklus kegiatan dan masing-masing kegiatan ini berusaha mencapai tujuan tertentu. Model ini dapat diawali dengan eksperimen sederhana dan diakhiri survey di tingkat pelaku utama. Kunci perbedaannya dengan model difusi yang lain adalah fleksibilitas dan penelitian di tingkat pelaku utama untuk mengindentifikasikan sumber daya yang dimilikinya.
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu    :
a.    Innovator (golongan perintis)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat. Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi dan rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan inovasi dan pada dasarnya sudah menyenangi hal-hal yang baru dan sering melakukan percobaan
b.    Early Adopter (golongan pelopor)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan yang relative komplit biasanya orang-orang yang berpengaruh di sekelilingnya dan merupakan orang yang lebih maju dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya.
c.    Early Mayority (golongan penganut dini)
Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi selama inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya biasanya orang-orang yang menerima suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari orang lain.
d.    Late Mayority (golongan penganut lambat)
Golongan ini pada umumnya memilki tingkat pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi biasanya orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang di sekelilingnya sudah menerimanya
e.    Laggard (Golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
4.     KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1.  Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Tujuan komunikasi berupa: (1) informative; (2) persuasive; (3) entertainment/menghibur; (4) mengubah sikap/perilaku; (5) mengubah opini/pendapat/pandangan; dan (6) mengubah masyarakat.
2.   Aspek aspek dalam komunikasi penyuluhan terdiri dari: (1) Komunikator/sumber informasi; (2) Pesan atau esensi komunikasi (content/message); (3) Saluran/Media; (4) Komunikan/penerima informasi/komunikan; (5) Dampak/Efek/Feedback; dan (6) lingkungan.
3. Dalam sebuah penyelenggaraan komunikasi penyuluhan teradapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu (1) perencanaan komunikasi, (2) proses komunikasi, (3) teknik komunikasi, (4) tahapan komunikasi, (5) hambatan komunikasi dan (6) faktor-faktor kegagalan komunikasi.
4. Penyuluh sebagai agen perubahan yang juga berperan sebagai komunikator harus mampu menyebarserapkan informasi dan inovasi baik difusi maupun adopsi sehingga terjadi perubahan baik perilaku, sikap dan keterampilan pelaku sasaran.
 4.2 Saran
1.    Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, penyuluh sebagai fasiltator harus mampu berkomunikasi dengan baik, agar transfer teknologi berjalan dengan baik.
2.    Metode komunikasi yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik pelaku sasaran, agar tidak terjadi komunikasi yang tidak efisien dan salah pengertian.
3.    Perlu adanya peningkatan kualitas komunikasi penyuluh yang relevan dengan kondisi pelaku sasaran


DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2003. Pedoman Umum Pemilihan Metoda Penyuluhan Perikanan. Badan PSDMP. Departemen Perikanan. Jakarta.
__________, 2006. Sistem Penyuluhan Perikanan, Perikanan, dan Kehutanan. Undang-undang RI. No. 16 Tahun 2006. Presiden RI.
__________, 2007.  Metodologi Penyuluhan Perikanan Partisipatif.
Berlo, David K., 1980. The Process of Communication. An Introduction of Theory and Practice. Michigan State University. USA.
Stewart L.T dan Sylvia Moss, 2001. Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Cherry, C. 1958. On The Coomunication. London: Pergammon Press.
Cooley, C. 1909. Social Organization. New York: Charles Scribner’s Sons.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Djuarsa Serjaya, Sasa dkk 1999,  Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
D.L and W. Scramm. 1977. Azas-Azas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: LP3ES.
Ibrahim Jabal, 2003, Komunikasi dan Penyuluhan Perikanan.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya Bandung.
Leys, C. 1971. Political Perspective dalam Development in a Devided World. London:Penguin Books.
Margono, S. 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Op Cit: 3th Edt.
Marpaung dan Renaldi, 2001. Teknik Komunikasi dan Presentasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia, Jakarta.
Mercado, C.M. 1971. Communication Strategies and Their Impact on Launching the 1967: Grenn Revolution in The Philippines. Thesis. Philippines: UPLB.
Nasuturi Zulkarimen, 1988. Komunikasi Pembangunan, PT. Raja Grafinindo Persada. Jakarta
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Roger,E.M., F.F. Shoemaker,  1986.  Memasyarakatkan Ide-Ide Baru.  Penerjemah Hanafi,A.  Usaha nasional, Surabaya.  Terjemahan dari Commuication Of Innovations.
Ruesch, J and G. Bateson. 1951. Communication: The Social Matrix of Psychology. New York: Norton Library.
“Sinar Mentari” Gender Focal Point Pengembangan SDM  Perikanan. STPP. Malang.
Tim Pusbangluh, 2008. Modul Dasar-dasar Komunikasi. Pusat Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.
Tim Pusbangluh, 2009. Modul Komunikasi yang Efektif. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar