oleh :
David Indra Widianto
Penyuluh Perikanan Kota Bontang
PENDAHULUAN
Kota
Bontang terletak antara 117026’34,86” Bujur Timur
sampai 004’7,34” Wilayah administrasi Kota Bontang
memiliki luas 497,57 km2 yang didominasi oleh lautan, yaitu seluas
347,77 km2 (69,90%) sedangkan wilayah daratannya seluas
149,80 km2
(30,10%) (BPS Kota Bontang, 2016). Dengan kondisi hampir 70% Kota Bontang
merupakan wilayah lautan, maka Pemerintah Kota Bontang Periode 2016-2021
mencanangkan visi menguatkan Bontang sebagai Kota Maritim dengan visi Smart City, Green City dan Creative City (Bappeda
Kota Bontang, 2016).
Dalam pemanfaatan ruang laut
tersebut didalamnya termasuk kegiatan perikanan baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya. Salah satu sarana kegiatan perikanan yang ramah lingkungan
adalah Keramba Jaring Apung biasa disebut dengan KJA. Teknologi KJA adalah salah satu teknik akuakultur yang cukup
produktif dan intensif dengan konstruksi yang tersusun dari keramba-keramba
jaring yang dipasang pada rakit terapung di perairan pantai (Sunyoto, 1994).
Salah satu keuntungan budidaya ikan dengan KJA dibandingkan dengan teknologi
selain KJA yaitu ikan dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi tanpa khawatir
akan kekurangan oksigen (Basyarie, 2001). Sedangkan keuntungan KJA lainnya
ialah hemat lahan, tingkat produkivitasnya tinggi, tidak memerlukan pengelolaan
air yang khusus sehingga dapat menekan input biaya produksi, mudah dipantau,
unit usaha dapat diatur sesuai kemampuan modal (Pongsapan dkk.
2001), jumlah dan mutu air selalu memadai, tidak perlu pengolahan tanah,
pemangsa mudah dikendalikan dan mudah dipanen (Sunyoto, 1994).
Kegiatan
perikanan dengan KJA bagi kegiatan budidaya perikanan di Kota Bontang salah
satunya dilakukan oleh Koperasi Bontang Eta Maritim dibawah pimpinan Bapak
Muhtar yang merupakan binaan Creating
Shared Value (CSV) PT. Pupuk Kaltim di perairan Tj Limau sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraaan anggotanya. Dalam perkembangannya ternyata KJA
dapat diaplikasikan pada fungsi lain yang ternyata mendukung terciptanya misi
Kota Bontang 2016-2021 yaitu visi Smart City, Green City
dan Creative City.
Studi ini bertujuan memberikan gambaran tentang inovasi fungsi KJA
terkait dengan visi misi Kota Bontang 2016-2021. Studi ini menggunakan
pendekatan deskriptif analitis yaitu suatu pendekatan untuk menggambarkan
inovasi fungsi KJA apa saja yang telah dilakukan oleh Koperasi Bontang Eta
Maritim serta potensi fungsi lain yang
mungkin dapat dikembangkan terkait dengan pemanfaatan KJA di perairan Kota
Bontang yang sesuai dengan visi misi Kota Bontang 2016-2021.
Kajian yang dilakukan bersifat eksploratif dengan harapan akan
memperoleh masukan yang dapat menambah wawasan tentang inovasi pengembangan
fungsi KJA dan cara mendayagunakannya. Selain itu, sebagai pendukung juga
dilakukan kajian pustaka dan penelusuran informasi sebagai bahan yang
diperlukan untuk melengkapi hasil studi.
VISI
MISI PEMERINTAH KOTA BONTANG 2016-2021
Dalam Peraturan
Daerah Kota Bontang Nomor 3 Tahun 2016
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021,
Pemerintah Kota Bontang menetapkan Visi yaitu “Menguatkan Bontang
Sebagai Kota Maritim, Berkebudayaan Industri Yang Bertumpu Pada Kualitas SDM
Dan Lingkungan Hidup Untuk Kesejahteraan Masyarakat” (Bappeda
Kota Bontang, 2016).
Rumusan
visi diatas dijabarkan dengan kondisi sebagai berikut :
a. Kota Maritim adalah untuk mewujudkan Visi Kota Bontang 2006-2025
sebagai Kota Maritim, dan Visi Pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJMN
2015-2021. Hal tersebut sangat beralasan mengingat sebagai entitas
administratif ekonomi dan ekologis yang didominasi olehwilayah pesisir dan laut
sehingga unsur kemaritiman menjadi salah satu penciri kuat (city icon) bagi
Kota Bontang;
b. Aspek kemaritiman ini mencakup domain fungsional ekonomi dan
industri kelautan yaitu jasa-jasa kelautan, kepelabuhanan, transportasi laut,
perikanan tangkap,perikanan budidaya, industri pengolahan hasil laut, industri
penyedia jasa kemaritiman, perdagangan maritim, eksplorasi, eksploitasi
danpengolahan minyak-gas di laut (off-shore) dan wilayah pesisir (on-shore),
c. Berkebudayaan industri adalah sebuah nilai sistem profesional
berbasis pada nilai-nilai keragaman lokal dan nasional yang mampumendorong dan
menopang perekonomian di sektor industri maritim pada khususnya dan industri
lain pada umumnya sehingga ke depan industry maritim dan industri petrokimia
bisa berjalan secara sinergi dan saling menunjang;
d. Kualitas Sumberdaya Manusia mempunyai arti bahwa Kualitas
Sumberdaya Manusia baik menjadi tumpuhan utama untuk mewujudkanVisi tersebut,
sehingga dalam kurun waktu lima tahun ke depankualitas Sumbedaya Manusia
semakin meningkat baik pendidikan maupunkesehatanya, melalui peningkatan sarana
dan prasarana yang berkualitas;
e. Kualitas lingkungan hidup mempunyai arti bahwa pembangunan harus
berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan kelestarianlingkungan hidup yang ada
di Bontang, yaitu dengan meningkatkan kualitas lingkungan hidup termasuk
di dalamnya sumberdaya alam melaluimekanisme yang adil, bermartabat dan
berkelanjutan dalam lima tahun ke depan; dan
f. Kesejahteraan Masyarakat merupakan tujuan akhir pembangunan Kota
Bontang, yaitu mewujudkan masyarakat Kota Bontang yang terpenuhi hak-hak
dasarnya sehingga menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, berkualitas dan
memilliki pilihan yang luas dalam seluruh kehidupannya.
Dalam
rangka mewujudkan visi diatas maka pemerintah Kota Bontang memiliki 3 misi
meliputi :
1. menjadikan Kota Bontang sebagai Smart City melalui
peningkatan kualitas sumber daya;
Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat
yang berada di dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien
dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan
kegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Salah
satu faktor penting dalam menjadikan sebuah kota sebagai Smart City adalah kualitas sumberdaya manusianya yang handal.
Sehingga untuk mewujudkan Kota Bontang sebagai Smart City perlu peningkatan kualitas Sumberdaya Manusianya. Secara
operasional upaya peningkatan kualitas SDM dilaksanakan melalui berbagai sektor
pembangunan, antara lain sektor pendidikan, kesehatan, sosial kependudukan,
tenaga kerja dan sektor pembangunan lainnya.
2. menjadikan Kota Bontang sebagai Green City melalui
peningkatan kualitas lingkungan hidup; dan
Green City merupakan salah satu konsep pendekatan perencanaan kota yang
berkelanjutan, Green City juga
dikenal sebagai Kota Ekologis atau kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan
antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Dengan
kota yang sehat dapat mewujudkan suatu kondisi kota yang aman, nyaman, bersih,
dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi
masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor
terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya,
diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak
terkait (stakeholders).
3. menjadikan Kota Bontang sebagai Creative City melalui
pengembangan kegiatan perekonomian berbasis sektor maritim.
Bontang sebagai Creative City merupakan hasil dari
pengembangan pengetahuan yang intensif dan strategi kreatif dalam peningkatan
kualitas sosial-ekonomi, ekologi, daya kompetitif kota. Pengembangan Bontang
sebagai Creative City merupakan hasil
dari gabungan modal sumberdaya manusia (contohnya angkatan kerja terdidik),
modal infrastruktur (contohnya fasilitas komunikasi yang berteknologi tinggi),
modal sosial (contohnya jaringan komunitas yang terbuka) dan modal entrepreuneurial (contohnya aktifitas
bisnis kreatif). Pemerintahan yang kuat dan dapat dipercaya disertai dengan
orang-orang yang kreatif dan berpikiran terbuka akan meningkatkan produktifitas
lokal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu kota.
Kunjungan Kepala Dinas
Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian Kota Bontang ke KJA
KERAMBA JARING APUNG (KJA)
Keramba jaring apung (KJA) adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat
dari jaring yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air
permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem
penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam KJA
relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau. Ikan yang dipelihara
bervariasi mulai dari berbagai jenis kerapu, kakap, baronang, bahkan lobster.
KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan kecil
tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Abdulkadir, 2010).
Teknologi KJA terdiri dari serangkaian kegiatan menurut Sunyoto
(1994) dan Ismail et al (2001), antara lain :
a)
Pemilihan dan
penentuan lokasi KJA dengan mempertimbangkan faktor-faktor gangguan alam (badai
dan gelombang besar), adanya predator, pencemaran, konflik pengguna, faktor
kenyamanan dan kondisi hidrografi.
b)
Pembuatan disain
dan konstruksi KJA dengan mempertimbangkan ukuran, disain, bahan baku dan daya
tahannya, harga dan faktor lainnya.
c)
Penentuan Tata
letak KJA dengan mempertimbangkan faktor kondisi perairan (arus) yang terkait
dengan sirkulasi air dalam keramba, ukuran keramba (luas dan kedalaman), ukuran
mata jaring, jumlah keramba yang searah dengan arus, jarak antar keramba dan
lama pemeliharaan.
d)
Pengadaan sarana
budidaya, seperti kerangka rakit, jaring kurungan, pelampung, jangkar, keramba,
pengadaan benih dan tenaga kerja.
e)
Pengelolaan
budidaya yang terdiri dari kegiatan penebaran benih dengan padat penebarannya,
pendederan, pembesaran, pemberian pakan dan pengelolaannya, pencegahan
timbulnya penyakit ikan, perawatan sarana budidaya dan pengamatan kualitas air,
serta kegiatan panen, penanganan pasca panen dan pemasarannya.
KERAMBA
JARING APUNG (KJA) PROGRAM CREATING
SHARED VALUE (CSV) PT PUPUK KALTIM YANG DIKELOLA OLEH KOPERASI BONTANG ETA
MARITIM KOTA BONTANG
KJA Program CSV yang dikelola oleh Koperasi Bontang Eta Maritim
telah memiliki 64 petak KJA. Pada awal kegiatan ditebar secara bertahap
sebanyak 14.000 ekor bibit kerapu dan 2.000 ekor bibit lobster. Sampai dengan
akhir Mei 2018 ini telah dilakukan pengapalan sebanyak 2 kali pada bulan
Januari 2018 dengan total 3,2 ton dan Mei 2018 sebanyak 1,4 ton.
Anggota Koperasi BEM saat ini berjumlah 49 orang dimana sebagian
besar merupakan nelayan one day fishing,
dimana masih terdapat waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya
ikan di KJA. Anggota diberikan petak KJA untuk dikelola sendiri dengan
fasilitasi bibit awal dari program CSV.
Petak KJA Program CSV yang dikelola Koperasi
Bontang Eta Maritim
Fasilitas yang telah ada di KJA antara lain Bagan Apung sebagai
sarana pencari pakan ikan, ruang serbaguna yang dapat digunakan untuk
pertemuan, wisata kuliner serta ruang pendidikan, toilet, dan penerangan dengan
solar cell.
INOVASI
FUNGSI KJA TERKAIT VISI MISI PEMERINTAH KOTA BONTANG 2016-2021
Koperasi Bontang Eta Maritim mulai berusaha kegiatan budidaya ikan
dalam KJA pada tahun 2016 di perairan Tj Limau, namun salah satu anggotanya
yaitu H Ismail telah melakukan kegiatan tersebut dari awal tahun 2000an.
Pada awalnya KJA difungsikan hanya sebagai sarana kegiatan
budidaya ikan saja, namun seiring berjalannya waktu berbagai fungsi lain
tercipta dengan kehadiran KJA. Berikut dijabarkan beberapa fungsi yang tercipta,
dan dijelaskan sesuai dengan misi Pemerintah Kota Bontang 2016-2021 :
1. SMART CITY
Salah satu usaha mengatasi
kemiskinan nelayan adalah dengan mentransformasi mata pencaharian mereka dari
nelayan ‘tangkap’ ke nelayan ‘budidaya’. Meskipun masyarakat nelayan memiliki
sifat sulit beralih profesi karena faktor ekonomi, budaya, serta rendahnya keterampilan
dan pendidikan (Iikiara et al, 2000).
Sebagian besar anggota
Koperasi Bontang Eta Maritim awalnya nelayan, KJA telah mentransformasi mereka menjadi
seorang pembudidaya. Sifat “sulit berubah” sedikit demi sedikit dikikis. Kegiatan
di KJA yang selama ini mereka kerjakan telah menuai hasil yang memuaskan merubah
pola fikir mereka. Sifat saling bekerjasama, saling memiliki dan ingin
berkembang menunjang perubahan tersebut.
Adanya perubahan-perubahan
pola pikir mendorong terjadinya perubahan pada pola tindak. Masuknya pengaruh sosial, budaya dan teknologi
ke dalam komunitas pesisir dan pedalaman telah membantu percepatan terjadinya
transformasi sosial (Utomo dan Hutauruk, 2008).
Kegiatan
Budidaya Ikan oleh Anggota Koperasi Bontang Eta Maritim
KJA milik Koperasi Bontang
Eta Maritim juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan penelitian kegiatan
kelautan dan perikanan. Dalam beberapa petak KJA khusus dimasukkan binatang
laut yang dilindungi sebagai sarana pendidikan, serta kedepannya akan dibuatkan
perpustakaan mini yang menyediakan buku-buku kelautan dan perikanan.
2. GREEN CITY
Selain menjadi sarana
budidaya, KJA berfungsi sebagai sarana bioindikator kualitas perairan laut
lokasi KJA ditempatkan. Dengan adanya kehidupan ikan dalam KJA yang tumbuh
dengan wajar bahkan telah panen sesuai dengan waktu tumbuhnya menunjukkan bahwa
adanya kesadaran masyarakat pesisir terhadap kebersihan perairan laut.
Fungsi lainnya bahwa KJA
dapat menjadi tempat pengawasan kegiatan di laut. Dengan ditempatkan pengawas
perikanan di KJA kegiatan di perairan sekitar KJA akan terpantau, sehingga
dapat meminimalisir kegiatan pengrusakan ekosistem laut seperti pemboman,
pembiusan dan pengambilan terumbu karang.
Pengecekan
Kualitas Air Secara Berkala oleh Tim Pendamping Kegiatan Budidaya
3. CREATIVE CITY
Dalam KJA milik Koperasi
Bontang Eta Maritim saat ini telah dibuatkan ruang serbaguna bagi pengunjung
yang datang. Hal ini mencetuskan ide untuk memfungsikan KJA sebagai sarana
wisata kuliner. Menu yang diunggulkan dalam kegiatan kuliner ini adalah
pengunjung/konsumen bebas memilih ikan hidup yang ingin mereka makan. Sarana
kuliner seperti ini bisa terbilang baru di Kota Bontang dimana biasanya pembeli
yang ingin makan ikan di restoran hanya mendapatkan ikan yang sudah dalam
keadaan mati. Efek dibukanya sarana kuliner ini menambah lapangan pekerjaan
baru bagi istri anggota Koperasi Bontang Eta Maritim.
Kedepannya Pengurus Koperasi
Bontang Eta Maritim telah meminta kepada Walikota Bontang melalui Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kota Bontang, agar memasukkan KJA menjadi salah satu
destinasi wisata yang recomended
untuk dikunjungi.
Wisata
Kuliner KJA Koperasi Bontang Eta Maritim yang menarik wisatawan asing
KESIMPULAN
1. Koperasi Bontang Eta Maritim memiliki unit usaha KJA awalnya hanya
sebagai sarana budidaya ikan.
2. Saat ini usaha KJA Koperasi Bontang Eta Maritim baru dilakukan di
perairan Tj. Limau.
3. Inovasi yang telah dilakukan Koperasi Bontang Eta Maritim terhadap
fungsi KJA antara lain :
a. Perubahan mindset / pola
fikir anggota Koperasi dari nelayan ke pembudidaya
b. Sarana edukasi dan pusat penelitian
c. Sarana bioindikator kualitas perairan laut
d. Sarana pengawasan kegiatan Kelautan dan Perikanan
e. Sarana Wisata Kuliner
f. Destinasi Wisata.
SARAN
1. Kota Bontang masih memiliki zona perairan yang cocok untuk
kegiatan budidaya KJA diantaranya perairan Bontang Kuala, Gusung dan Melahing.
2. Koperasi Bontang Eta Maritim perlu berupaya mereplikasi kegiatan
budidaya KJA pada beberapa lokasi potensi sehingga dapat dirasakan manfaatnya
oleh seluruh masyarakat Kota Bontang
REFERENSI
1. Abdulkadir, I. 2010.
KJA http :// www. Farraqafy.com
2. Bappeda
Kota Bontang. 2016. Peraturan Daerah Kota Bontang
Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2016-2021
3. Basyarie, A. 2001.
.Teknologi Pembesaran Ikan Kerapu Epinephelus spp. Di dalam: Teknologi
Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia. Departemen
Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Japan International Cooperation
Agency. Jakarta. Halaman 111-118.
4.
BPS Kota
Bontang.2016. Bontang dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik Kota Bontang.
Bontang.
5. Ikiara Moses Muriira,
Odink Joop., 2000, Fishermen Resistance
to Exit Fisheries, Marine Resource Economics, Volume 14, pp. 199–213
6. Ismail, A., Wedjatmiko,
Sarifuddin dan B. Sumiono. 2001. Kajian Teknis Pembesaran Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus spp.) Dalam Keramba Jaring
Apung di Lahan Petani. Di dalam: Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea
Farming di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan
Japan International Cooperation Agency, Jakarta. Halaman 407-427.
7. Pongsapan, D.S.,
Rachmansyah dan A.G. Mangawe. 2001. Penelitian Budidaya Bandeng Intensif dalam
Keramba Jaring Apung di Laut. Di dalam: Teknologi Budidaya Laut dan
Pengembangan Sea Farming di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan
bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency. Jakarta. Halaman
323-333.
8. Sunyoto, P. 1994. Pembesaran
Kerapu dengan Keramba Jaring Apung. Penebar Swadaya, Jakarta. 65 halaman.
9. Utomo,
Tri Widodo W, Hutauruk, Thomas R. 2008.
Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Dan Pedalaman Di
Kalimantan; Mencari Sebuah Model
Kebijakan Pembangunan Yang Memberdayakan. Jurnal
Borneo Administrator. Samarinda