1. Karakteristik
Lokasi dan Wilayah Umum Kota Bontang
1.1.
Luas dan batas Wilayah Administrasi
Wilayah
administrasi Kota Bontang memiliki luas 49.757 ha yang didominasi oleh lautan,
yaitu seluas 34.977 ha (70,30%) sedangkan wilayah daratannya seluas 14.780 ha
(29,70%). Secara administratif Kota Bontang terbagi menjadi 3 kecamatan dan 15
kelurahan. Luas masing-masing kecamatan yaitu Kecamatan Bontang Selatan seluas
10.440 ha, Kecamatan Bontang Utara seluas 2.620 ha, dan Bontang Barat seluas
1.720 ha. Sementara untuk kelurahan terluas yaitu Bontang Lestari (8.092 ha). Dengan
jumlah RT masing-masing 200 RT, 195 RT, dan 93 RT. Secara keseluruhan di Kota
Bontang
terdapat
15 kelurahan.
Adapun
gambaran luas wilayah administrasi masing-masing kelurahan sebagai berikut :
Tabel
1. Luas Wilayah Administrasi Kelurahan
di Kota Bontang
No
|
Kelurahan
|
Kecamatan
|
Luas Wilayah (ha)
|
1
|
Api
Api
|
Bontang
Utara
|
179
|
2
|
Bontang
Baru
|
Bontang
Utara
|
208
|
3
|
Bontang
Kuala
|
Bontang
Utara
|
567
|
4
|
Guntung
|
Bontang
Utara
|
849
|
5
|
Gunung
Elai
|
Bontang
Utara
|
459
|
6
|
Loktuan
|
Bontang
Utara
|
358
|
7
|
Belimbing
|
Bontang
Barat
|
872
|
8
|
Kanaan
|
Bontang
Barat
|
650
|
9
|
Telihan
|
Bontang
Barat
|
198
|
10
|
Berbas
Pantai
|
Bontang
Selatan
|
70
|
11
|
Berbas
Tengah
|
Bontang
Selatan
|
98
|
12
|
Tanjung
Laut Indah
|
Bontang
Selatan
|
484
|
13
|
Satimpo
|
Bontang
Selatan
|
1561
|
14
|
Tanjung
Laut
|
Bontang
Selatan
|
135
|
15
|
Bontang
Lestari
|
Bontang
Selatan
|
8092
|
Sumber
: Bappeda Kota Bontang, 2011
Batas
wilayah administratif Kota Bontang, sebelah Barat adalah Kecamatan Teluk Pandan
Kabupaten Kutai Timur, sebelah Timur dibatasi oleh Selat Makassar, sebelah
Selatan dengan Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara dan sebelah
Utara dengan Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Kutai Timur.
1.2. Letak dan Kondisi Geografis
Letak
dan kondisi geografis, Kota Bontang memiliki posisi astronomi di antara 117o023’–117o038’
Bujur Timur dan antara 0o01’ – 0o12’ Lintang Utara.
Wilayah pantai yang panjangnya 24,4 km memiliki posisi strategis karena berhadapan
langsung dengan Selat Makassar yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia II
(ALKI II) dan Internasional.
Letak
geografis wilayah Kota Bontang yang cukup menguntungkan tersebut merupakan
potensi yang sangat mendukung bagi berkembangnya interaksi wilayah Kota Bontang
dengan wilayah luar, baik dalam skala nasional, regional maupun internasional.
Gambar
1. Peta Administrasi Kota Bontang
1.3. Topografi
Morfologi wilayah Kota Bontang berupa
permukaan tanah yang datar, landai, berbukit dan bergelombang. Secara topografi
kawasan Kota Bontang memiliki ketinggian antara 0-120 meter diatas permukaan
laut dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari pantai Timur dan Selatan
hingga bagian Barat. Adapun kemiringan tersebut dapat terlihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Kelas Lereng/Kemiringan Dan Kecamatan Di Kota
Bontang (Ha)
Kecamatan
|
Kelas Kemiringan
|
|||
0-2 %
|
3-15 %
|
16-40 %
|
≥ 41 %
|
|
Bontang Utara
|
4.232,29
|
2.991,92
|
3.071,02
|
-
|
Bontang Barat
|
2.652,45
|
298,12
|
43,83
|
-
|
Bontang Selatan
|
366,10
|
733,19
|
563,48
|
|
Jumlah
|
7.250,84
|
4.023,23
|
3.678,33
|
0,00
|
Sumber
: Bontang dalam Angka, 2013
Dari
tabel tersebut tergambar bahwa Kota Bontang dengan kemiringan 0-2% (datar)
mempunyai luasan 7.250,84 ha atau 48,79%. Kemiringan lahan bergelombang (3-15%)
seluas 4.023,23 ha atau 27,07%. Proporsi luas lahan dengan kemiringan yang
curam (16-40%) hampir sama dengan yang bergelombang yaitu 24,14% atau 3.678,33
ha.
1.4. Geologi
Kondisi Geologi, Kota Bontang termasuk
dalam sub bagian cekungan Kutai dengan batas fisik di sebelah Timur Selat
Makassar, sebelah Selatan Sungai Santan, sebelah Barat Gunung Lobang Batik dan
sebelah Utara Sungai Temputuk. Dari aspek litologi, formasi batuan di Kota
Bontang terdiri dari enam formasi batuan, yaitu:
a) Endapan Alluvium, yang tersusun oleh
kerakal, kerikil, lempung dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa, pantai dan
delta.
b) Formasi Kampung Baru, yang tersusun
atas batu pasir kuarsa dengan sisipan lempung, lanau dan serpih dengan sifat
lunak dan mudah hancur. Formasi ini memiliki aquifer potensial di daerah
Bontang dengan jenis batuan yang bertindak sebagai aquifer berupa kerikil,
pasir kuarsa yang bersifat lepas, batu pasir dan pasir lempung.
c) Formasi Balikpapan, yang terdiri atas
perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan dan serpih dengan sisipan
napal, batu gamping dan batubara. Formasi Balikpapan merupakan formasi terbesar
di kawasan Pesisir Bontang dengan arah utara-selatan.
d) Formasi Pulau Balang, merupakan
perselingan batu pasir kuarsa, batu pasir dan batu lempung dengan sisipan
batubara.
e) Formasi Bebulu, yaitu formasi batuan
terkecil di kawasan Pesisir Bontang yang tersusun atas batu gamping dengan
sisipan lempung lanauan dan sedikit napal.
f)
Formasi
Pamaluan, yaitu tersusun atas batu lempung dan serpih dengan sedikit napal,
batu pasir dan batu gamping.
Jenis tanah didominasi oleh podsolik
merah kuning, aluvial dan kompleks latosol. Jenis tanah ini memiliki lapisan
kuning (top soil) yang tipis, peka erosi dan miskin unsur hara. Untuk
pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan dibutuhkan pengolahan awal berupa
perbaikan tanah (soil stabilization)
dan pengamanan hutan sehingga kestabilan tanah dan persediaan air tanah tetap
terjaga.
Kondisi hidrogeologi Kota Bontang
secara regional dapat dibedakan berdasarkan morfologi, geologi, lingkungan
pengendapan batuan, dan cara terdapat air tanahnya. Berdasarkan ciri fisik litologi,
fasies, lingkungan pengendapan, struktur geologi dan batuan yang tersingkap di
daerah Bontang dan sekitarnya, cekungan air tanah Bontang merupakan sub
cekungan Kutai. Areal imbuh cekungan air tanah Bontang diperkirakan berasal
dari daerah tekuk lereng Gunung Lobang Sebatik beserta areal perbukitannya yang
memanjang dari Utara ke Selatan. Jalur tersebut ditempati oleh batuan dari
formasi Kampung Baru. Formasi ini bertindak langsung sebagai formasi peresapan
paling potensial untuk cekungan air tanah Bontang.
1.5. Hidrologi
Secara hidrologi,
wilayah Kota Bontang terdiri atas 3 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu :
a) DAS Guntung
Sungai
Guntung terletak di Kelurahan Guntung merupakan kelurahan paling Utara di Kota
Bontang. Sungai Guntung melayani kawasan di Kelurahan Guntung dan sekitarnya.
Luas DAS Guntung kurang lebih 23,24 km2 dengan panjang aliran sungai sepanjang
11,36 km. Lebar sungai antara 2-10 meter dengan kedalaman rata-rata 1-2 meter.
Ketinggian air pada saat surut terendah adalah 1 meter, sedangkan ketinggian
air pada saat pasang tertinggi adalah 3,5 meter.
b) DAS Bontang
Sungai
Bontang membentang dari Kelurahan Bontang Kuala, Api-api, Kanaan, Gunung Elai,
dan Gunung Telihan. Sungai Bontang melayani kawasan di Kelurahan Bontang Kuala,
Bontang Baru, Api-api, Kanaan, Gunung Elai, Gunung Telihan dan sekitarnya. Luas
DAS Bontang kurang lebih 53,28 km2 dengan panjang aliran sungai sepanjang 25,62
km. Lebar sungai antara 4-10 meter dengan kedalaman rata-rata 1-2,5 meter.
Ketinggian air pada saat surut terendah adalah 1 meter, sedangkan ketinggian
air pada saat pasang tertinggi adalah 3,5 meter.
c) DAS Nyerakat
Sungai
Nyerakat terletak di Kelurahan Bontang Lestari, merupakan kelurahan paling
selatan di Kota Bontang. Sungai Nyerakat melayani kawasan di Kelurahan Bontang
Lestari dan sekitarnya. Luas DAS Nyarakat kurang lebih 16,75 km2 dengan panjang
aliran sungai sepanjang 13 km, lebar sungai antara 3-10 meter dengan kedalaman
rata-rata 1-2 meter.
Ketiga
DAS tersebut merupakan bagian dari Sub DAS Santan Ilir yang semuanya bermuara
di Selat Makassar. Sungai-sungai tersebut juga mengalirkan air yang berasal
dari mata air, terutama air yang keluar dari batuan pasir halus, pasir kasar
dan lempung pasiran yang berasal dari formasi Balikpapan.
1.6. Klimatologi
Secara klimatologi,
Kota Bontang memiliki iklim tropis yang sama dengan wilayah lainnya di
Indonesia pada umumnya. Wilayah Kota Bontang termasuk daerah khatulistiwa dan
dipengaruhi iklim tropis basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi di sepanjang
tahun dengan suhu rata-rata 24o-33oC. Oleh karena itu,
hampir tidak memiliki perbedaan pergantian musim hujan dan kemarau. Angin musim
Barat pada umumnya terjadi pada bulan November-April dan musim angin timur
terjadi pada bulan Mei-Oktober.
Curah hujan
dipengaruhi oleh bertiupnya angin muson barat yang basah pada bulan
Desember-Februari yang menyebabkan hujan, sedangkan pada bulan Juni-September
bertiup angin muson timur yang menyebabkan terjadinya kemarau. Pada bulan
Maret-Mei dan September-Nopember merupakan bulan-bulan peralihan. Pada
bulan-bulan peralihan terjadi cuaca yang sama yaitu adanya arus angin konveksi
yang memungkinkan hujan walaupun pada saat musim kemarau.
1.7. Jumlah, Pertumbuhan,
Persebaran, Kepadatan, Dan Komposisi Penduduk
Sebagai sebuah kota yang
sedang berkembang terutama dengan keberadaan dua perusahaan besar berskala
internasional yakni PT. Badak NGL dan PT. Pupuk Kaltim, jumlah penduduk Kota
Bontang senantiasa bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Pertambahan tersebut
tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk yakni kelahiran dan
kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yakni migrasi.
Jumlah penduduk Kota Bontang pada tahun 2011 adalah 149.230 jiwa, penyebaran jumlah penduduk di tiga kecamatan
tidak merata yakni jumlah penduduk di kecamatan Bontang Selatan sebesar 59.660
jiwa sedangkan di kecamatan Bontang Utara adalah 63.764 jiwa dan di Kecamatan
Bontang Barat 25.806 jiwa (BPS, 2013).
Namun demikian, kepadatan
penduduk Kecamatan Bontang Utara masih lebih tinggi dibandingkan kepadatan
penduduk di Kecamatan Bontang Selatan dan Kecamatan Bontang Barat. Hal ini terkait
dengan luas wilayah masing-masing kecamatan. Kepadatan penduduk selama tahun
2011 di Kecamatan Bontang Selatan, Bontang Utara, dan Bontang Barat besarnya
berturut-turut adalah 571 jiwa/km2; 2.434 jiwa/km2; dan 1.500 jiwa/km2. Sementara
jika dilihat menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki (78.166 jiwa)
masih lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan (71.064 jiwa). Hal ini berdampak
pada besarnya rasio jenis kelamin yang merupakan perbandingan jumlah penduduk
lakilaki terhadap penduduk perempuan. Jika dibandingkan keadaan tahun
sebelumnya, besarnya rasio jenis kelamin pada tahun 2011 adalah 110 yang
berarti bahwa diantara 100 orang penduduk perempuan di Kota Bontang pada tahun
2011 terdapat 110 orang penduduk laki-laki. Indikator kependudukan Kota Bontang
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 penduduk yang datang sebanyak 7.943 orang,
pindah 2.568 orang, kematian 25.
Berdasarkan pertumbuhan
penduduk rata-rata tiga tahun terakhir sebesar 3,24%, maka jumlah penduduk Kota
Bontang pada tahun 2026 diperkirakan akan mencapai 236.875 jiwa (Bappeda, 2011)
2. Penggunaan Lahan
Kota Bontang diapit oleh hutan lindung
di sebelah Barat dan Selatan, Taman Nasional Kutai di sebelah Utara, dan Selat
Makasar di sebelah Timur. Berdasarkan hasil pemetaan tahun 2009 menunjukkan
hampir seluruh luas daratan telah dimanfaatkan baik untuk kegiatan budidaya,
kawasan ruang terbuka hijau maupun untuk kawasan lindung lainnya. Menurut data
tahun 2009, dari luas daratan Kota Bontang sekitar 14.780 ha penggunaan tanah
terbesar masih berupa semak belukar sebesar 6.870,98 ha (46,49%). Penggunaan
lainnya terdiri dari hutan sejenis seluas 2.764,48 ha (18,70%), bakau seluas
1.115,51 ha (7,55%), tambak seluas 328,18 ha (2,19), pekarangan seluas 980,64
ha (6,63%), rumah/bangunan gedung seluas, 1.355,56 ha (9,17%) dan fasilitas
umum seluas 562,43 ha (3,13%). Adapun jenis penggunaan penggunaan lahan secara
terperinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Tabel Penggunaan Tanah di
Kota Bontang
No
|
Jenis Penggunaan Tanah
|
Luas
|
|
Ha
|
%
|
||
1
|
Permukiman
|
|
|
|
a.
Rumah/Bangunan Gedung
|
1.355,56
|
9,17
|
|
b.
Pekarangan
|
980,64
|
6,63
|
|
c.
Fasilitas Sosial
|
29,76
|
0,20
|
|
d.
Fasilitas Umum
|
462,43
|
3,13
|
|
e.
Pemukiman Atas Air
|
53,94
|
0,36
|
|
f.
Jasa
|
69,52
|
0,47
|
2
|
Tambak
|
323,18
|
2,19
|
3
|
Kawasan
Industri/Pabrik
|
|
|
|
a.
PT. Pupuk Kaltim
|
192,46
|
1,30
|
|
b.
PT. Badak NGL
|
278,07
|
1,88
|
4
|
Rawa
|
53,54
|
0,36
|
5
|
Danau/Waduk/Situ
|
15,11
|
0,10
|
6
|
Hutan
Kota
|
196,98
|
1,33
|
7
|
Hutan
Sejenis
|
2.764,48
|
18,70
|
8
|
Bakau
|
1.115,51
|
7,55
|
9
|
Belukar
|
6.870,98
|
46,49
|
10
|
Tanah
Terbuka
|
17,83
|
0,12
|
Jumlah
|
14.780,00
|
100,00
|
Sumber : Naskah Akademik RTRW, Bappeda
2009
Kota Bontang merupakan kota pesisir
yang terlihat dari luasan wilayah lautnya yang dominan sekitar 70,30%. Namun
demikian dengan melihat karakteristik fisik laut dan banyaknya kegiatan yang
sudah ada di wilayah tersebut menjadikan potensi pengembangan wilayah laut
sangat sempit. Potensi untuk kegiatan perikanan sekitar 9.384 ha atau sekitar
26,83% dari luas wilayah laut Kota Bontang, sedangkan pengunaan lahan terbesar
di wilayah laut Kota Bontang adalah untuk alur pelayaran, baik alur pelayaran
swasta, rakyat maupun alur pelayaran nasional.
Tabel 4. Penggunaan Lahan Wilayah Laut
Kota Bontang
No
|
Penggunaan
|
Luas (Ha)
|
%
|
A
|
Flat
|
|
|
|
-
Gosong karang
|
940
|
2,69
|
|
-
Pasir
|
158
|
0,45
|
|
-
Pasir lumpur
|
100
|
0,29
|
B
|
Terumbu
karang
|
2.799
|
8,00
|
C
|
Alur
pelayaran
|
|
|
|
-
PT. Badak NGL
|
1.311
|
3,75
|
|
-
PT.Pupuk Kaltim
|
3.464
|
9,90
|
D
|
Area
efektif utk kegiatan perikanan
|
9.384
|
26,83
|
E
|
Penggunaan
lain (alur rakyat, alur Tanjung Laut, & kegiatan lainnya)
|
16.821,0
|
48,092
|
Luas
Total Wilayah
|
34.977,00
|
100,00
|
Sumber : RTRW Kota Bontang 2011-2030
3. Tujuan, Kebijakan & Strategi Penataan Ruang Kota
Bontang
Tujuan penataan ruang Kota Bontang
adalah untuk mewujudkan Kota Bontang sebagai kota maritim berkebudayaan
industri yang berwawasan lingkungan dan mensejahterakan masyarakat melalui
Keterpaduan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang antar
wilayah (nasional, provinsi maupun kota), dan antar kawasan (lindung dan
budidaya).
Kebijakan pengembangan struktur ruang
Kota Bontang meliputi :
1)
Pengembangan
sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota secara hirarkis dan proporsional
untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan Kota Bontang sesuai dengan struktur
tata ruang kota yang diinginkan. Untuk mewujudkannya, maka strategi yang perlu
ditempuh adalah :
a. Mengatur dan mengendalikan penyebaran
penduduk sesuai dengan rencana struktur ruang Kota Bontang;
b. Membagi dan mengembangkan pusat-pusat
pelayanan wilayah kota sesuai karakteristik dan potensi wilayah, dengan tetap
memperhatikan keseimbangan wilayah;
c.
Meningkatkan
keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan maupun dengan wilayah pelayanannya
sesuai dengan jenis dan skala pelayanan.
2)
Peningkatan
kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana yang merata dan terpadu
terutama transportasi darat dan laut untuk mewujudkan keterkaitan antar bagian
wilayah kota, kawasan pemukiman di kawasan pesisir maupun di atas perairan dan
pusat-pusat pelayanannya. Untuk mencapai tujuan ini, strategi yang perlu
ditempuh adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas
prasarana dan sarana transportasi darat dengan mengintegrasikan pelayanan inter
dan antar moda;
b. Mengembangkan dan memantapkan
pelayanan pelabuhan dan bandar udara umum sebagai inlet dan outlet Kota
Bontang;
c.
Mengembangkan
pusat pembangkit dan jaringan energi dengan memanfaatkan sumber-sumber energi
selain minyak bumi, serta meningkatkan pelayanan energi dengan interkoneksi
sistem regional;
d. Memantapkan pelayanan telekomunikasi
dengan mengembangkan jaringan kabel serta nirkabel yang menjangkau seluruh
wilayah kota;
e. Membangun dan meningkatkan jaringan
sumber daya air secara terpadu;
f.
Meningkatkan
sistem prasarana pengelolaan lingkungan yang meliputi drainase, persampahan,
air limbah dan air minum yang menjangkau seluruh wilayah kota;
g. Menyediakan prasarana bagi pejalan
kaki dan evakuasi bencana yang terintegrasi dengan prasarana dan utilitas kota
lainnya.
Kebijakan dan strategi pengembangan
pola ruang meliputi :
1)
Kebijakan
pemantapan kawasan lindung yang mencakup :
a.
Pemeliharaan
dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
b.
Pencegahan
dampak negatif kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.
2)
Kebijakan
dan strategi pengembangan kawasan budi daya yang mencakup :
a.
Perwujudan
dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya/pemanfaatan
di ruang darat, ruang laut dan ruang udara.
b.
Pengendalian
perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
4.
Rencana Pengembangan Wilayah
Sistem perwilayahan adalah organisasi
wilayah pengembangan berupa Bagian Wilayah Kota yang selanjutnya disebut dengan
BWK. Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota Bontang terdiri dari :
1) BWK I meliputi Kecamatan Bontang Utara
(Kelurahan Bontang Kuala, Gunung Elai, Bontang Baru dan Api-api), Kecamatan
Bontang Selatan (Kelurahan Berbas Tengah, Berbas Pantai, Tanjung Laut dan
Tanjung Laut Indah).
2) BWK II meliputi Kecamatan Bontang
Selatan (Kelurahan Satimpo), Kecamatan Bontang Barat (Kelurahan Telihan, Kanaan
dan Belimbing), dan Kecamatan Bontang Utara (Kelurahan Loktuan dan Guntung).
3) BWK III meliputi Kecamatan Bontang
Selatan (Kelurahan Bontang Lestari).
Fungsi perwilayahan wilayah Kota
Bontang terdiri dari :
1)
Bagian
Wilayah Kota I (BWK I) mempunyai fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan
jasa, sedangkan kegiatan pendukungnya adalah permukiman, pariwisata, pelabuhan,
kawasan konservasi dan perikanan.
2)
Bagian
Wilayah Kota II (BWK II) mempunyai fungsi utama sebagai kawasan industri
strategis kota, pelabuhan dan pergudangan, sedangkan kegiatan pendukungnya
adalah permukiman, pariwisata, perikanan, militer, kawasan lindung/konservasi
dan alur pelayaran.
3)
Bagian
Wilayah Kota III (BWK III) mempunyai fungsi utama sebagai pusat pemerintahan
kota, industri polusi ringan, dan pusat kegiatan olahraga, sedangkan kegiatan
pendukungnya adalah perikanan, permukiman, pariwisata, kawasan
lindung/konservasi, alur pelayaran, perikanan dan bandara.
Selengkapnya
fungsi perwilayahan wilayah Kota Bontang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
5. Fungsi Perwilayahan Kota Bontang
Bagian Wilayah Kota (BWK)
|
Pusat BWK
|
Skala Pelayanan
|
Kegiatan
Utama
|
Kegiatan
Penunjang
|
BWK I
|
Bontang
Baru
|
Skala
Regional dan Kota
|
Perdagangan
dan jasa
|
Permukiman,
Pariwisata,
Pelabuhan,
Kawasan Konservasi,
Perikanan
|
BWK II
|
Telihan
|
Skala
internasional, regional dan kota
|
Industri
strategis kota, pelabuhan dan pergudangan
|
Permukiman,
Pariwisata,Perikanan, Kawasan Militer, Kawasan Lindung/Konservasi, Alur
Pelayaran
|
BWK III
|
Bontang
Lestari
|
Skala
kota
|
pusat
pemerintahan kota, industri polusi ringan, dan pusat kegiatan olahraga.
|
perikanan,
permukiman, pariwisata, kawasan lindung, alur pelayaran, perikanan dan
bandara
|
Sumber : Naskah Akademik
RTRW Bappeda, 2009
Pusat pelayanan Kota Bontang
ditetapkan di BWK III, yaitu Kecamatan Bontang Selatan. Pusat Pelayanan Kota
Bontang diarahkan ke arah Selatan yaitu di Kelurahan Bontang Lestari (Kecamatan
Bontang Selatan). Kawasan ini disiapkan untuk mewadahi berbagai kegiatan yang
tidak terakomodasi di wilayah lain. Rencana pusat kota di Kelurahan Bontang
Lestari didukung dengan pembangunan perkantoran pemerintahan kota serta
fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan publik lainnya.
Sub pusat pelayanan kota mempunyai
peran sebagai pendukung kegiatan kota. Sub Pusat pelayanan Kota Bontang terdiri
dari :
a)
Sub
Pusat pelayanan Kota di BWK I terdapat di Bontang Baru dan Tanjung Laut
memiliki fungsi sebagai : sub pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan dan
atau pendukung pemerintahan kota, pusat pelayanan pendidikan dan sebagai pusat
perdagangan, pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan dan atau pendukung
pelayanan pemerintahan kota di kawasan ini kantor kecamatan dan perkantoran
pendukung pemerintahan kota. Dalam rangka untuk menunjang kawasan ini sebagai
pusat pelayanan pendidikan kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas sekolah
lanjutan tingkat atas. Sedangkan untuk menunjang pusat pelayanan perdagangan
kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas pasar.
b)
Sub
Pusat Pelayanan Kota di BWK II terdapat di Loktuan memiliki fungsi sebagai sub
pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan dan pusat transportasi laut.
Sebagai pusat pelayanan transportasi laut kawasan ini dilengkapi dengan
fasilitas pelabuhan nasional.
Pusat Lingkungan mempunyai peran
sebagai pusat pelayanan skala lingkungan. Pusat lingkungan di Kota Bontang
tersebar di 15 (lima belas) kelurahan yakni Bontang Lestari, Satimpo, Berbas
Tengah, Berbas Pantai, Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, Api-Api, Bontang Kuala,
Bontang Baru, Gunung Elai, Loktuan, Guntung, Belimbing, Telihan, dan Kanaan.
Pelayanan yang dapat dilayani pada pusat lingkungan meliputi :
a. Pelayanan pemerintahan berupa kantor
kelurahan;
b. Pelayanan kesehatan berupa praktek
dokter keluarga dan Puskesmas;
c. Pelayanan pendidikan berupa sekolah
dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama;
d. Pelayanan persampahan berupa Tempat
Penampungan Sementara (TPS) Sampah.
5.
Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan deskripsi karakteristik
wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai kawasan budidaya. Pengembangan tersebut diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat akan lahan untuk berbagai kegiatan.
1.
Kawasan
wisata
Beberapa kawasan yang potensial untuk
dikembangkan untuk kegiatan wisata terdiri dari :
a. Kawasan hutan mangrove di Taman
Nasiona Kutai, Berbas Pantai dan Teluk Nyerakat yang diarahkan untuk kegiatan
Wisata Alam (Ekowisata);
b. Danau PKT, Danau Kanaan, Tugu Equator
dan Taman Cibodas yang layak dikembangkan untuk Wisata Taman Kota;
c. Kawasan pemukiman penduduk di Bontang
Kuala sebagai kawasan pemukiman tertua Kota Bontang yang disertai dengan
atraksi seni budayanya.
d. Kawasan Melahing, Selangan dan Tihiktihik
yang dapat dikembangkan untuk wisata agromarine dan wisata kuliner.
e. Kawasan Beras Basah dan Karang Segajah
yang layak untuk dikembangkan menjadi wisata bahari karena keindahan terumbu
karangnya.
2. Kawasan Perumahan
Kawasan
perumahan eksisting di wilayah Kota Bontang, terdiri dari :
a.
Perumahan di wilayah darat
Kawasan ini terdiri atas perumahan instansional, industri, real
estate serta permukiman swadaya umumnya sudah terintegrasi baik dengan sistem
kota bahkan yang terletak di pusat kota mempunyai aksesibilitas yang tinggi.
Perumahan industri merupakan perumahan yang dibangun untuk
memenuhi kebutuhan karyawan industri, yang meliputi Perumahan BSD KIE (Bukit
Sekatup Damai) di Kelurahan Gunung Elai, Pama Persada di Kelurahan Bontang
Lestari; HOP PT. Badak (HOP I,II, III) di Kelurahan Satimpo, HOP PT. Badak (HOP
III, IV, V, VI) di Kelurahan Gunung Elai, KYC ( Kaltim Ciptayasa) di Kelurahan
Api-api, KPR BTN PKT di Kelurahan Belimbing, Indominco di Kelurahan Telihan.
Perumahan instansional dan perumahan yang dibangun oleh developer
meliputi Perumahan Disnaker di Kelurahan Telihan, Korpri I – II di Kelurahan
Bontang Lestari, Rudal di Kelurahan Gunung Elai, Polres di Kelurahan Gunung
Elai, STM Negeri di Kelurahan Gunung Elai, Perum Bontang Permai di Kelurahan
Api-api, Lembah Asri dan Pesona Bukit Sintuk.
Perumahan swadaya merupakan perumahan yang dibangun sendiri oleh
masyarakat yang terdapat di semua kelurahan dengan tingkat kepadatan yang
berbeda. Sebagian permukiman swadaya masyarakat yang tidak sesuai dengan
perencanaan dan aturan kota sehingga dapat menimbulkan degradasi kualitas
lingkungan dan cenderung menciptakan kekumuhan perkotaan.
b. Perumahan di atas air dan pulau kecil
Perumahan di atas air dan pulau kecil yang terletak di pesisir
pantai yang umumnya dibangun secara swadaya. Kawasan ini terdapat di Gusung
(Guntung), Selambai (Loktuan), Tanjung Limau (Gunung Elai), Bontang Kuala
(Bontang Kuala), Melahing (Tanjung Laut), Selangan (Bontang Lestari) dan
Tihik-tihik (Bontang Lestari). Kawasan yang terpisah dari daratan induk umumnya
tidak terintegrasi dengan baik oleh sistem kota sehingga aksesibilitas kawasan
relatif sulit.
3. Kawasan Perdagangan dan Jasa
Saat ini perkembangan kegiatan
perdagangan dan jasa terkonsentrasi pada bagian kawasan pusat kota serta pada
beberapa koridor jalan utama kota. Kegiatan perdagangan umumnya terdiri atas
pusat perbelanjaan retail dalam berbagai tingkatan skala pelayanan, seperti
Mall atau Plaza, pertokoan, department store, rumah makan, pasar tradisional
dan sebagainya. Kegiatan jasa seperti perhotelan, perbankan, pom bensin, jasa
travel dan lain-lain, yang pada umumnya terdapat di kawasan pusat kota. Kawasan
untuk kegiatan perdagangan dan jasa terdiri dari :
a. Kawasan Komersial Pertokoan berada di
sepanjang Jalan Bhayangkara, Jalan MT. Haryono, Jalan Diponegoro, Jalan A.
Yani, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Gajahmada, Jalan Hasanudin dan Jalan
Soekarno-Hatta.;
b. Kawasan Sentra Komersial terdapat di
Kelurahan Loktuan, Tanjung Laut Indah, Telihan. Pengembangan kawasan akan
dilakukan ke Bontang Lestari;
c. Sentra tradisional terletak di Bontang
Baru.
4. Kawasan Perkantoran
Kawasan Perkantoran di Kota Bontang
terdapat di beberapa lokasi, yakni :
a.
Perkantoran
pemerintahan dipusatkan di Bontang Lestari;
b.
Perkantoran
swasta meliputi sepanjang Jalan Bhayangkara, Jalan MT. Haryono, Jalan
Diponegoro, Jalan A. Yani, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Gajahmada, Jalan
Hasanudin dan Jalan Soekarno-Hatta.
5. Kawasan Industri
Kawasan industri Kota Bontang yang
eksis selama ini terdiri dari :
a. Kawasan Industri Besar yang mencakup :
a)
Kawasan
Industri serta pelabuhan PKT (Pupuk Kaltim) di Kelurahan Guntung dan Loktuan
Kecamatan Bontang Utara;
b)
Kawasan
Industri dan pelabuhan PT. Badak LNG di Kelurahan Satimpo Kecamatan Bontang
Selatan;
c)
Rencana
Pengembangan Kawasan Industri di BWK III Bontang Lestari yang letaknya terdapat
di pusat kota dan memanfaatkan potensi laut atau akses laut untuk transportasi
bahan baku dan distribusi hasil produksinya. Kawasan industri dilengkapi dengan
sarana perumahan untuk karyawannya, yang relatif dalam kondisi sudah teratur
dan baik kondisi lingkungannya. Kawasan industri ini dapat diakses oleh
jaringan jalan kota yang layak/ memadai, dan terintegrasi dengan sistem kota.
b. Industri Menengah Kecil.
Beberapa pertimbangan dalam arahan
alokasi pemanfaatan lahan untuk kegiatan industri, antara lain :
a)
Minimalisasi
biaya untuk pendistribusian (transport cost);
b)
Kedekatan
dengan lokasi bahan baku dan/atau lokasi pemasaran;
c)
Keterkaitan
dengan pergudangan;
d)
Perlu
kedekatan dengan simpul-simpul pergerakan.
6. Kawasan Non-Perkotaan: Pertanian,
Peternakan dan Perikanan
a.
Kawasan
Pertanian
Sektor pertanian dalam perekonomian
Kota Bontang bukan merupakan sektor unggulan, akan tetapi dengan melihat dari
kondisi eksisting maka potensi tersebut masih bisa dikembangkan khususnya di
Kelurahan Guntung yang memiliki perkebunan salak dan perkebunan lainnya.
Wilayah pertanian pada rencana akan dialokasikan ruang sebesar 91 Ha. Untuk
komoditas pertanian di Kota Bontang seperti jagung, kedelai, padi, pisang dan
lain-lain belum memiliki kontribusi untuk meningkatkan pendapatan daerah.
b.
Kawasan
Peternakan
Sama seperti sektor pertanian di atas,
sektor peternakan bukan sektor unggulan Kota Bontang. Melihat fungsi Kota
Bontang sebagai kota industri dan jasa maka perlu dipertimbangkan sebuah
rencana pembuatan kawasan/zona khusus untuk pengembangan, pembibitan ternak
dari berbagai macam varietas unggulan, serta RPH Kota Bontang. Kawasan ini
direncanakan di Kelurahan Bontang Lestari berdekatan dengan TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) sampah, berdekatan pula dengan Hutan Kota sebagai Green belt
kawasan ini. Rencana alokasi ruang untuk RPH seluas 14,9 Ha.
c.
Kawasan
Perikanan Darat
Usaha perikanan wilayah darat atau
kawasan pesisir di Kota Bontang adalah Perikanan Budidaya Perikanan Payau
(Tambak). Arahan pengembangan untuk budidaya tambak adalah dengan melakukan
revitalisasi lahan tambak yang sudah ada dan pembatasan pengembangan wilayah
usaha atau percetakan tambak baru. Luas lahan tambak eksisting adalah seluas
135,6 ha.
d.
Kawasan
Perikanan Laut
Area usaha kegiatan perikanan laut
seluas 9.384 ha. Kawasan ini terdiri dari lahan bagi budidaya keramba jaring
apung (ikan kerapu, ikan kakap merah), budidaya rumput laut eucheuma sp. dan kawasan konservasi
perairan.
Sumber
:
BPS Kota Bontang, 2013, Bontang dalam
Angka. Bontang
Bappeda Kota Bontang, 2009, Naskah
Akademik RTRW Bappeda, Bontang
---------------, 2011,Peraturan Daerah Kota Bontang No 08 Tahun
2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bontang Tahun
2011-2016. Bontang
---------------, 2011,Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 5 Tahun
2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bontang Tahun 2005
– 2025. Bontang
---------------, 2011,Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang Tahun
2011 – 2030. Bontang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar