Selasa, 30 Oktober 2018

ISMAIL, KETUA KELOMPOK NELAYAN FANTASI SUKSES MENJADI JURAGAN KERAPU DAN LOBSTER DARI BONTANG



Jangan pernah bermimpi meraih sukses tanpa kerja keras, ketelatenan, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan. Prinsip itulah yang mengiringi perjalanan hidup H Ismail alias H.Maing (45). Lelaki lulusan sekolah dasar yang semula nelayan itu, kini menjadi pembudidaya dan pengusaha ikan kerapu yang sukses dengan omset puluhan juta rupiah setiap bulan.
Warga Tj. Limau Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang Utara Kota Bontang, itu dinilai merupakan salah satu penyuplai ikan kerapu hidup untuk daerah Bali, Jakarta dan Kendari. Setiap bulan tidak kurang 250 kg ikan kerapu hidup dan Lobster yang dikirim ke daerah tersebut.
H Maing saat ini memiliki 17 petak keramba jaring apung (KJA). Setiap unit terisi 250 ekor. Ikan yang dibudidayakan meliputi berbagai jenis, seperti kerapu tikus, macan, sunu, cantang dan cantik serta lobster.



Keramba Jaring Apung Milik H Maing

Ikan kerapu itu dibeli dari nelayan setempat yang menjadi mitra kerjanya. Kerapu macan, misalnya, dibeli Rp 85.000 per kg, kerapu sunu Rp 190.000-Rp 195.000, dan kerapu tikus Rp 350.000 per kg. Saat dibeli, ikan itu beratnya berkisar 200-400 gram per ekor dan langsung dibayar tunai sehingga neayan sekitar sangat senang bekerjasama dengan H Ismail. Setelah dibudidayakan selama sekitar setahun, ikan baru diekspor.
H Ismail juga mendapat bantuan bibit kerapu cantik dari Program Creating Shared Value (CSV) PT Pupuk Kaltim pada bulan Oktober 2016 dan telah panen sekitar 3 ton pada Desember 2017.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TANJUNG LIMAU
H Maing mengawali kegiatan budidaya ikan di KJA dari pembuatan satu petak KJA yang terisi 50-100 ekor ikan kerapu lumpur dan kerapu macan pada tahun 2002. Dilihat dan dinilai prospek mengembangkan budidaya ikan kerapu maka paa tahun 2008 menambah 4 petak lagi yang akan diisi aneka ikan kerapu diantaranya kerapu sunu, kerapu bebek dan kerapu macan.
H Maing mulai membentuk Kelompok Fantasi pada tanggal 23 September 2009 beranggotakan 10 orang yang berawal dari keresahan masyarakat nelayan di sekitar Tanjung Limau bontang terutama nelayan tangkap, jaring dan belat. Yang dikarenakan kondisi laut dan sosial ekonomi masyarakat tanjung limau sangat berubah. Hal ini terlihat dari bertambah jauhnya lokasi mencari ikan, berkurangnya hasil tangkapan belat, mengecilnya ukuran ikan yang didapat, hal tersebut disebabkan karena adanya penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan yaitu penggunaan bom dan racun yang sangat meresahkan dan mengganggu aktifitas nelayan.
Karakteristik nelayan berbeda dengan karakterisik pembudidaya ikan atau petani. Dari segi penghasilan, pembudidaya ikan dan petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan nelayan yang setiap hari bergelut dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol. Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko tinggi. Hal tersebut menyebabkan masyarakat pesisir sepeti nelayan cenderung memiliki karakter yang tegas, keras, dan terbuka.
Nelayan juga bisa dikategorikan masyarakat yang masih terbelakang dan berada dalam posisi marginal. Selain itu, banyak dimensi kehidupan yang tidak diketahui oleh orang luar tentang karakteristik nelayan. Nelayan mempunyai cara berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial, dan struktur sosialnya. Sementara itu, dibalik kemarginalannya, nelayan tidak mempunyai banyak cara dalam mengatasi masalah yang hadir.
Karakteristik lain yang sangat mencolok di nelayan adalah ketergantungan mereka pada musim. Ketergantungan pada musim ini akan semakin besar pada nelayan kecil. Pada musim penangkapan, para nelayan akan sangat sibuk melaut. Sebaliknya, pada musim peceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur.
Keadaan ini mempunyai implikasi besar terhadap kondisi sosial ekonomi nelayan. Mereka mungkin mampu membeli barang-barang yang mahal pada musim tangkap. Namun pada musim peceklik, pendapatan mereka drastis menurun sehingga kehidupan mereka juga semakin buruk. Belum lagi ditambah pola hidup mereka yang menerapakan prinsip ekonomi yang “tidak hemat”, artinya saat hasil tangkap memuncak, mereka cenderung tidak menyimpan hasil untuk menutupi kekurangan ekonomi di saat kegiatan tangkap menurun sehingga banyak dari nelayan-nelayan tersebut yang harus meminjam uang bahakan menjual barang-barang mereka untuk memenuhi kebutuhannya.
Secara umum, pendapatan nelayan memang sangat berfluktuasi dari hari ke hari. Pada suatu hari, mungkin nelayan memperoleh tangkapan yang sangat tinggi, tapi pada hari berikutnya bisa saja “kosong”. Hasil tangkapan dan pada giliranya pendapatan nelayan juga dipengaruhi oleh jumlah nelayan operasi penangkapan di suatu daerah penangkapan. Di daerah yang padat penduduknya, akan mengalami kelebihan tangkap (overfishing). Hal ini mengakibatkan volume hasil tangkap dari para nelayan menjadi semakin kecil, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan mereka.
Kondisi di atas turut pula mendorong munculnya pola hubungan tertentu yang sangat umum dijumpai di kalangan masyarakat di kalangan nelayan maupun petani tambak, yakni pola hubungan yang bersifat patron-klien. Karena keadaan ekonomi yang buruk, maka para nelayan kecil, buruh nelayan, petani tambak kecil dan buruh tambak seringkali terpaksa meminjam uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari dari para juragan atau dari para pedagang pengumpul (tauke).
Konsekuensinya, para peminjam tersebut menjadi terikat dengan pihak juragan atau pedagang. Keterkaitan tersebut antara lain berupa keharusan menjual produknya kepada pedagang atau juragan.  Pola hubungan yang tidak simetris ini tentu saja sangat mudah berubah menjadi alat dominansi dan ekploitasi. H Maing melalui Kelompok Nelayan Fantasi  memahami kondisi tersebut dan mencoba mengajak anggotanya melakukan kegiatan budidaya ikan agar kehidupannya terutama perekonomiannya lebih teratur dengan membangun Keramba Jaring Apung (KJA) yang sangat sederhana sebanyak 4 petak. Hal ini dilakukan karena Kelompok Nelayan Fantasi  merasa berat dalam hal pembiayaan dan operasionalnya, apalagi kalau menggunakan KJA aquatek seharga ratusan juta.
Akhirnya Kelompok Nelayan Fantasi  berfikir membuat KJA dengan bahan yang ada dan mudah didapat di sekitar agar lebih hemat, sehingga Kelompok Nelayan Fantasi  atas kesepakatan anggota mengajukan pinjaman modal usaha ke PKBL PT Pupuk Kaltim sebesar 20 juta rupiah.
Singkat cerita setelah Kelompok Nelayan Fantasi  menjadi mitra binaan PT Pupuk Kaltim pada tahun 2009, mendapat binaan pelatihan-pelatihan terkait budidaya perikanan, pengolahan hasil laut dan reparasi mesin ketinting dan donfeng serta pinjaman modal usaha terbangun tambahan KJA hingga saat itu Kelompok Nelayan Fantasi  bisa memiliki 5 petak KJA. Hasil dari KJA ini sangat dapat dirasakan oelh anggota kelompok dan dianggap berhasil dalam budidaya ikan kerapu.
Setelah dibantu oleh PKBL PT Pupuk Kaltim datang lagi bantuan dari CSV PT.Pupuk Kaltim berupa 12 petak KJA, Bagan dan 4000 ekor bibit kerapu cantik pada Oktober 2016 dan berhasil dipanen 3 ton pada tanggal 7 Desember 2017. Dengan semangat juang yang gigih maka Kelompok Nelayan Fantasi  telah mengubah nasib anggota dan keluarga serta dapat menarik minat nelayan di sekitar bontang untuk berbudidaya ikan kerapu di KJA. Saat ini lokasi KJA menjadi tempat kunjungan tamu untuk penelitian dan kuliner ikan bakar, serta tempat berbagi pengetahuan budidaya ikan kerapu pada siapapun.
Keberhasilannya pun tidak lepas dari pendampingan dan penyuluhan dari Tim Penyuluh Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang tak kunjung lelah saling berbagi baik teknis maupun administrasi

 Kegiatan Pendampingan dan Penyuluhan Anggota Kelompok Nelayan Fantasi

Hasil jerih payah membangun kegiatan budidaya di Keramba Jaring Apung ini mendapat balasan yang sangat baik yaitu ditetapkannya H Ismail sebagai pembudidaya ikan terbaik se Provinsi Kalimantan Timur serta menjadi KJA nya salah satu titik penilaian Proper Emas PT Pupuk Kaltim tahun 2017.

 Penghargaan yang diterima H Ismail dan Kelompok Nelayan Fantai tahun 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar