Senin, 26 Februari 2018

MENGENAL IKAN BAWIS


Ikan Bawis (Baronang Lingkis) merupakan salah satu jenis Ikan baronang termasuk dalam famili siganidae yang merupkan jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan yang sangat digemari oleh Masyarakat Kota Bontang. Ikan Beronang lingkis merupakan ikan berukuran sedang, hanya mencapai ukuran 23 cm. Habitat beronang lingkis adalah padang lamun, sekitar ekosistem mangrove, dan kadang-kadang masuk ke muara sungai.
Klasifikasi Ilmiah dari ikan Bawis:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Perciformes
Family : Siganidae
Genus : Siganus
                                               Species : Siganus canaliculatus. ( Park, 1797 )


Morfologi Ikan baronang
Menurut Woodland, 1990 ikan baronang ini memiliki bentuk morfologi sebagai berikut :
  • Bentuk badan pipih, ramping, bentuk kepala cekung dibagian atas kepala.
  • Sisiknya halus, dan tipis
  • Punggung berwarna kecoklatan atau kehijau – hijauan, namun pada bagian perut berwmenarna keperakan.  
  • Bagian sirip punggung, dubur dan ekor mencapai maksimum kurang lebih 25 c







Ikan baronang jenis ini memiliki tubuh yang dapat mencapai 23 cm, lebar badannya anatara 2,4 - 2,7 kali dari panjang standar dengan badan yang berbentuk oval dan menyamping. badannya berwarna kecokelat-cokelatan dengan bintik-bintik putih yang tersebar diseluruh tubuh.
Baronang lingkis mempunyai kepala dan badan bagian atas berwarna abu abu kehijauan, bagian bawah lebih mudah sedukit keperakan Kepala dan badan dengan bintik-bintik putih, bintik-bintik yang lebih besar ukurannya terdaput di bagian badan bagian bawah. Kepala dan badan bagian atas lebih kecil sirip sirip berwarna abu abu kehitaman.
Di antara bagian keras dan lunak sinp punggung dan sirip dubur dengan sedikit lekukan jari-jari terakhir sirip punggung dan sirip dubur paling pendek. Sirip ekor cagak, pada ikan-ikan muda hampir berlekuk.  Pada sirip punggung terdapat 13 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak,  sirip anal 7 jari-jari keras dan 9 jari jari lunak, sirip dada terdapat 16-17 jari-jari lunak, sirip perut mempunyai 1 jari-jari keras 3 jari-jari lunak, dan jari-  jari lunak lagi.
Berenang mempunyai duri-duri yang berbisa yung terdapat pada 13 jari – jari keras sirip punggung,  4 duri keras sirip perut dan 7 duri keras pada sirip dubur. Orang yang terkena tusukan duri ikan ini biasanya karena si korban memegang beronang tanpa menyadari bahaya yang tersembunyi.
Beronang sensitif terhadap perubahan lingkungan yang drastis terutama suhu dan salinitas serta kadar oksigen yang rendah Beranang juga sangat peka terhadap gerakan di sekitarnya.  Beronang bersifat fototaksis positif atau tertarik pada sinar cahaya, terutama ikan yang masih muda Pada waktu malam ikan beronang tidak aktif bergerak terutama ikan dewasa.
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya, yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada maling-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna dinding lambeing agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas beronang termaiuk pemakan tumbuh tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan beronang juga memakan makanan apa saja yang dibenkan seperti pakan buatan.
Kebiasaan makan  ikan baronang
Menurut penelitian Lam, 1974 mengatakan bahwa ikan yang termasuk signidae merupakan ikan herbivora. Ikan baronang akan melakukan penyesuaian dengan morfologi mulai dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulut berukuran kecil, dinding lambung tebal, usus halus panjang danmempunyai permukaan yang luas. Sehingga ikan ini termasuk pemakan tumbuh – tumbuhan.
Beronang digolongkan sebagai herbivora (pemakan tumbuhan). Makanannya berupa lumut,  alga, lamun, dan sebagainya. Beronang pada tingkat larva memakan plankton dan menjadi herbivora di saat mulai aktif mencari makan Walaupun pemakan tumbuhan. dalam pemeliharaannya ikan beronang dapat juga menerima makanan berupa pelet, tepung ikan,  cacahan ikan, atau kerang kerangan.
Beronang selalu bergerombol, baik berenang maupun mencari makanan. Bila kon-diisi lingkungan memburuk, masing-masing ikan mempertahankan diri pada suatu daerah tertentu. Beronang populer dengan sebutan rabbit fish atau ikan kelinci, karena moncongnya memang menyerupai kelinci dan pemakan tumbuhan.
Reproduksi Ikan Baronang
Ikan baronang akan melakukan reproduksi bila ikan baronang jantan mencapai ukuran 11-14 cm dan betina 13-21 cm. Dalam pemijahan ikan baronang ini sebaiknya dilakukan pada bulan Januari hingga April dan sampai pada puncaknya pada bulan Febuari sampai Maret serta pada musim kedua pada bulan Juli hingga Oktober.
Beronang memijah berbeda-beda sesuai dengan jenis dan keadaan lingkungan, tetapi pada umumnya beronang bergerombol di daerah pantai pada saat air pasang dan mulai memijah setelah tengah malam di saat air mulai surut. Berorang yang matang gonad mencapai ukuran 140 mm ke atas untuk ikan jantan dan 150 mm ke atas untuk ikan betina.
Pembuahan telur oleh sperma terjadi di luar tubuh dan telur yang dibuahi bersifat melekat pada substrat dengan diameter antara 0,42-0,70 mm dan menetas sekitar 20-26 jam setelah pembuahan.
Budidaya Ikan Baronang Lingkis
Saat ini di Kota Bontang belum ada yang bisa membudidayakan ikan baronang lingkis ini namun beberapa literature telah mencatat beberapa cara budidaya ikan baronang lingkis, a.l :


1.    Budidaya di Tambak

Pemeliharaan beronang lingkis di tambak dilakukan secara monokultur dan polikurtur. Beronang lingkis dapat dipelihara secara semiintensifsampai intensif.

Benih berenang lingkis dari hasil pembenihan terkontrol atau dari hasil penangkapan di alam yang berukuran 7-10 cm ditebar dengan kepadatan 20.000-30.000 ekor/ha atau 2-3 ekor/m2 untuk tambak yang dikelola semi intensir untuk tambak yang dikelola secara intensif, padat penebaran untuk benih yang sama sebanyak 4-5 ekor/m2 atau 40.000-50.000 ekor/ha. Bila ukuran benih lebih besar, sekitar 13 cm, padat penebaran diturunkan menjadi 3 ekor/m2 atau 30.000 ekor/ha.

Sebelum benih ditebar dilakukan dulu aklimatisasi suhu dan salinitas Mula-mula kantong plastik berisi benih beronang diapungkan ke dalam air dan dibiarkan sekitar 15 menit atau sampai berembun, kemudian dituang dalam ember plastik yang bagian bawahnya telah dilubangi sehingga air sedikit demi sedikit dapat masuk ke ember sampai ember terendam air.  Proses aklimatisasi membutuhkan waktu 30-45 menit.

Pakan betonang lingkis terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami terdiri dari klekap, lumut, dan plankton yang sudah ada di dalam tambak saat ikan ditebar, juga pakan yang diberikan seperti rumput laut dan lamun. Untuk pakati buatan berupa butiran yang diberikan saat ikan beronang yang masih berukuran kecil. Pakan butiran yang telah dihancurkan diberikan sebanyak 35%  dari biomassa.

Pada budi daya semiintensif, pemberian pakan 1-2 kali sehari, sedangkan budi daya intensif pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00, 13.00, dan 16.00.Pengontrolan pakan sangat penting dilakukan untuk melihat apakah pakan yang diberikan sudah cukup atau belum. Untuk itu, pengontrolan dilakukan etelah 1-2 jam pemberian pakan kalau sebelam 1-2 jam pakan habis maka dosis pakan ditambah Kalau 12 jam pakan masih ada,  dosis pakan dikurangi 5% dari total pemberian.

Bila dipelihara secara polikultur, komoditas yang dapat dipolikultur dengan berenang antaralain bandeng (Chanos chanos), nila (Oreochromis niloticus),  kepiting bakau (scylla serrata).  udang (Penaeus Litopenaus), dan rajungan (Portunus sp).

Padat penebaran dalam polikultur harus memperhatikan spesies utama yang hendak diproduksi. Apakah berinang sebagai spesies utama atau beronang sebagui speiles kedua?  Jumlah spesies utama selalu lebih dari pada spesies kedua dan seterusnya. Misalnya budi daya beronang lingkis dan nila,  di mana beronang sebagai spesies utama. Bila sebuah tambak hendak ditebari 20.000 ekor benih,  sekitar 15.000 berupa benih ikan beronang dan 5.000 sisanya untuk ikan nila.

Dalam budi daya udang atau kepiting beronang dijadikan sebagai spesies kedua dalam polikultur. Beronang menjadi pengendali lumut dan berbagai fitoplankton di dalam tambak.  Untuk polikultur kepiting bakau dan beronang, benih kepiting bakau berukuran 20-40 gr/ekor ditebar sebanyak 20.000/ha dan benih beronang sebanyak 2.000-2.500 ekor/ha. Padat penebaran yang sama dapat diterapkan pada polikultur udang dan beronang.

Cara tersebut memungkinkan pemanfaatan ruang secara optimal.  karena udang dan kepiting mempunyai relung ekologi yang berbeda Udang dan kepiting cenderung hidup di dasar perairan dan bersembunyi pada pematang atau substrat di dalam tambak, sedangkan beronang berenang bebas di dalam tambak. Lama pemeliharaan beronang untuk mencapai ukutan konsumsi (200-400 gr ekor) adalah 4-6 bulan. Beronang hasil panen diperdagangkan secara utuh, termasuk diekspor. Di rumah makan dan restoran, beronang disajikan sebagai akan bakar dan goreng dalam kondisi utuh.

2.    Budidaya di KJA (Keramba Jaring Apung)

Dalam kegiatan pembesaran beronang lingkis di KJA,  benih yang digunakan mencapai ukuran 7-10 cm dan berat 8-20 gr/ekor. Seleksi perlu dilakukan sebelum benih ditebarkan ke dalam KJA sehingga diperoleh benih yang sehat dan seragam. Padat penebaran optimal gelondongan berenang dalam KJA untuk menghasilkan beronang konsumsi adalah 300-500 ekat dengan perkiraan tingkat kematian mencapai 10%  sebelum ditebarkan dalam KJA, benih perlu diadaptasikan ke dalam kondisi lingkungan perairan budi daya terhadap salinitas maupun suhu.  Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 0000 08.00 atau 19.00 20.00 untuk menghindari itres terhadap ikan akibat perubahan kondisi lingkungan perairan.

Padat penebaran sangat dipengaruhi oleh hulungan ukuran ikan dan luas wadah budidaya. Padat penebaran ikan dalam KJA memengaruhi pemanfaatan ruang gerak, peluang mendapatkan pakan serta kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut. Dalam kondisi ikan berjejal, persaingan penggunaan oksigen terlarut sangat tinggi terutama pada malam hari di saat arus tenang sehingga penurunan oksigen terlarut cukup drastis. Konsentrasi oksigen terlarut dalam KJA yang ditebari 750 ikan m dapat mencapai 2 ppm saat pasang tertinggi atau surut terendah yang teradi di malam hari.

Pemeliharaan ikan beronang lingkis di KJA, seluruhnya mengandalkan pakan yang disuplai oleh pembudi daya,  baik benapa pakan alami maupun buatan. Oleh karena itu, teknik, jumlah,  waktu, dan frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan dengan cermat Umumnya pakan diberikan sebanyak 5-8%  biomassa ikan per hari dengan metode satiasi (sekitar 90%  ikan dalam kondisi kenyang).

Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan surut terendah), atau di saat arus sangat lemah, sebanyak 2-3 kali sehari, yaitu pagi antara pukul 07.00-08.00, siang antara 11.00-12 00, dan sore sekitar pukul 16 00-  17.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak terbuang, karena pada saat pemberian pakan, beronang bergerak aktif berebutan sehingga menimbulkan gerakan arus air dalam KJA.

Pertumbuhan ikan perlu dipantau tiap 2 minggu sekali untuk memperoleh data dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan serta meng evaluasi perkembangan bobot dan kesehatan ikan peliharaan. Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50 ekor yang diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang dilakukan terhadap sampel yang telah dibilas dengan phrnoxy ethanol 200 225 ppm. Pemanenan dilakukan bila ukuran beronang yang hendak diproduksi telah tercapai. Untuk memproduksi berooang konsumsi (200-400 gr/ekor) dibutuhkan waktu pemeliharaan 4-6 bulan.

3.    Budidaya di Hampang

Beronang dapat dipelihara di hampang yang dibangun di padang lamun atau teluk, pada kedalaman maksimal 2 m pada saat pasang tinggi dan 0,5 m ketika surut terendah. Berat awal benih beronang lingkis yang ditebar pada hampang ditentukan oleh ukuran celah atau mata jala/kawat anyam bahan hampang. Sedangkan padat penebaran ditentukan oleh tingkat kesuburan lahan dan sistem pengelolaan. Atas dasar ini, padat penebatan beronang lingkis untuk berat benih 8-20 gr/ekor cukup ditebar sebanyak 4-5 ekor/m2

Jika ukuran hampang lebih kecil. maka pengelolaan mudah dilakukan leronang lingkis di hampang diberi pakan buatan berupa pelet mengandung protein minimal 20% dengan ransum 5-10% dari bobot ikan perhari. Pakan lain yang diberikan beronang adalah rumput laut dan lamun. Karena hampang berada di perairan dangkal dan air dalam kondisi tenang diam pemberian pakan cukup 2-3 kali sehari Pemberian pakan yang banyak akan mempercepat penimbunan limbah di dalam hampang

4.    Budidaya di JKD (Jaring Kurung Dasar)

Beronang lingkis dapat dipelihara di jaring kurung dasar (JKD),  baik secara monokultur maupun polikultur. Untuk monokultur, beronang disebar dengan kepadatan 5-10 ekor/m3 untuk benih ukuran 8-20 gr/ekor, sedangkan bila dipolikultur cukup 13 ekor/m3  Salah satu biota yang dapat dipolkultur dengan berenang lingkis adalah rajungan (Fortunus sp) dan rajungan merupakan komuditas utama.

Untuk polikultur rajungan dan beronang lingkis adalah benih rajungan berumur 25-30 luni ditebar dengan kepadatan 3-7 ekor/m3 sedangkan beronang berikuran 8-20 grlekor ditebar dengan kepadatan 1-3 ekor m Pakan berupa ikan ikan rucah, daging kerang, atau pelet diberikan kepada rajungen secukupnya, dan diberikan pada pagi dan hari jumlah pakan yang diberikan kepada rajungan adalah 5-10% dari berat biomassa.  

Sementara ikan beronang lingkis dapat memanfaatkan pakan alami di dalam JKD Jika ingin mempercepat pertumbuhan beronang, maka dapat diberikan pakan tambahan 2-3 hari sekali.  Pakan tambahan yang diberikan berupa pelet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar