Ikan Bawis (Baronang Lingkis) merupakan salah satu jenis Ikan baronang termasuk dalam famili siganidae yang merupkan
jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan yang sangat digemari oleh Masyarakat Kota Bontang. Ikan Beronang lingkis
merupakan ikan berukuran sedang, hanya mencapai ukuran 23 cm. Habitat beronang
lingkis adalah padang lamun, sekitar ekosistem mangrove, dan kadang-kadang
masuk ke muara sungai.
Klasifikasi Ilmiah dari ikan Bawis:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Perciformes
Family : Siganidae
Genus : Siganus
Species : Siganus
canaliculatus. ( Park, 1797 )
Morfologi
Ikan baronang
Menurut Woodland, 1990 ikan baronang
ini memiliki bentuk morfologi sebagai berikut :
- Bentuk badan pipih, ramping, bentuk kepala cekung
dibagian atas kepala.
- Sisiknya halus, dan tipis
- Punggung berwarna kecoklatan atau kehijau –
hijauan, namun pada bagian perut berwmenarna keperakan.
- Bagian sirip punggung, dubur dan ekor mencapai
maksimum kurang lebih 25 c
Ikan baronang jenis ini memiliki tubuh yang dapat
mencapai 23 cm, lebar badannya anatara 2,4 - 2,7 kali dari panjang standar
dengan badan yang berbentuk oval dan menyamping. badannya berwarna
kecokelat-cokelatan dengan bintik-bintik putih yang tersebar diseluruh tubuh.
Baronang lingkis mempunyai kepala dan
badan bagian atas berwarna abu abu kehijauan, bagian bawah lebih mudah sedukit
keperakan Kepala dan badan dengan bintik-bintik putih, bintik-bintik yang lebih
besar ukurannya terdaput di bagian badan bagian bawah. Kepala dan badan bagian
atas lebih kecil sirip sirip berwarna abu abu kehitaman.
Di antara bagian keras dan
lunak sinp punggung dan sirip dubur dengan sedikit lekukan jari-jari terakhir
sirip punggung dan sirip dubur paling pendek. Sirip ekor cagak, pada ikan-ikan
muda hampir berlekuk. Pada sirip punggung terdapat 13 jari-jari keras dan
10 jari-jari lunak, sirip anal 7 jari-jari keras dan 9 jari jari lunak,
sirip dada terdapat 16-17 jari-jari lunak, sirip perut mempunyai 1 jari-jari keras
3 jari-jari lunak, dan jari- jari lunak lagi.
Berenang mempunyai duri-duri yang
berbisa yung terdapat pada 13 jari – jari keras sirip punggung, 4 duri
keras sirip perut dan 7 duri keras pada sirip dubur. Orang yang terkena tusukan
duri ikan ini biasanya karena si korban memegang beronang tanpa menyadari
bahaya yang tersembunyi.
Beronang sensitif terhadap perubahan
lingkungan yang drastis terutama suhu dan salinitas serta kadar oksigen yang
rendah Beranang juga sangat peka terhadap gerakan di sekitarnya. Beronang
bersifat fototaksis positif atau tertarik pada sinar cahaya, terutama ikan yang
masih muda Pada waktu malam ikan beronang tidak aktif bergerak terutama ikan
dewasa.
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan
saluran pencernaannya, yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada
maling-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna dinding lambeing agak
tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas beronang
termaiuk pemakan tumbuh tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan beronang juga
memakan makanan apa saja yang dibenkan seperti pakan buatan.
Kebiasaan
makan ikan baronang
Menurut penelitian Lam, 1974
mengatakan bahwa ikan yang termasuk signidae merupakan ikan herbivora. Ikan
baronang akan melakukan penyesuaian dengan morfologi mulai dari gigi dan
saluran pencernaannya yaitu mulut berukuran kecil, dinding lambung tebal, usus
halus panjang danmempunyai permukaan yang luas. Sehingga ikan ini termasuk
pemakan tumbuh – tumbuhan.
Beronang digolongkan sebagai herbivora
(pemakan tumbuhan). Makanannya berupa lumut, alga, lamun, dan sebagainya.
Beronang pada tingkat larva memakan plankton dan menjadi herbivora di saat
mulai aktif mencari makan Walaupun pemakan tumbuhan. dalam
pemeliharaannya ikan beronang dapat juga menerima makanan berupa pelet,
tepung ikan, cacahan ikan, atau kerang kerangan.
Beronang selalu bergerombol, baik
berenang maupun mencari makanan. Bila kon-diisi lingkungan memburuk,
masing-masing ikan mempertahankan diri pada suatu daerah tertentu. Beronang
populer dengan sebutan rabbit fish
atau ikan kelinci, karena moncongnya memang menyerupai kelinci dan pemakan
tumbuhan.
Reproduksi
Ikan Baronang
Ikan baronang akan melakukan
reproduksi bila ikan baronang jantan mencapai ukuran 11-14 cm dan betina 13-21
cm. Dalam pemijahan ikan baronang ini sebaiknya dilakukan pada bulan Januari
hingga April dan sampai pada puncaknya pada bulan Febuari sampai Maret serta
pada musim kedua pada bulan Juli hingga Oktober.
Beronang memijah berbeda-beda sesuai
dengan jenis dan keadaan lingkungan, tetapi pada umumnya beronang bergerombol
di daerah pantai pada saat air pasang dan mulai memijah setelah tengah malam di
saat air mulai surut. Berorang yang matang gonad mencapai ukuran 140 mm ke atas
untuk ikan jantan dan 150 mm ke atas untuk ikan betina.
Pembuahan telur oleh sperma terjadi di
luar tubuh dan telur yang dibuahi bersifat melekat pada substrat dengan
diameter antara 0,42-0,70 mm dan menetas sekitar 20-26 jam setelah pembuahan.
Budidaya
Ikan Baronang Lingkis
Saat ini di Kota Bontang belum ada yang bisa membudidayakan
ikan baronang lingkis ini namun beberapa literature telah mencatat beberapa
cara budidaya ikan baronang lingkis, a.l :
1.
Budidaya di Tambak
Pemeliharaan
beronang lingkis di tambak dilakukan secara monokultur dan polikurtur. Beronang
lingkis dapat dipelihara secara semiintensifsampai intensif.
Benih berenang
lingkis dari hasil pembenihan terkontrol atau dari hasil penangkapan di alam
yang berukuran 7-10 cm ditebar dengan kepadatan 20.000-30.000 ekor/ha atau 2-3
ekor/m2 untuk tambak yang dikelola semi intensir untuk tambak yang dikelola
secara intensif, padat penebaran untuk benih yang sama sebanyak 4-5
ekor/m2 atau 40.000-50.000 ekor/ha. Bila ukuran benih lebih besar, sekitar 13
cm, padat penebaran diturunkan menjadi 3 ekor/m2 atau 30.000 ekor/ha.
Sebelum benih
ditebar dilakukan dulu aklimatisasi suhu dan salinitas Mula-mula kantong
plastik berisi benih beronang diapungkan ke dalam air dan dibiarkan sekitar 15
menit atau sampai berembun, kemudian dituang dalam ember plastik yang bagian
bawahnya telah dilubangi sehingga air sedikit demi sedikit dapat masuk ke ember
sampai ember terendam air. Proses aklimatisasi membutuhkan waktu 30-45
menit.
Pakan betonang
lingkis terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami terdiri dari
klekap, lumut, dan plankton yang sudah ada di dalam tambak saat ikan ditebar,
juga pakan yang diberikan seperti rumput laut dan lamun. Untuk pakati buatan
berupa butiran yang diberikan saat ikan beronang yang masih berukuran kecil.
Pakan butiran yang telah dihancurkan diberikan sebanyak 35% dari
biomassa.
Pada budi daya
semiintensif, pemberian pakan 1-2 kali sehari, sedangkan budi daya intensif
pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00, 13.00, dan
16.00.Pengontrolan pakan sangat penting dilakukan untuk melihat apakah pakan
yang diberikan sudah cukup atau
belum. Untuk itu, pengontrolan dilakukan etelah 1-2 jam pemberian pakan kalau
sebelam 1-2 jam pakan habis maka dosis pakan ditambah Kalau 12 jam pakan masih
ada, dosis pakan dikurangi 5% dari total pemberian.
Bila dipelihara
secara polikultur, komoditas yang dapat dipolikultur dengan berenang antaralain
bandeng (Chanos chanos), nila (Oreochromis niloticus), kepiting bakau
(scylla serrata). udang (Penaeus Litopenaus), dan rajungan (Portunus sp).
Padat penebaran
dalam polikultur harus memperhatikan
spesies utama yang hendak diproduksi. Apakah berinang sebagai spesies utama
atau beronang sebagui speiles kedua? Jumlah spesies utama selalu lebih
dari pada spesies kedua dan seterusnya. Misalnya budi daya beronang lingkis dan
nila, di mana beronang sebagai spesies utama. Bila sebuah tambak
hendak ditebari 20.000 ekor benih, sekitar 15.000 berupa benih ikan
beronang dan 5.000 sisanya untuk ikan nila.
Dalam budi daya
udang atau kepiting beronang dijadikan sebagai spesies kedua dalam polikultur.
Beronang menjadi pengendali lumut dan berbagai fitoplankton di dalam
tambak. Untuk polikultur kepiting bakau dan beronang, benih kepiting
bakau berukuran 20-40 gr/ekor ditebar sebanyak 20.000/ha dan benih beronang sebanyak
2.000-2.500 ekor/ha. Padat penebaran yang sama dapat diterapkan pada polikultur
udang dan beronang.
Cara tersebut
memungkinkan pemanfaatan ruang secara optimal. karena udang dan kepiting
mempunyai relung ekologi yang berbeda Udang dan kepiting cenderung hidup di
dasar perairan dan bersembunyi pada pematang atau substrat di dalam tambak,
sedangkan beronang berenang bebas di dalam tambak. Lama pemeliharaan beronang
untuk mencapai ukutan konsumsi (200-400 gr ekor) adalah 4-6 bulan. Beronang
hasil panen diperdagangkan secara utuh, termasuk diekspor. Di rumah makan dan
restoran, beronang disajikan sebagai akan bakar dan goreng dalam kondisi utuh.
2.
Budidaya di KJA (Keramba Jaring Apung)
Dalam kegiatan
pembesaran beronang lingkis di KJA, benih yang digunakan mencapai ukuran
7-10 cm dan berat 8-20 gr/ekor. Seleksi perlu dilakukan sebelum benih
ditebarkan ke dalam KJA sehingga diperoleh benih yang sehat dan seragam. Padat
penebaran optimal gelondongan berenang dalam KJA untuk menghasilkan beronang
konsumsi adalah 300-500 ekat dengan perkiraan tingkat kematian mencapai
10% sebelum ditebarkan dalam KJA, benih perlu diadaptasikan ke dalam
kondisi lingkungan perairan budi daya terhadap salinitas maupun suhu.
Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 0000 08.00 atau 19.00 20.00 untuk
menghindari itres terhadap ikan akibat perubahan kondisi lingkungan perairan.
Padat penebaran
sangat dipengaruhi oleh hulungan ukuran ikan dan luas wadah budidaya. Padat
penebaran ikan dalam KJA memengaruhi pemanfaatan ruang gerak, peluang
mendapatkan pakan serta kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut.
Dalam kondisi ikan berjejal, persaingan penggunaan oksigen terlarut sangat
tinggi terutama pada malam hari di saat arus tenang sehingga penurunan oksigen
terlarut cukup drastis. Konsentrasi oksigen terlarut dalam KJA yang
ditebari 750 ikan m dapat mencapai 2 ppm saat pasang tertinggi atau surut
terendah yang teradi di malam hari.
Pemeliharaan
ikan beronang lingkis di KJA, seluruhnya mengandalkan pakan yang disuplai oleh
pembudi daya, baik benapa pakan alami maupun buatan. Oleh karena itu,
teknik, jumlah, waktu, dan frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan
dengan cermat Umumnya pakan diberikan sebanyak 5-8% biomassa ikan per
hari dengan metode satiasi (sekitar 90% ikan dalam kondisi kenyang).
Pemberian pakan
sebaiknya dilakukan pada saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan
surut terendah), atau di saat arus sangat lemah, sebanyak 2-3 kali sehari,
yaitu pagi antara pukul 07.00-08.00, siang antara 11.00-12 00, dan sore sekitar
pukul 16 00- 17.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar
tidak banyak terbuang, karena pada saat pemberian pakan, beronang bergerak
aktif berebutan sehingga menimbulkan gerakan arus air dalam KJA.
Pertumbuhan ikan
perlu dipantau tiap 2 minggu sekali untuk memperoleh data dalam menentukan
jumlah pakan yang diberikan serta meng evaluasi perkembangan bobot dan
kesehatan ikan peliharaan. Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50 ekor
yang diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang dilakukan
terhadap sampel yang telah dibilas dengan phrnoxy ethanol 200 225 ppm. Pemanenan
dilakukan bila ukuran beronang yang hendak diproduksi telah tercapai. Untuk
memproduksi berooang konsumsi (200-400 gr/ekor) dibutuhkan waktu pemeliharaan
4-6 bulan.
3.
Budidaya di Hampang
Beronang dapat
dipelihara di hampang yang dibangun di padang lamun atau teluk, pada kedalaman
maksimal 2 m pada saat pasang tinggi dan 0,5 m ketika surut terendah. Berat
awal benih beronang lingkis yang ditebar pada hampang ditentukan oleh ukuran
celah atau mata jala/kawat anyam bahan hampang. Sedangkan padat penebaran
ditentukan oleh tingkat kesuburan lahan dan sistem pengelolaan. Atas dasar ini,
padat penebatan beronang lingkis untuk berat benih 8-20 gr/ekor cukup ditebar
sebanyak 4-5 ekor/m2
Jika ukuran
hampang lebih kecil. maka pengelolaan mudah dilakukan leronang lingkis di
hampang diberi pakan buatan berupa pelet mengandung protein minimal 20% dengan
ransum 5-10% dari bobot ikan perhari. Pakan lain yang diberikan beronang adalah
rumput laut dan lamun. Karena hampang berada di perairan dangkal dan air dalam
kondisi tenang diam pemberian pakan cukup 2-3 kali sehari Pemberian pakan yang
banyak akan mempercepat penimbunan limbah di dalam hampang
4.
Budidaya di JKD (Jaring Kurung Dasar)
Beronang lingkis
dapat dipelihara di jaring kurung dasar (JKD), baik secara monokultur maupun
polikultur. Untuk monokultur, beronang disebar dengan kepadatan 5-10 ekor/m3
untuk benih ukuran 8-20 gr/ekor, sedangkan bila dipolikultur cukup 13
ekor/m3 Salah satu biota yang dapat dipolkultur dengan berenang
lingkis adalah rajungan (Fortunus sp) dan rajungan merupakan komuditas utama.
Untuk polikultur
rajungan dan beronang lingkis adalah benih rajungan berumur 25-30 luni ditebar
dengan kepadatan 3-7 ekor/m3 sedangkan beronang berikuran 8-20 grlekor ditebar
dengan kepadatan 1-3 ekor m Pakan berupa ikan ikan rucah, daging kerang, atau
pelet diberikan kepada rajungen secukupnya, dan diberikan pada pagi dan hari
jumlah pakan yang diberikan kepada rajungan adalah 5-10% dari berat biomassa.
Sementara ikan beronang
lingkis dapat memanfaatkan pakan alami di dalam JKD Jika ingin mempercepat
pertumbuhan beronang, maka dapat diberikan pakan tambahan 2-3 hari
sekali. Pakan tambahan yang diberikan berupa pelet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar