Perencanaan pembangunan wilayah ditujukan untuk
mengupayakan keserasian dan keseimbangan pembangunan antar daerah sesuai dengan
potensi alamnya dan memanfaatkan potensi tersebut secara efisien, tertib dan
aman. Pada prinsipnya, pendekatan pembagian ruang dapat dilakukan berdasarkan
fungsi, kegiatan dan aspek administrasi.
Berikut disampaikan beberapa contoh pengembangan
wilayah berbasis sistem pembangunan perikanan :
Perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya (Minapolitan) merupakan
suatu upaya untuk memanfaatkan lahan/potensi yang ada dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan dan penataan ruang perikanan di
pedesaan.
Pengelolaan ruang perikanan budidaya adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan perikanan dan usaha-usaha
berbasis perikanan lainnya dalam skala nasional. Sedangkan pengelolaan ruang
kawasan sentra produksi perikanan nasional dan daerah merupakan arah kebijakan
dan strategi pemanfaatan ruang bagi peruntukkan perikanan secara umum.
Tujuan pengembangan kawasan Minapolitan adalah untuk mendorong percepatan
pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong
keterkaitan desa dan kota dan berkembangnya system dan usaha minabisnis yang
berdaya saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan
terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di
kawasan Minapolitan.
Dengan berkembangnya sistem dan usaha minabisnis, maka di kawasan
Minapolitan tidak saja dibangun usaha budidaya (on farm) saja tetapi juga off
farm-nya yaitu usaha minabisnis hulu (pengadaan sarana perikanan) dan jasa
penunjangnya. Dengan demikian akan mengurangi kesenjangan kesejahteraan
pendapatan antar masyarakat, mengurangi kemiskinan dan mencegah terjadinya
urbanisasi tenag produktif, serta akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
Pengembangan konsep Minapolitan dimaksudkan untuk mendorong percepatan
pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan pendekatan dan sistem
manajemen kawasan cepat tumbuh layaknya sebuah kota. Pengalaman menunjukkan
bahwa kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan yang pada umumnya berada di
daerah pedesaan lambat berkembang karena kurangnya sarana, prasarana dan
fasilitas pelayanan umum. Kualitas sumberdaya manusia juga relatif rendah
dibandingkan dengan sumberdaya manusia di daerah perkotaan. Kawasan pedesaan
lebih banyak berperan sebagai penyedia bahan baku, sedangkan nilai tambah
produknya lebih banyak dinikmati di daerah perkotaan. Bahkan hubungan ekonomi
kota dan desa sering eksploitatif, sehingga ekonomi masyarakat di daerah
pedesaan sulit berkembangkan.
Dengan konsep Minapolitan pembangunan sektor kelautan dan perikanan diharapkan
dapat dipercepat. Kemudahan-kemudahan atau peluang yang biasanya ada di daerah
perkotaan perlu pula dikembangkan di daerah-daerah pedesaan, seperti prasarana,
sistem pelayanan umum, jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi di
sentra-sentra produksi. Sebagai sentra produksi, daerah pedesaan diharapkan
dapat berkembang sebagaimana daerah perkotaan dengan dukungan prasarana,
energi, jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi, transportasi,
pelayanan publik, akses permodalan, dan sumberdaya manusia yang memadai.
Secara konseptual Minapolitan mempunyai 2 unsur utama yaitu,
1)
Minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan
dan perikanan berbasis wilayah dan
2)
Minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan
komoditas utama produk kelautan dan perikanan.
Secara ringkas Minapolitan dapat didefinisikan sebagai Konsep Pembangunan
Ekonomi Kelautan dan Perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem
manajemen kawasan berdasarkan prinsip-prinsip
1)
integrasi,
2)
efisiensi,
3)
kualitas, dan akselerasi tinggi.
Sementara itu, Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan
dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan, jasa,
permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait. Konsep Minapolitan
didasarkan pada 3 azas, yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro
rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi negara
secara terbatas (limited state intervention), dan penguatan daerah dengan
prinsip: daerah kuat – bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut menjadi
landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan agar pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan benar-benar untuk
kesejahteraan rakyat dan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam
pembangunan.
Dengan konsep Minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan
berakselerasi tinggi.
Pertama, prinsip integrasi diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian
sumber daya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau
holistik dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik
instansi sektoral, pemerintahan di tingkat pusat dan daerah, kalangan dunia
usaha maupun masyarakat. Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar
program dan kegiatan percepatan peningkatan produksi didukung dengan sarana
produksi, permodalan, teknologi, sumberdaya manusia, prasarana yang memadai,
dan sistem manajemen yang baik.
Kedua, pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus dilaksanakan secara
efisien agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan biaya murah namun mempunyai
daya guna yang tinggi. Dengan konsep minapolitan pembangunan infrastruktur
dapat dilakukan secara efisien dan pemanfaatannya pun diharapkan akan lebih optimal.
Selain itu prinsip efisiensi diterapkan untuk mendorong agar sistem produksi
dapat berjalan dengan biaya murah, seperti memperpendek mata rantai produksi,
efisiensi, dan didukung keberadaan faktor-faktor produksi sesuai kebutuhan,
sehingga menghasilkan produk-produk yang secara ekonomi kompetitif.
Ketiga, pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus
berorientasi pada kualitas, baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil
produksi, teknologi maupun sumberdaya manusia. Dengan konsep minapolitan
pembinaan kualitas sistem produksi dan produknya dapat dilakukan secara lebih
intensif.
Keempat, prinsip percepatan diperlukan untuk mendorong agar target produksi
dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi dan kebijakan terobosan.
Prinsip percepatan juga diperlukan untuk mengejar ketinggalan dari
negara-negara kompetitor, melalui peningkatan market share produk-produk
kelautan dan perikanan Indonesia tingkat dunia. Selanjutnya, konsep minapolitan
akan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan minapolitan di daerah-daerah
potensial unggulan. Kawasan-kawasan minapolitan akan dikembangkan melalui
pembinaan sentra-sentra produksi yang berbasis pada sumber daya kelautan dan
perikanan.
Setiap kawasan minapolitan beroperasi beberapa sentra produksi berskala
ekonomi relatif besar, baik tingkat produksinya maupun tenaga kerja yang
terlibat dengan jenis komoditas unggulan tertentu. Dengan pendekatan sentra
produksi, sumber daya pembangunan, baik sarana produksi, anggaran, permodalan,
maupun prasarana dapat dikonsentrasikan di lokasi-lokasi potensial, sehingga
peningkatan produksi kelautan dan perikanan dapat dipacu lebih cepat.
Agar kawasan minapolitan dapat berkembang sebagai kawasan ekonomi yang
sehat, maka diperlukan keanekaragaman kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan produksi
dan perdagangan lainya yang saling mendukung. Keanekaragaman kegiatan produksi
dan usaha di kawasan minapolitan akan memberikan dampak positif (multiplier
effect) bagi perkembangan perekonomian setempat dan akan berkembang menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Dengan pendekatan kawasan dan sentra produksi, diharapkan pembinaan
unit-unit produksi dan usaha dapat lebih fokus dan tepat sasaran. Walaupun
demikian, pembinaan unit-unit produksi di luar kawasan harus tetap dilaksanakan
sebagaimana yang selama ini dijalankan, namun dengan konsep minapolitan
pembinaan unit-unit produksi di masa depan dapat diarahkan dengan menggunakan
prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.
Penggerak utama ekonomi di Kawasan Minapolitan dapat berupa sentra produksi
dan perdagangan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan ikan, atau
pun kombinasi kedua hal tersebut. Sentra produksi dan perdagangan perikanan
tangkap yang dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan
adalah pelabuhan perikanan.
Sementara itu, penggerak utama minapolitan di bidang perikanan budidaya
adalah sentra produksi dan perdagangan perikanan di lahan-lahan budidaya
produktif. Sentra produksi pengolahan ikan dan perdagangan yang berada di
sekitar pelabuhan perikanan juga dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di
kawasan minapolitan.
2.
Sistem
Wanamina (Sylvofishery)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar