1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang
sangat berarti bagi kehidupan manusia di bumi. Sebagai wilayah peralihan darat
dan laut yang memiliki keunikan ekosistem, sehingga dunia memiliki kepedulian
terhadap wilayah ini, khususnya di bidang lingkungan dalam konteks pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Secara historis, kota- kota penting
dunia bertempat tidak jauh dari laut. Alasannya, kawasan ini memiliki potensi
sumber daya kelautan dan perikanan, serta memudahkan terjadinya pedagangan
antar daerah, pulau dan benua.
Wilayah pesisir memiliki potensi yang tak ternilai
bagi masyarakat. Perairan pantai tidak saja menjadi sumber pangan yang
produktif, tetapi juga sebagai gudang mineral, alur pelayaran, tempat rekreasi
dan juga sebagai tangki pencerna bahan buangan hasil kegiatan manusia. Besarnya
sumber alam yang terkandung di dalamnya, hayati maupun non hayati serta aneka
kegunaan yang bersifat ganda merupakan bukti yang tidak dapat disangkal, bahkan
menjadi tumpuan harapan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan pangan yang
terus meningkat di masa mendatang. Selain itu,
wilayah pesisir juga merupakan daerah penghambat masuknya gelombang besar air
laut ke darat, yaitu dengan keberadaan hutan mangrove. Pernyataan ini sesuai
dengan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh
(Harada dan Fumihiko dalam Anwar dkk., 2006), bahwa
ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan 30 pohon/100 m2 dengan
diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi gelombang tsunami.
Akan tetapi pada era sekarang ini terjadi
peningkataan pembangunan yang begitu pesat di kawasan perkotaan di dunia,
termasuk Indonesia sehingga pembangunan yang berlangsung cepat tersebut
terkadang membawa dampak. Begitupun terhadap lingkungan wilayah pesisir dengan
berbagai pembangunan yang dilakukan telah menimbulkan kerusakan ataupun bencana
ekologis di kawasan pesisir. Hal ini terbukti dari berbagai kegiatan
pembangunan yang berlangsung di kawasan pesisir seperti pembangunan pelabuhan,
industri, perumahan, pariwisata, pertambangan dan perikanan memunculkan
berbagai isu dan masalah sebagai hasil dari penggunaan dan pemanfaatannya serta
konflik kepentingan antara berbagai pihak
(Soetomo,
2005).
Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam
pembangunan ekonomi adalah bagaimana menghadapi trade-off antara
pemenuhan kebutuhan pembangunan disatu sisi dan upaya mempertahankan
kelestarian lingkungan disisi lain (Fauzi,2004). Pembangunan ekonomi yang berbasis
sumber daya alam yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada
akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena pada
dasarnya sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang
terbatas. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan
kapasitas sumber daya alam dan lingkungan akan menyebabkan permasalahan
pembangunan dikemudian hari.
Keadaaan di atas sebenarnya terjadi akibat
ketidakjelasan pengaturan pemanfaatan kawasan pesisir sehingga mengakibatkan
tumpang tindihnya pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Sebagaimana yang kita
temukan dalam realita kehidupan bahwa terlalu banyak pihak (lembaga maupun
departemen) terkait dan mungkin mengaitkan diri dengan kawasan ini sehingga
dampak yang muncul adalah timbulnya pengeluhan atau keresahan dari berbagai
kalangan masyarakat setempat. Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh Mulyadi, (2008) bahwa pemerintah
merupakan pemilik kawasan, sehingga
boleh dikatakan bahwa pemerintah mempunyai wewenang dalam mengatur
pemanfaatan kawasan pesisir, tetapi
apabila pemerintah sebagai pemegang wewenang boleh dikatakan tidak berdaya
dalam mengatur permasalahan ini maka bukan efek positif yang akan muncul
melainkan kedepannya efek negatif yang muncul sehingga sebagai akibatnya
terjadinya pencemaran atau kerusaan lingkungan atau kawasan pesisir yang ada
yang akan membawa dampak buruk dan
mempengaruhi taraf hidup dari berbagai kalangan masyarakat.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari tugas mandiri ini adalah menggambarkan
sejauhmana pengembangan wilayah pesisir dengan memperhatikan aspek pembangunan
yang berkelanjutan
2.
ISU-ISU PENTING TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR
Wilayah pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki
makna strategis bagi pembangunan ekonomi dunia, karena dapat diandalkan sebagai
salah satu pilar ekonomi internasional karena pada wilayah ini terdapat
berbagai sumber daya masa depan (future
resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini
belum dikembangkan secara optimal, antara lain potensi perikanan yang saat ini
baru sekitar 58,5% dari potensi lestarinya yang termanfaatkan (Dahuri, 2001).
Selain itu wilayah Pesisir merupakan wilayah yang strategis bagi perkembangan
permukiman perkotaan dan pusat desa-desa nelayan, sebagai tempat produksi
seperti industri, pusat terminal transportasi laut (pelabuhan).
Hal ini jika dikaitkan dengan kehidupan masyarakat
pesisir di Indonesia maka umumnya masyarakat pesisir di Indonesia masih
memiliki permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan dan kualitas lingkungan.
Tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah diperlihatkan dari sebaran kawasan
tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu penyebabnya adalah
minimnya prasarana dan sarana pendukung bidang kelautan dan perikanan.
Sedangkan rendahnya kualitas lingkungan pada kawasan permukiman para nelayan
disebabkan minimnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar yang berdampak pada
rendahnya produktivitas (Key dkk., 1999).
3. SOLUSI DARI ISU-ISU PENTING DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR
3.1. Strategi Pembangunan
Berkelanjutan
A. Pembangunan
yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan
sosial harus dilandasi hal-hal seperti meratanya distribusi sumber lahan dan
faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi
yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun pemerataan
bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang
relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan
berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya
dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah
meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan
berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat
dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan
generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi
kebutuhannya.
B. Pembangunan
yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat
untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan
untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar
bagi keseimbangan ekosistem.. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong
perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap
tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.
C. Pembangunan
yang Menggunakan Pendekatan Integratif
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan
antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang
bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang
konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan
pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan
konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan
tantangan utama dalam kelembagaan.
D. Pembangunan
yang Meminta Perspektif Jangka Panjang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa
depan,.implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi
penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian
yang berbeda dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi
jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat
ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan
ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.
3.2. Pendekatan
Pembangunan Berkelanjutan
Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan
pendekatan pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai
aspek kehidupan yang mencakup:
A. Keberlanjutan
Ekologis
Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk
pembangunan dan keberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin
keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus
diupayakan hal-hal sebagai berikut:
a)
Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem
penunjang kehidupan dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas,
adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara dan seluruh kehidupan
berkelanjutan.
b)
Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara
integritas tatanan lingkungan yaitu daya dukung, daya asimilatif dan
keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan. Ketiga aspek tersebut untuk
melaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan lingkungan yaitu
hindarkan konversi alam dan modifikasi ekosistem, kurangi konversi lahan subur
dan kelola dengan buku mutu ekologis yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak
melampaui daya asimilatifnya lingkungan.
c)
Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman
kehidupan yang menentukan keberlanjutan proses ekologis. Proses yang menjadikan
rangkaian jasa pada manusia masa kini dan masa mendatang. Terdapat tiga aspek
keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan lingkungan.
Untuk mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut perlu hal-hal berikut
yaitu “menjaga ekosistem alam dan area yang representatif tentang kekhasan
sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan, memelihara seluas mungkin area
ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman dan keberlanjutan
keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi lahan pesisir.
B.
Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi dari perspektif pembangunan
memiliki dua hal utama keduanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan tujuan
aspek keberlanjutan lainnya. Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan
ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi
struktural dan nasional.
Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro
yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan
meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat
dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi mencakup reformasi fiskal,
meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan
nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran
sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi
pendapatan dan aset.
C.
Keberlanjutan Ekonomi Sektoral
Penyesuaian kebijakan yang meningkatkan keberlanjutan
ekonomi makro secara jangka pendek akan mengakibatkan distorsi sektoral yang
selanjutnya mengabaikan keberlanjutan ekologis. Hal ini harus diperbaiki
melalui kebijaksanaan sektoral yang spesifik dan terarah. Oleh karena itu
penting mengindahkan keberlanjutan aktivitas dan ekonomi sektoral.
Untuk mencapai keberlanjutan ekonomi sektoral,
berbagai kasus dilakukan terhadap kegiatan ekonomi. Pertama, sumberdaya alam
yang nilai ekonominya dapat dihitung harus diperlakukan sebagai kapital yang tangible
dalam kerangka akunting ekonomi, kedua, secara prinsip harga sumberdaya
alam harus merefleksi biaya ekstraksi, ditambah biaya lingkungan dan biaya
pemanfaatannya. Pakar ekonomi harus mengidentifikasi dan memperlakukan sumber
daya sebagai sumber yang terpulih, tidak terpulihkan, dan lingkungan hidup.
Sumber yang terpulihkan seperti hutan dapat memberikan manfaat secara
berkelanjutan bila tidak memperlakukan produktivitas ekonomi sebagai fungsi
yang pasif atau jasa yang mengalir; menggunakan prinsip pengelolaan yang
berkelanjutan, sedangkan sumber yang tidak terpulihkan mempunyai jumlah absolut
dan berkurang bila dimanfaatkan. Oleh karena itu pada kondisi seperti ini
konsep sustainable yeild tidak boleh diterapkan.
Pembangunan berkelanjutan dalam konteks sumberdaya
yang tidak dapat dipulihkan berarti pemanfaatan secara efisien sehingga dapat
dimanfaatkan oleh generasi masa mendatang dan diupayakan agar dapat
dikembangkan substitusi dengan sumberdaya terpulihkan; membatasi dampak
lingkungan pemanfaatannya sekecil mungkin, karena sumberdaya lingkungan adalah
biosfer, secara menyeluruh sumberdaya ini tidak menciut akan tetapi berpariasi
sesuai dengan kualitasnya.
D.
Keberlanjutan Sosial Budaya
Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya
dinyatakan dalam keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas
hidup seluruh manusia. Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran
yaitu :
a) Stabilitas
penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik yang kuat, kesadaran
dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan status wanita, meningkatkan
kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
b) Memenuhi
kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan mengurangi kemiskinan
absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin tercapai bila terjadi
kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan
terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Kelas sosial yang dihilangkan dimungkinkannya untuk mendapat akses
pendidikan yang merata, pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran
wanita.
c) Mempertahankan
keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan menghargai sistem sosial dan
kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan menggunakan pengetahuan
tradisional demi manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi.
d) Mendorong partisipasi
masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Beberapa persyaratan dibawah ini
penting untuk keberlanjutan sosial yaitu : prioritas harus diberikan pada
pengeluaran sosial dan program diarahkan untuk manfaat bersama, investasi pada
perkembangan sumberdaya misalnya meningkatkan status wanita, akses pendidikan
dan kesehatan, kemajuan ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan
perubahan teknologi dan harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil
dan efektif, kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui
keputusan lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.
4.
REKOMENDASI
Pengembangan wilayah pesisir harus diarahkan sesuai
dengan kebutuhan ruang dan harus memperhatikan kesesuaian lahan dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan
berkaitan dengan pembangunan di wilayah
pesisir dalam konteks penataan dan
pengembangan wilayah demi peningkatan taraf hidup masyarakat pesisir sebagai
berikut:
1. Adanya
aturan/kebijakan pemerintah untuk masing-masing tipe pemanfaatan di kawasan
pesisir, seperti kawasan permukiman, kawasan rekreasi dan lain-lain.
2. Mengefektivitas
aparat pemerintah yang bersangkutan sebagai koordinator perencanaan dan
pembangunan daerah umumnya dan daerah pantai khususnya secara terpadu dan
menyeluruh.
3. Meningkatkan
pajak bumi dan bangunan di kawasan pesisir.
4. Perlunya
pengendalian kepemilikan tanah di daerah pantai dengan dilandasi oleh
peraturan-peraturan tanah yang berlaku saat ini.
5. Perlu
ditingkatkan pengawasan dan pengendalian transaksi jual beli tanah di kawasan
pesisir dengan melandaskan kepada peraturan perundangan pertanahan yang berlaku.
6. Adanya
pemetaan (mapping) daya dukung. Daerah-daerah yang ditata untuk pembangunan sebaiknya dilengkapi dengan
informasi daya dukung lingkungan (environmental carrying capacity).
Informasi ini menjadi rambu-rambu baik bagi kegiatan yang sudah berjalan maupun
kegiatan yang ditoleransi boleh masuk.
7. Perlunya
pengembangan peraturan perundang-undangan pembangunan lahan di daerah pesisir.
5.
Kesimpulan
Pengelolaan sumberdaya
pesisir dan laut dalam kerangka pengembangan wilayah, akan lebih efektif bila
dilaksanakan secara bersama-sama dari seluruh stakeholder yang terkait baik di
tingkat pusat maupun daerah. Otonomi daerah telah membuka peluang desentralisasi
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Ini penting karena Indonesia merupakan
negara kepulauan yang sangat luas dan banyak memiliki daerah terisolasi, miskin
alat transportasi dan komunikasi, masih lemah sistem administrasi
pemerintahannya, masih kurangnya kapasitas SDM, serta begitu banyaknya
masyarakat yangmenmggantungkan kehidupan dannafkahnya pada sumberdaya pesisir
dan laut. Dengan demikian, antara pemerintah dan masyarakat akan semakin dekat
dan terpetakan berbagai masalah yang dihadapi sebagian besar masyarakat.
Pengembangan wilayah pesisir,
terutama yang didasarkan pada sumberdaya wilayah pesisir dan laut dapat
dilakukan dengan lebih baik dan memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga
didapat konsep pembangunan yang berkelanjutan yaitu pembangunan yang berusaha
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembangunan yang berkelanjutan juga
mengusahakan agar hasil pembangunan terbagi secara merata dan adil pada berbagai
kelompok dan lapisan masyarakat serta antar generasi karena pembangunan
berkelanjutan ini berwawasan lingkungan. Wilayah pesisir dan laut dengan segala
karakteristiknya menjadi satu potensi yang patut dijaga dan dikembangkan
sebagai sumber perekonomian daerah, sehingga dapat digunakan untuk kesejahteraan
masyarakat.
REFERENSI
Anwar, Chairil, dan Gunawan H. 2006. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis
Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Makalah Utama pada
Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan.
Padang, 20 September 2006.
Dahuri R.
2001. Sumber Daya Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : Pt
Pradnya Paramita.
Djajadinigrat,
2001 Untuk Generasi Masa Depan: “Pemikiran, Tantangan dan Permasalah
Lingkungan”, ITB.
Djojodipuro,
Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta : Lembaga Penerbit FakultasEkonomi
Universitas Indonesia.
Fauzi.A.
2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Heal,G.1998
Valuing the Future : Economic Theory and Sustainability. Columbia
University Press.New York.
Kay, Robert
and Jacqueline Alder. 1999. Coastal Planing and Management. London :
Penerbit E & FN Spon Press.
Mulyadi.
2008. Ekonomi Kelautan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soetomo,
Sugiono. 2005. Sistem Pembangunan Hunian Masyarakat di Wilayah Pesisir. Workshop dan Pelatihan pembangunan
Wilayah Pesisir berkelanjutan di kabupaten
Aceh besar.
Sutamihardja,
2004 Perubahan Lingkungan Global; Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana; IPB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar