Peranan penyuluh sangat strategis
dalam memfasilitasi pemberdayaan masyarakat pedesaan. Strategi yang digunakan
dalam pemberdayaan masyarakat adalah dengan melakukan penguatan kelembagaan
yang merupakan sebuah kegiatan dalam rangka memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu secara mandiri berperan serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan
kelompok-kelompok mandiri. Dengan pendekatan kelompok yang mandiri banyak
manfaat yang akan dipetik oleh masyarakat. Pendekatan kelompok yang “mandiri”
dianggap penting karena disini masyarakat dibina untuk berkelompok yaitu agar
mereka memiliki wadah untuk berorganisasi dan bersosialisasi. Kelompok ini akan
berfungsi sebagai kelas belajar, wahana bekerjasama, dan unit produksi
Tidak semua masyarakat pedesaan
mempunyai keinginan untuk membentuk kelompok. Hal ini tergantung pada tingkat
kebutuhan anggota-anggota masyarakat tersebut. Untuk itu sebelum mengajak
anggota-angota masyarakat agar mau membentuk kelompok, terlebih dahulu para
penyuluh perlu memahami karakteristik masyarakat setempat (local specific).
Pemahaman terhadap masyarakat merupakan awal dari keseluruhan kegiatan
penyuluhan. Tanpa adanya pemahaman terhadap masyarakat yang akan diberdayakan,
sangat sulit bagi penyuluh untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan.
Dalam upaya mengajak anggota-anggota
masyarakat agar memiliki wadah kerjasama (kelompok), mari kita rujuk pendapat
dua orang ahli komunikasi, di mana pendapat keduanya “menurut saya” dapat pula
diterjemahkan ke dalam konteks penyuluhan. Knapp dan Vangelisti (1992) dalam Interpersonal Communication and Human
Relationship menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) tahapan agar proses
hubungan antar manusia dapat menuju pada tahap kebersamaan/penyatuan. Apabila
kebersamaan ini diterjemahkan atau diperluas dalam arti kelompok, maka
tahapan-tahapan tersebut dapat menjadi suatu proses bagi aktivitas tugas
penyuluh dalam membentuk dan mengembangkan suatu kelompok dalam masyarakat.
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
Tahap Memulai (Initiating),
Merupakan usaha-usaha yang sangat awal
yang dilakukan oleh penyuluh dalam menginformasikan dan memperkenalkan “apa
sebenarnya kelompok itu”, “apa keuntungan dan kerugian bekerja dalam kelompok”,
dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar anggota-anggota masyarakat sadar (aware) dan tergugah minatnya
(interest) dan
terbuka wawasannya (understanding).
Tahap ini sangat berkaitan dengan persepsi dan kesan terhadap informasi yang
disampaikan kepada mereka sehingga diperlukan kecermatan dan kehatian-hatian
dalam mengemas dan menyampaikan infomasi. Informasi harus menyentuh dan
diharapkan mampu menjawab keinginan dan kebutuhan masyarakat. Pada tahap ini,
selain kemasan pesan yang tepat dan benar, sosok sang penyuluhpun dapat menjadi
faktor yang mempengaruhi keberhasilan menggugah kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kelompok. Untuk itu, penyuluh harus dapat menampilkan diri sebagai
sosok yang dapat dipercaya (trust)
dan mampu menarik rasa suka masyarakat.
Tahap Penjajagan (Experimenting),
Merupakan usaha mencari cara membangun
keinginan anggota-anggota masyarakat dengan melakukan pencarian terhadap
kemiripan-kemiripan kebutuhan diantara mereka. Pada tahap ini, penyuluh
diharapkan mampu menggali aspirasi masyarakat, mampu melihat hal-hal yang
dinginkan oleh masyarakat, mampu mengidentifikasi faktor pendukung maupun
faktor penghambat terbentuknya suatu kelompok. Dengan memperoleh informasi
tentang apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, maka akan diketahui apakah
masyarakat merasa butuh atau tidak akan adanya kelompok. Apabila masyarakat
belum merasa butuh maka perlu dilakukan kembali penggugahan kesadaran atau
kembali ke tahap awal (Initiating). Yang harus diperhatikan dan diusahakan oleh
para penyuluh bahwa keberadaan kelompok harus merupakan keinginan dan kebutuhan
yang datangnya dari masyarakat, untuk masyarakat, dan akan dikelola oleh
masyarakat itu sendiri, jadi bukan merupakan paksaan atau pesanan pemerintah
(top down). Pada tahap ini diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang sistem
sosial masyarakat, termasuk untuk memperkirakan akibat-akibat yang mungkin akan
timbul dari terbentuknya kelompok.
Tahap Penggiatan (Intensifying),
Ditandai dengan adanya kecenderungan
perubahan sikap. Artinya sebagian besar anggota masyarakat merasakan sangat
perlu dan setuju adanya wadah dalam mencapai tujuan mereka, maka penyuluh perlu
secara terus menerus melaksanakan pendekatan kepada mereka melalui
pertemuan-pertemuan baik yang dilakukan secara formal maupun informal, seperti
berkunjung dari rumah ke rumah, mengadakan pertemuan di Balai Pertemuan Desa,
ataupun kegiatan lainnya yang dapat memperkokoh minat serta keinginan
masyarakat dalam membentuk wadah kelompok. Pada tahap ini, informasi-informasi
yang penting yang dibutuhkan masyarakat diusahakan harus selalu tersedia. Dapat
juga dengan melakukan kegiatan studi banding yaitu dengan mengajak beberapa
anggota masyarakat yang menjadi tokoh mengadakan kunjungan ke tempat yang
memiliki kelompok maju yang dapat dijadikan contoh.
Tahap Pengintegrasian (Integrating),
Tahap Pengintegrasian (Integrating),
Setelah semakin terlihat adanya
perubahan yang kuat pada sikap dan perilaku anggota-anggota masyarakat,
penyuluh kiranya perlu memfasilitasi masyarakat untuk mengadakan
pertemuan-pertemuan formal. Pertemuan-pertemuan ini penting dalam rangka
membangun kesepahaman dan kesepakatan tentang pentingnya kelompok sebagai kelas
belajar, wahana bekerjasama, dan unit produksi. Diharapkan elemen-elemen yang
terlibat dalam pertemuan ini adalah tokoh-tokoh masyarakat desa, Penyuluh,
Pemerintah Desa, Badan Perwakilan Desa, dan bila perlu melibatkan pula LSM-LSM,
dunia usaha dan pihak lainnya yang terkait. Dengan banyaknya pihak yang
terlibat dalam dialog tersebut maka akan semakin banyak masukan dari berbagai
sudut pandang yang dapat memperkaya dan memperkokoh kelancaran dan kesuksesan
program kelompok apabila nantinya terbentuk, serta mempermudah pembinaan
kelompok di masa mendatang.
Tahap Pengikatan (Bonding).
Dari pertemuan-pertemuan formal tadi
maka dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk suatu kelompok. Pada tahap
ini, para anggota masyarakat mengikrarkan kesepakatan dalam sebuah kebersamaan
atau kelompok kerja. Setelah kelompok terbentuk, maka dapat dilanjutkan dengan
penyusunan struktur organisasi kelompok, norma kelompok, program kerja,
penentuan sekretariat kelompok, sumber dana kegiatan dan lain sebagainya demi
kelancaran aktivitas kelompok dan kelangsungan hidup kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar