PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI
Tipe keputusan inovasi yaitu tipe
keputusan inovasi opsional, kolektif, otoritas dan kontigen.Tipe keputusan
inovasi opsional banyak digunakan dalam proses difusi inovasi yang sasaran
utamanya anggota sistem sosial sebagai individu (pribadi). Misalnya inovasi
pertanian, kesehatan, kesejahteraan, dan sebagainya. Dengan inovasi itu
diharapkan setiap individu akan menerima dan menerapkan inovasi untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Tipe keputusan inovasi kolektif,
otoritas dan kontigen banyak digunakan dalam difusi inovasi yang sasaran
utamanya individu sebagai anggota organisasi formal. Misalnya difusi inovasi
pendidikan yang sasarannya sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi, inovasi
bidang pemerintahan, bidang politik, dan sebagainya.
Dalam pembahasan ini akan
dibicarakan secara terinci proses keputusan inovasi opsional, yang menjadi
dasar untuk memahami tipe keputusan inovasi yang lain. Pengertian proses
keputusan inovasi, model proses keputusan inovasi, dan tahap-tahap proses
keputusan inovasi.
1. PENGERTIAN
PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Proses keputusan inovasi ialah
proses yang dilalui (dialami) oleh individu (unit pengambilan keputusan yang
lain), mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan
keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak
inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang
telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat
berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung
dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai
gagasan ysng baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak
atau menerima inovasi dan menerapkannya. Ciri pokok keputusan inovasi dan
merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain ialah dimulai dengan
adanya ketidak tentuan (uncertainty) tentang sesuatu (inovasi).
Misalnya kita harus mengambil
keputusan antara menghadiri rapat atau bermain olahraga, maka kita sudah tahu
apa yang akan dilakukan jika olahraga begitu pula apa yang akan dilakukan jika
menghadiri rapat. Rapat dan olahraga bukan hal yang baru. Pertimbangan dalam
mengambil keputusan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi saat
itu. Keputusan ini bukan keputusan inovasi.
Tetapi jika kita harus mengambil
keputusan untuk mengganti penggunaan kompor minyak dengan kompor gas, yang
sebelumnya belum pernah tahu tentang kompor gas, maka keputusan ini adalah
keputusan inovasi. Proses pengambilan keputusan mau atau tidak mau menggunakan
kompor gas, dimulai dengan adanya serba ketidak tentuan tentang kompor gas.
Masih terbuka berbagai alternatif, mungkin lebih bersih, lebih hemat, lebih
tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya, dan sebagainya. Untuk sampai pada
keputusan yang mantap menerima atau menolak kompor gas perlu iinformasi. Dengan
kejelasan informasi akan mengurangi ketidak tentuan dan berani mengambil
keputusan.
2. MODEL PROSES
KEPUTUSAN INOVASI
Menurut Rogers, proses keputusan
inovasi terdiri dari 5 tahap, (perhatikan bagan no. 4-1 hal. 89). Yaitu:
(1) Tahap
Pengetahuan (Knowledge), tahap ini berlangsung, bila seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, membuka diri terhadap adanya suatu inovasi serta
ingin mengetahui bagaimana fungsi inovasi tersebut.
(2) Tahap
Bujukan (Persuasion), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, mulai membentuk sikap menyenangi atau tidak
menyenangi terhadap inovasi.
(3) Tahap
Keputusan (Decision), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, melakukan aktivitas yang mengarah kepenetapan
untuk memutuskan menerima atau menolak inovasi.
(4) Tahap
Implementasi (Implementation), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, menerapkan atau menggunakan inovasi.
(5) Tahap
Konfirmasi (Confirmation), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit
pengambil keputusan yang lain, mencari penguatan terhadap keputusan inovasi
yang telah dibuatnya. Pengambil keputusan dapat menarik kembali keputusannya
jika ternyata diperoleh informasi tentang inovasi yang bertentangan dengan
informasi yang diterima terdahulu.
TAHAPAN PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Setelah kita ketahui model proses
keputusan inovasi yang menunjukkan urutan kelima tahap proses keputusan
inovasi, maka berikut ini akan dijelaskan setiap tahap secara terinci.
(1) Tahap
Pengetahuan
Proses keputusan inovasi dimulai
dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya
suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian
menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui
inovasi.
Seseorang menyadari atau membuka
diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya pada acara
siaran televisi disebutkan berbagai macam acara, salah satu menyebutkan bahwa
pada jam 19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara mengajar berhitung di
Taman Kanak-kanak. Guru A yang mendengar dan melihat acara tersebut kemudian
sadar bahwa ada metode baru, serta membuka dirinya untuk mengetahui apa dan
bagaimana metode tersebut, maka pada diri Guru A tersebut sudah mulai proses
keputusan inovasi pada tahap pengetahuan. Sedangkan guru B walaupun mendengar
dan melihat acara TV, tidak ada keinginan untuk tahu, maka belum terjadi proses
keputusan inovasi.
Seseorang menyadari perlunya
mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatannya tentang inovasi itu
sesuai dengan kebutuhannya, minatnya atau mungkin juga kepercayaannya. Seperti
contoh A tersebut, berarti ia ingin tahu metode baru berhitung karena ia
memerlukannya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan, karena kebetulan ia merasa
butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahwa karena seseorang butuh sesuatu maka
untuk memenuhinya diadakan inovasi. Dalam kenyataan di masyarakat hal yang
kedua ini jarang terjadi, karena banyak orang tidak tahu apa yang
diperlukannya. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang dapat merasakan perlunya
ada perubahan biasanya orang yang ahli, sedang guru sendiri belum tentu mau
menerima perubahan atau inovasi yang sebenarnya diperlukan untuk mengefektifkan
pelaksanaan tugasnya. Sebagaimana halnya menurut dokter, kita perlu makan
vitamin, tetapi kita tidak menginginkannya, dan sebaliknya sebenarnya kita ingin
sate tetapi menurut dokter justru sate membahayakan kita.
Setelah seseorang menyadari adanya
inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, maka keaktifannya untuk
memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi itu bukan hanya berlangsung pada tahap
pengetahuan saja tetapi juga pada tahap yang lain bahkan sampai tahap
konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari
inovasi.
Pada permulaannya ingin tahu tentang
apa, mengapa dan bagaimana cara bekerjanya. Pada tahap persuasi biasanya ingin
tahu lebih jauh lagi tentang bagaimana cara menggunakannya yang benar,
syarat-syarat yang diperlukan dan sebagainya. Makin komplek suatu inovasi maka
makin banyak dan komplek juga yang harus diketahui. Kemudian dapat berkembang
lebih mendalami lagi yang ingin diketahui yaitu bagaimana prinsip-prinsip
penggunaannya, dalam hal ini ada kaitannya dengan dasar teorinya. Makin jelas
dan makin dalam seseorang mengetahui inovasi akan makin kuat landasan untuk
menerima atau menolak suatu inovasi.
Berkaitan dengan pengetahuan tentang
inovasi, ada generalisasi (prinsip-prinsip umum) tentang orang yang lebih awal
mengetahui tentang inovasi;
(a)
Orang yang
lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi pendidikannya daripada yang akhir.
(b)
Orang yang
lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi status sosial ekonominya daripada
yang akhir
(c)
Orang yang
lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap media massa daripada
yang akhir.
(d)
Orang yang
lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap komunikasi interpersonal
daripada yang akhir.
(e)
Orang yang
lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak kontak dengan agen pembaharu
daripada yang akhir.
(f)
Orang yang
lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak berpartisipasi dalam sistem sosial
daripada yang akhir.
(g)
Orang yang
lebih awal tahu tentang inovasi lebih kosmopolitan daripada yang akhir.
Perlu diketahui juga bahwa tahu
tentang inovasi tidak sama dengan melaksanakan atau menerapkan inovasi. Banyak
orang yang tahu tetapi tidak melaksanakan, dengan berbagai kemungkinan
penyebabnya.
Prinsip-prinsip umum atau
generalisasi tersebut, umumnya berdasarkan penelitian inovasi di kalangan
pertanian, apakah hal itu juga berlaku pada inovasi pendidikan? Coba perhatikan
beberapa inovasi pendidikan di Indonesia dan coba dianalisis apakah menurut
pengamatan anda generalisasi tersebut juga berlaku.
(2) Tahap
Bujukan (Persuasi).
Pada tahap persuasi dari proses
keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi
terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama
bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif
atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih
dulu tentang inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih
banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang akan berusaha mengetahui
lebih banyak tentang inovasi, dan menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada
tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat
pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses
keputusan inovasi (perhatikan bagan 4-1).
Dalam tahap persuasi ini juga sangat
penting peran kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa
datang. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam
pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses
mental ini, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan
inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.
Hasil dari tahap persuasi yang utama
ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Diharapkan
hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan kata
lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan menerapkan
inovasi. Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas
masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi.
Ada jarak atau kesenjangan antara: pengetahuan, sikap dan penerapan (praktek).
Misalnya seorang guru tahu tentang metode diskusi, tahu cara menggunakannya,
dan senang seandainya menggunakan, tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena
beberapa faktor: tempat duduknya tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu
banyak, dan takut bahan pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai dengan
batas waktu yang ditentukan. Perlu ada bantuan pemecahan masalah.
Dalam penerapan inovasi ada pula
yang disebut Preventive innovation (inovasi preventif) yaitu seseorang
menerapkan inovasi karena ingin terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan di
kemudian hari. Misalnya keluarga berencana, penggunaan helm, mengikuti
asuransi, dan sebagainya.
3) Tahap Keputusan
Tahap keputusan dari proses
keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah
untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti
sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan
menerapkan inovasi.
Sering terjadi seseorang akan
menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba
sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika
sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua
inovasi dapat dicobadengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat
dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.
Dapat juga terjadi percobaan cukup
dilakukan sekelompok orang, dan yang lain cukup mempercayai dengan hasil
percobaan temannya.
Perlu diperhatikan bahwa dalam
kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi
penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap
pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi
setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Ada dua macam penolakan inovasi
yaitu:
(a) Penolakan
aktif artinya penolakan inovasi setelah melalui proses mempertimbangkan untuk
menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan
akhir menolak inovasi.
(b)
Penolakan
pasif artinya penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi
antara: pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi sering berjalan bersamaan.
Satu dengan yang lain saling berkaiatan. Bahkan untuk jenis inovasi tertentu
dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi urutan: pengetahuan-keputusan
inovasi-baru persuasi.
(4) Tahap
Implementasi
Tahap implementasi dari proses
keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap
implementasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan
penerimaan gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya
implementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi juga tejadi karena
sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi.
Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Kapan tahap implementasi berakhir?
Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari
keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf
implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau
sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak menerapkan hal yang baru
lagi.
Dalam tahap implementasi dapat
terjadi hal yang yang disebut Reinvention (invensi kembali) yaitu penerapan
inovasi dengan mengadakan perubahan atau modifikasi. Jadi penerapan inovasi
tetapi tidak sesuai dengan aslinya. Reinvensi bukan berarti tentu hal yang
tidak baik, tetapi terjadinya re-invensi dapat merupakan kebijakan dalam
pelaksanaan atau penerapan inovasi, dengan mengingat kondisi dan situasi yang
ada.
Hal-hal yang memungkinkan terjadinya
re-invensi antara lain: inovasi yang sangat komplek dan sukar dimengerti,
penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen
pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan aplikasi, apabila
inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan
inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan
re-invensi.
(5) Tahap
Konfirmasi
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang
mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat
menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan
dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara
berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi, yang
berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam tahap konfirmasi
seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi atau paling tidak berusaha
menguranginya.
Terjadinya perubahan tingkah laku
seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya ketidak seimbangan internal.
Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak selaras
yang disebut disonansi, sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika
seseorang merasa dalam dirinya terjadi disonansi, maka ia akan berusaha untuk
menghilangkannya atau paling tidak menguranginya dengan cara megubah
pengetahuaannya. Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi
disonansi dapat terjadi:
(a) Apabila
seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi. Hal ini
terjadi pada tahap pengetahuan dalam proses keputusan inovasi.
(b) Apabila
seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut,
tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha
untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa tang disenangi
dan diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan
inovasi, dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.
(c) Setelah
seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk
menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan
penerimaan dan penerapan inovasi (discontinuing). Ada kemungkinan lagi
seseorang telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak untuk
menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi dengan cara menerima inovasi
(mengubah keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak meneruskan inovasi
atau mengikuti inovasi terlambat) pada tahap konfirmasi dari proses keputusan
inovasi. (perhatikan bagan no. 4-1 hal 89).
Ketiga cara mengurangi disonansi
tersebut, berkaitan dengan perubahan tingkah laku seseorang sehingga antara
sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat hubungannya bahkan sukar
dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain. Sehingga dalam kenyataan
kadang-kadang sukar orang akan mengubah keputusan yang sudah terlanjur mapan
dan disenangi, walaupun secara rasional diketahui ada kelemahannya. Oleh karena
sering terjadi untuk menghidari timbulnya disonansi, maka ia hanya berusaha
mencari informasi yang dapat memperkuat keputusannya. Dengan kata lain orang
itu melakukan seleksi informasi dalam tahap konfirmasi (selective exposure).
Untuk menghindari terjadinya drop
out dalam penerimaan dan implementasi inovasi (discontinu) peranan agen
pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan penguatan orang yang akan
mudah terpengaruh pada informasi negatif tentang inovasi.
Demikianlah uraian kelima tahap dari
proses keputusan inovasi opsional, yang terjadi pada individu atau unit
pengambil keputusan. Proses ini terutama terjadi dalam proses difusi inovasi
yang sasaran utamanya anggota sistem sosial secara pribadi (perorangan) bukan
sebagai kesatuan organisasi. Misalnya dalam lapangan pertanian. Namun demikian
dapat juga dipakai sebagai bahan pemikiran atau perbandingan dalam pelaksanaan
difusi inovasi pendidikan, karena pola proses terjadinya perubahan pada tiap
individu tetap sama. Misalnya untuk difusi inovasi pendidikan “penggunaan
pendekatan ketrampilan proses dalam mengajar”, maka sasaran utamanya juga
guru-guru. Hanya perbedaannya, kalau inovasi pertanian mungkin setiap petani
dapat membuat perbedaan keputusan ada
yang menerima ada yang menolak. Kalau guru tentu semuanya menerima dan mau
melaksanakan, karena terikat kedinasan, tetapi secara pribadi tetap dapat
berlaku tahap-tahap proses keputusan inovasi seperti model yang telah kita
pelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar