Jangan pernah bermimpi meraih sukses tanpa kerja
keras, ketelatenan, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan. Prinsip itulah
yang mengiringi perjalanan hidup H Ismail alias H.Maing (45). Lelaki lulusan
sekolah dasar yang semula nelayan itu, kini menjadi pembudidaya dan pengusaha ikan
kerapu yang sukses dengan omset puluhan juta rupiah setiap bulan.
Warga Tj.
Limau Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang Utara Kota Bontang, itu dinilai
merupakan salah satu penyuplai ikan kerapu hidup untuk daerah Bali, Jakarta dan
Kendari. Setiap bulan tidak kurang 250 kg ikan kerapu hidup dan Lobster yang
dikirim ke daerah tersebut.
H Maing saat ini memiliki 17 petak keramba jaring
apung (KJA). Setiap unit terisi 250 ekor. Ikan yang dibudidayakan meliputi
berbagai jenis, seperti kerapu tikus, macan, sunu, cantang dan cantik serta
lobster.
Keramba Jaring Apung Milik H Maing
Ikan kerapu
itu dibeli dari nelayan setempat yang menjadi mitra kerjanya. Kerapu macan,
misalnya, dibeli Rp 85.000 per kg, kerapu sunu Rp 190.000-Rp 195.000, dan
kerapu tikus Rp 350.000 per kg. Saat dibeli, ikan itu beratnya berkisar 200-400
gram per ekor dan langsung dibayar tunai sehingga neayan sekitar sangat senang
bekerjasama dengan H Ismail. Setelah dibudidayakan selama sekitar setahun, ikan
baru diekspor.
H Ismail juga
mendapat bantuan bibit kerapu cantik dari Program Creating Shared Value (CSV) PT Pupuk Kaltim pada bulan Oktober 2016
dan telah panen sekitar 3 ton pada Desember 2017.
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT TANJUNG LIMAU
H Maing mengawali kegiatan budidaya ikan di KJA dari pembuatan
satu petak KJA yang terisi 50-100 ekor ikan kerapu lumpur dan kerapu macan pada
tahun 2002. Dilihat dan dinilai prospek mengembangkan budidaya ikan kerapu maka
paa tahun 2008 menambah 4 petak lagi yang akan diisi aneka ikan kerapu
diantaranya kerapu sunu, kerapu bebek dan kerapu macan.
H Maing mulai membentuk Kelompok Fantasi pada tanggal
23 September 2009 beranggotakan 10 orang yang berawal dari keresahan masyarakat
nelayan di sekitar Tanjung Limau bontang terutama nelayan tangkap, jaring dan
belat. Yang dikarenakan kondisi laut dan sosial ekonomi masyarakat tanjung
limau sangat berubah. Hal ini terlihat dari bertambah jauhnya lokasi mencari
ikan, berkurangnya hasil tangkapan belat, mengecilnya ukuran ikan yang didapat,
hal tersebut disebabkan karena adanya penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan yaitu penggunaan bom dan racun yang sangat meresahkan dan mengganggu
aktifitas nelayan.
Karakteristik nelayan berbeda dengan karakterisik pembudidaya ikan atau
petani. Dari segi penghasilan, pembudidaya ikan dan petani mempunyai pendapatan
yang dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan
atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan
yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan nelayan yang setiap hari bergelut
dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan
tidak bisa dikontrol. Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko tinggi. Hal tersebut menyebabkan masyarakat
pesisir sepeti nelayan cenderung memiliki karakter yang tegas, keras, dan
terbuka.
Nelayan juga bisa dikategorikan masyarakat yang masih terbelakang dan
berada dalam posisi marginal. Selain itu, banyak dimensi kehidupan yang tidak
diketahui oleh orang luar tentang karakteristik nelayan. Nelayan mempunyai cara
berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial, dan struktur
sosialnya. Sementara itu, dibalik kemarginalannya, nelayan tidak mempunyai
banyak cara dalam mengatasi masalah yang hadir.
Karakteristik lain yang sangat mencolok di nelayan adalah ketergantungan
mereka pada musim. Ketergantungan pada musim ini akan semakin besar pada
nelayan kecil. Pada musim penangkapan, para nelayan akan sangat sibuk melaut.
Sebaliknya, pada musim peceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak
nelayan yang terpaksa menganggur.
Keadaan ini mempunyai implikasi besar terhadap kondisi sosial ekonomi
nelayan. Mereka mungkin mampu membeli barang-barang yang mahal pada musim
tangkap. Namun pada musim peceklik, pendapatan mereka drastis menurun sehingga
kehidupan mereka juga semakin buruk. Belum lagi ditambah pola hidup mereka yang
menerapakan prinsip ekonomi yang “tidak hemat”, artinya saat hasil tangkap
memuncak, mereka cenderung tidak menyimpan hasil untuk menutupi kekurangan
ekonomi di saat kegiatan tangkap menurun sehingga banyak dari nelayan-nelayan
tersebut yang harus meminjam uang bahakan menjual barang-barang mereka untuk
memenuhi kebutuhannya.
Secara umum, pendapatan nelayan memang sangat berfluktuasi dari hari ke
hari. Pada suatu hari, mungkin nelayan memperoleh tangkapan yang sangat tinggi,
tapi pada hari berikutnya bisa saja “kosong”. Hasil tangkapan dan pada
giliranya pendapatan nelayan juga dipengaruhi oleh jumlah nelayan operasi
penangkapan di suatu daerah penangkapan. Di daerah yang padat penduduknya, akan
mengalami kelebihan tangkap (overfishing).
Hal ini mengakibatkan volume hasil tangkap dari para nelayan menjadi semakin
kecil, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan mereka.
Kondisi di atas turut pula mendorong munculnya pola hubungan tertentu yang
sangat umum dijumpai di kalangan masyarakat di kalangan nelayan maupun petani
tambak, yakni pola hubungan yang bersifat patron-klien.
Karena keadaan ekonomi yang buruk, maka para nelayan kecil, buruh nelayan,
petani tambak kecil dan buruh tambak seringkali terpaksa meminjam uang dan
barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari dari para juragan atau dari para
pedagang pengumpul (tauke).
Konsekuensinya, para peminjam tersebut menjadi terikat dengan pihak juragan
atau pedagang. Keterkaitan tersebut antara lain berupa keharusan menjual
produknya kepada pedagang atau juragan.
Pola hubungan yang tidak simetris ini tentu saja sangat mudah berubah
menjadi alat dominansi dan ekploitasi. H Maing melalui Kelompok Nelayan Fantasi memahami kondisi tersebut dan mencoba mengajak
anggotanya melakukan kegiatan budidaya ikan agar kehidupannya terutama
perekonomiannya lebih teratur dengan membangun Keramba Jaring Apung (KJA) yang
sangat sederhana sebanyak 4 petak. Hal ini dilakukan karena Kelompok Nelayan
Fantasi merasa berat dalam hal
pembiayaan dan operasionalnya, apalagi kalau menggunakan KJA aquatek seharga
ratusan juta.
Akhirnya Kelompok Nelayan Fantasi berfikir membuat KJA dengan bahan yang ada dan
mudah didapat di sekitar agar lebih hemat, sehingga Kelompok Nelayan Fantasi atas kesepakatan anggota mengajukan pinjaman
modal usaha ke PKBL PT Pupuk Kaltim sebesar 20 juta rupiah.
Singkat cerita setelah Kelompok Nelayan Fantasi menjadi mitra binaan PT Pupuk Kaltim pada
tahun 2009, mendapat binaan pelatihan-pelatihan terkait budidaya perikanan,
pengolahan hasil laut dan reparasi mesin ketinting dan donfeng serta pinjaman
modal usaha terbangun tambahan KJA hingga saat itu Kelompok Nelayan Fantasi bisa memiliki 5 petak KJA. Hasil dari KJA ini
sangat dapat dirasakan oelh anggota kelompok dan dianggap berhasil dalam
budidaya ikan kerapu.
Setelah dibantu oleh PKBL PT Pupuk Kaltim datang lagi
bantuan dari CSV PT.Pupuk Kaltim berupa 12 petak KJA, Bagan dan 4000 ekor bibit
kerapu cantik pada Oktober 2016 dan berhasil dipanen 3 ton pada tanggal 7
Desember 2017. Dengan semangat juang yang gigih maka Kelompok Nelayan Fantasi telah mengubah nasib anggota dan keluarga
serta dapat menarik minat nelayan di sekitar bontang untuk berbudidaya ikan kerapu
di KJA. Saat ini lokasi KJA menjadi tempat kunjungan tamu untuk penelitian dan
kuliner ikan bakar, serta tempat berbagi pengetahuan budidaya ikan kerapu pada
siapapun.
Keberhasilannya pun tidak lepas dari pendampingan dan
penyuluhan dari Tim Penyuluh Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang
tak kunjung lelah saling berbagi baik teknis maupun administrasi
Kegiatan Pendampingan dan Penyuluhan Anggota Kelompok Nelayan Fantasi
Hasil jerih payah membangun kegiatan budidaya di
Keramba Jaring Apung ini mendapat balasan yang sangat baik yaitu ditetapkannya
H Ismail sebagai pembudidaya ikan terbaik se Provinsi Kalimantan Timur serta
menjadi KJA nya salah satu titik penilaian Proper Emas PT Pupuk Kaltim tahun
2017.
Penghargaan yang diterima H Ismail dan Kelompok Nelayan Fantai tahun 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar